Xiaomi pecah di Indonesia? Tunggu dulu, ini bukan pecah layar atau retak bodi dari produk-produk produsen asal China ini. Namun lebih ke istilah “pecah telur” atau bisa disebut dengan penjualan yang melesat dari produsen yang belum menjadi apa-apa di negara berkembang ibarat Indonesia. Harap diketahui bahwa sebagai pemain baru, sulit rasanya vendor berlomba melawan pesaing yang notabene yakni produsen-produsen kelas atas yang dikenal sebagai pemain usang dengan produk-produk unggulan.
Awalnya, Xiaomi masuk ke Indonesia secara tidak resmi atau ilegal atau disebut barang Black Market (BM). Namun belakang, Xiaomi telah dijual secara resmi di Indonesia dan telah mempunyai komunitas yang solit dalam mempertahankan produk-produk unggulan mereka. Produk-produk Xiaomi begitu gampang didapatkan di lingkungan sekitar dan begitu pula gampang dibela oleh pengguna meskipun secara kasat mata masih banyak produk serupa yang bodinya, layarnya bahkan kameranya lebih bagus.
Dikutip dari liputan6.com (13/01/2017), Xiaomi menargetkan penjualan produknya mencapai USD 14.47 miliar atau setara dengan Rp.193 Triliun di Indonesia. Ambisi Xiaomi ini patut dipertanyakan dan patut pula dihargai mengingat Indonesia merupakan negara yang gampang “ditipu” oleh produk yang namanya melejit sesaat. Memang benar Xiaomi pernah melejit dengan cepat, dijual oleh banyaj toko online dengan preorder. Namun dikala ini, semua telah menjadi standar, berjalan sama dengan produk-produk lain sehingga tidak sanggup dibeda-bedakan kastanya lagi.
Selain itu, id.technasia.com (26/05/2015), menyebutkan produk Xiaomi “pecah telur” di Indonesia alasannya yakni beberapa faktor di antaranya harga terjangkau, spesifikasi yang menggoda, dan komunitas yang berpengaruh (loyal) yang bisa membela produk ini meskipun pernah dijual secara tidak resmi di Indonesia. Hal ini menjadi penting mengingat loyalkan sebuah komunitas, fans, penggemar, atau apapun sebutannya itu akan menciptakan sebuah nama akan semakin berasaing. Maka, keistimewaan Xiaomi alasannya yakni mereka telah mempunyai komunitas ini namun untuk harga dan spesifikasi sudah tidak bisa diandalkan alasannya yakni banyak dari produk lain mempunyai rank yang sama soal harga dan spesifikasi.
Xiaomi “pecah telur” di Indonesia alasannya yakni faktor keberuntungan di mana pada masanya belum ada pesaing yang mau jor-joran menjual produk secara online, dengan harga murah, dan spesifikasi tinggi. Namun dikala ini, telah aneka macam produk yang dijual dengan sistem online, pemotongan untuk pengguna kartu kredit tertentu, bonus ini itu dan tentu saja spesifikasi menjawab kerisauan tersebut.
Awalnya, Xiaomi masuk ke Indonesia secara tidak resmi atau ilegal atau disebut barang Black Market (BM). Namun belakang, Xiaomi telah dijual secara resmi di Indonesia dan telah mempunyai komunitas yang solit dalam mempertahankan produk-produk unggulan mereka. Produk-produk Xiaomi begitu gampang didapatkan di lingkungan sekitar dan begitu pula gampang dibela oleh pengguna meskipun secara kasat mata masih banyak produk serupa yang bodinya, layarnya bahkan kameranya lebih bagus.
Dikutip dari liputan6.com (13/01/2017), Xiaomi menargetkan penjualan produknya mencapai USD 14.47 miliar atau setara dengan Rp.193 Triliun di Indonesia. Ambisi Xiaomi ini patut dipertanyakan dan patut pula dihargai mengingat Indonesia merupakan negara yang gampang “ditipu” oleh produk yang namanya melejit sesaat. Memang benar Xiaomi pernah melejit dengan cepat, dijual oleh banyaj toko online dengan preorder. Namun dikala ini, semua telah menjadi standar, berjalan sama dengan produk-produk lain sehingga tidak sanggup dibeda-bedakan kastanya lagi.
Selain itu, id.technasia.com (26/05/2015), menyebutkan produk Xiaomi “pecah telur” di Indonesia alasannya yakni beberapa faktor di antaranya harga terjangkau, spesifikasi yang menggoda, dan komunitas yang berpengaruh (loyal) yang bisa membela produk ini meskipun pernah dijual secara tidak resmi di Indonesia. Hal ini menjadi penting mengingat loyalkan sebuah komunitas, fans, penggemar, atau apapun sebutannya itu akan menciptakan sebuah nama akan semakin berasaing. Maka, keistimewaan Xiaomi alasannya yakni mereka telah mempunyai komunitas ini namun untuk harga dan spesifikasi sudah tidak bisa diandalkan alasannya yakni banyak dari produk lain mempunyai rank yang sama soal harga dan spesifikasi.
Xiaomi “pecah telur” di Indonesia alasannya yakni faktor keberuntungan di mana pada masanya belum ada pesaing yang mau jor-joran menjual produk secara online, dengan harga murah, dan spesifikasi tinggi. Namun dikala ini, telah aneka macam produk yang dijual dengan sistem online, pemotongan untuk pengguna kartu kredit tertentu, bonus ini itu dan tentu saja spesifikasi menjawab kerisauan tersebut.
Sumber http://www.blogotech.net