Saturday, June 17, 2017

√ Model Interaksi Sosial (Inovasi Kurikulum Pendidikan)

Model Interaksi Sosial (Model S-I)
Yang ketiga ialah Model Interaksi Sosial. Secara umum, dalam Model Interaksi Sosial, keputusan untuk membuat keputusan. Keputusan yang tertunda mendorong pencarian pengetahuan dan penerapan pengetahuan selanjutnya. Masalahnya diidentifikasi oleh penguna dan proses penemuan diprakarsai oleh mereka.


Yang ketiga ialah Model Interaksi Sosial √ Model Interaksi Sosial (Inovasi Kurikulum Pendidikan)
Model Interaksi Sosial (Inovasi Kurikulum Pendidikan)

Menurut  MacDonald dan Walker dikutip dalam Ratnavadivel, (1995:69). "The receiver (an individual or group) initiates the process of change by identifying an area of concern or sensing a need for change. Once the dilema area is identified, the receiver undertakes to alter the situation either trough his own efforts, or by recruiting suitable outside assistance. Whereas the receiver in the S-I and RD&D model is passive, the receiver in the P-S model is actively involved in finding an innovation to solve his own problem. Specifically what the new input will be is determined largely by the receiver himself; the relationship between sender and receiver is one of collaboration it is here called the “client system”. The client system may range in size from an individual person to an entire nation."

(Baca Model-Model Inovasi Kurikulum Pendidikan)

Seperti pada model-model lain atau penyederhanaan realitas, model Social Interaction (S-I) ini juga didasarkan pada sejumlah asumsi. Salah satu perkiraan dasarnya ialah bahwa setiap orang merupakan anggota satu jaringan sosial atau lebih. Seorang guru PLB mungkin termasuk anggota jaringan yang berupa kelompok guru atau kelompok personel lainnya. Kemungkinan besar ia juga termasuk sejumlah jaringan sosial lainnya, contohnya tim olahraga, klub motor, Komunitas Majelis Taklim atau kelompok memancing. Kebanyakan dari kita ialah anggota aneka macam jaringan yang mempunyai kesamaan minat dan terdapat kekerabatan saling percaya di antara para anggotanya alasannya ialah mereka saling mengenal, mengetahui apa yang sanggup dilakukan oleh tiap individu dan tahu seberapa besar mereka sanggup diandalkan.

Strategi ini juga didasarkan atas perkiraan bahwa kedudukan dalam jaringan sosial itu sangat penting. Dalam kelompok mana pun, selalu ada pemimpin formal ataupun informal dengan sejumlah pengikutnya. Setelah dua sampai tiga minggu, seorang guru prasekolah akan sanggup mengidentifikasi siapa yang berperan sebagai pemimpin kelompok anak atau kelas. Mereka ialah anak atau murid yang mempunyai wibawa tertinggi, sikap yang berpengaruh, mempunyai daya untuk memberlakukan syarat-syarat atau memilih aturan-aturan. Fenomena sosial yang sama sanggup diamati di semua tempat kerja, contohnya di kantor psikologi pendidikan di sekolah. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pemimpin formal belum tentu orang yang paling menarik dari sudut pandang inovasi. Pemimpin sanggup juga hanya salah seorang dari kalangan sesama pegawai. Melalui kekuatan verbalnya, karisma, kebandelan, humor, pengalaman atau caranya mengeluh, ajudan Taman Kanak-kanak sanggup juga menjadi orang yang paling kuat terhadap orang-orang lain dan terhadap lembaganya.

Tempat dan posisi seseorang di dalam jaringannya (misalnya pemimpin, kawan kerja, dll.) merupakan indikasi yang baik wacana apakah ia akan sanggup memasukkan ide-ide gres ke dalam jaringannya dan berpartisipasi dalam difusi. Setidaknya semakin sentral posisi seseorang, semakin besar kesempatan orang itu untuk mempengaruhi.Beberapa peneliti telah mencoba mengklasifikasikan orang-orang berdasarkan sikapnya terhadap inovasi, ibarat “inovator”, “pengikut”, dan “orang yang lamban”. Ada juga yang menyampaikan bahwa “pelopor selalu mempunyai kesempatan untuk menang dan tidak mempunyai kemungkinan untuk kalah, sedangkan pengikut selalu mempunyai kemungkinan untuk kalah dan tidak mempunyai kesempatan untuk menang”. Calon pengikut, selama masa mereka merenungkan apakah akan berpartisipasi atau tidak, akan menemukan sesuatu yang lebih diyakininya. Alasan mengapa model S-I sejauh tertentu difokuskan pada bagaimana aneka macam tugas dikembangkan, dipelihara dan saling mempengaruhi, ialah bahwa model ini dipandang sebagai sanggup memilih siapa yang menjadi tertarik atau yang pertama membeli produk inovatif itu. Jika kita sanggup mempengaruhi pimpinan dan orang-orang kunci, maka peluang untuk difusi di dalam sistem itu lebih besar daripada bila kita mulai dengan mempengaruhi beberapa orang yang lewat. Ini merupakan perkiraan dasar yang ketiga dari model S-I, yaitu bahwa kontak informal itu penting bila kita menginginkan ide-ide inovatif itu menyebabkan perubahan dalam praktek-praktek yang ada. Informasi dan komunikasi sangat penting. Kita tidak hanya terpengaruh oleh info yang kita terima dalam bentuk memo dan laporan dari bab dan kantor sekolah, tetapi juga oleh info dari orang-orang yang kita percaya, kita kenal baik dan mempunyai kontak rutin. 


Lingkaran besar ini menggambarkan jaringan sosial yang berbeda: sekolah lanjutan atas, sebuah tim olah raga dan sebuah dewan kota. Tiap sistem terdiri dari individu-individu yang ditandai dengan 0. panah menunjukkan arus informasi. 

Misalnya, guru di sekolah lanjutan atas telah melaksanakan proyek pengajaran selama enam bulan. Siswa dan guru dibagi menjadi tim-tim berdasarkan kelas dan mata pelajaran. Tema umum proyek itu adalah: pekerjaan di kawasan X. Siswa dan guru memandang kesudahannya baik dan metode mengajarnya sangat menarik sehingga mereka ingin melanjutkannya sampai selesai tahun ajaran. Enam bulan terakhir dipakai untuk merencanakan proyek kecil di bawah aba-aba sekolah. Mereka melaksanakan ini berdasarkan ide-ide dan data yang dikumpulkan wacana keinginan-keinginan untuk masa depan dan kebutuhan akan pekerjaan di kalangan dewasa di masyarakat. Permohonan sumber daya pemanis diajukan kepada dewan kota.

Satu guru di sekolah tersebut ialah anggota klub olahraga Y. Begitu juga salah seorang anggota dewan kota. Guru menggambarkan secara antusias pengalaman dan planning sekolah saat berlatih di klub tersebut dan anggota dewan kota itu mendengarkannya. Dia merasa bahwa proyek pengembangan sekolah itu menarik dan mengilhaminya. Permohonan sumber daya pemanis itu dikabulkan alasannya ialah “olahragawan” dari dewan kota itu telah memahami ide itu dan berhasil meyakinkan para anggota dewan lainnya. Infomasi dan komunikasi informal dalam masalah ini merupakan faktor penentu terhadap realisasi ide inovatif. Tanpa sumber daya pemanis proyek tersebut sanggup terhenti. 

Asumsi keempat yang mendasari model S-I ialah bahwa identifikasi kelompok itu penting untuk keberhasilan suatu inovasi. Kebanyakan orang mempunyai kecenderungan untuk mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tertentu berdasarkan minat, nilai-nilai, kekuasaan, posisi dan harapan untuk berprestasi. Jika seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan suatu kelompok, maka ia akan lebih gampang mendapatkan dan menindaklanjuti ide inovatif yang mungkin dikembangkan oleh kelompok itu. Tekanan kelompok merupakan fenomena yang dikenal, baik dalam hal pembinaan kepemilikan maupun difusi inovasi. Dalam hubungannya dengan pemikiran gres dan perubahan perilaku, bukan hanya individu yang menjadi sasaran, tetapi juga kelompok. Terlebih lagi, sejumlah pendekatan komersial didasarkan atas pengetahuan mengenai potensi identifikasi kelompok untuk membuat perubahan. Asumsi terakhir yang akan kita telaah ialah bahwa difusi penemuan mengikuti kurva S. 

Kemajuannya lambat pada fase awal, tetapi diikuti dengan fase difusi yang sangat cepat. Kurvanya terus meningkat selama beberapa lama, tetapi pada kecepatan yang lebih lambat. Selama fase inilah orang yang lamban bergabung dengan inovasi. Kurva difusi kemudian secara sedikit demi sedikit menjadi datar. Kurva S sanggup dilihat pada gambar 5. pada umumnya kita sanggup menyampaikan bahwa model S-I didasarkan atas info yang mempunyai daya untuk memperbaharui diri, dan bahwa “individu ialah ujung tombak dalam proses penemuan – meskipun tidak demikian - sehingga sistem sosial individu itu menjadi tidak penting”. Strategi ini juga menuntut semoga pengetahuan baru, yang ditransfer melalui kontak pribadi, disebarluaskan untuk menguji dan mengevaluasi ide inovatif itu. Namun, kita tidak tahu niscaya sejauh manakah kontak itu harus didominasi oleh kedekatan kekerabatan di kalangan individu-individu. Penelitian di Amerika menemukan bahwa sekolah-sekolah sangat jarang mengikuti sekolah perintis yang tetangganya. Di pihak lain, sekolah yang membuat ide gres itu sering dikunjungi oleh guru-guru dari negara bab lain. Fenomena ini disebut imbas mercu suar. Anehnya ialah bahwa mereka yang jauh yang lebih sering memulai proyek serupa di sekolahnya, bukan mereka yang bertetangga dengan perintis inovasi. Penjelasan yang diberikan terkait dengan hakikat psikologi dan komunikasi. Sekolah tetangga merasa bahwa mereka hanya sanggup memperoleh sedikit prestise alasannya ialah sekolah perintis telah mendapatkan semua perhatian. Jika sekolah tetangga harus memulai proyek yang serupa, mereka takut dianggap sebagai “peniru”. Penjelasan lainnya ialah bahwa orang yang tinggal jauh dari “tempat kejadian”, harus berjalan jauh sehingga sanggup membawa pulang lebih banyak ide. 

Satu faktor yang sudah disebutkan ialah bahwa difusi sering kali tidak dilaksanakan di dalam sistem selain dari sistem yang memerlukan perbaikan dalam prakteknya. Untuk meraih keberhasilan dalam difusi inovasi, penting untuk merencanakan fase difusi ini juga. Secara sederhana, sepertinya kita sanggup mengendalikan difusi dengan mengendalikan siapa menemui siapa. 

Mereka yang memutuskan untuk ambil bab dalam proses perubahan, sangat membutuhkan informasi. Inovator harus berusaha memenuhi kebutuhan ini. Mereka juga sangat membutuhkan info pada tahap awal sehabis mereka memutuskan untuk membeli ide tersebut. Ini terkait dengan kenyataan bahwa perubahan membuat ketidakpastian dan rasa tidak kondusif bagi kebanyakan orang. Ini juga berafiliasi dengan apa yang sudah disebutkan di atas, yaitu bahwa kalkulasi biaya/keuntungan yang dilakukan oleh “pembeli” (mereka yang bergabung dengan inovasi) sebelum mereka memutuskan apakah ide tersebut baik atau buruk. Perhitungan keuntungan/biaya ini juga terkait dengan kenyataan bahwa penemuan jarang menguntungkan semua pihak. Akan selalu ada orang yang mempersepsi penemuan secara lebih positif daripada orang lain. Inovasi sebetulnya tidak akan menarik bagi mereka yang lamban, alasannya ialah orang-orang ini tidak akan mengalami laba ataupun kerugian. 

Semua yang berpartisipasi dalam proses penemuan mempunyai kebutuhan untuk mengetahui tujuannya, sasaran dan perencanaan atau taktik yang akan dipergunakan. Demikian pula, info wacana keterlibatan orang lain, aspek waktu, penggunaan sumber-sumber dan energi, merupakan faktor penting bagi pandangan mereka terhadap inovasi, baik positif ataupun negatif. Hal-hal yang harus dilakukan atau diubah oleh mereka sendiri dan hal-hal yang mungkin merugikan bagi mereka dalam situasi gres nanti harus juga diperjelas. 

Masalah yang mungkin terjadi dalam model ini ialah apakah para guru sanggup memperoleh kemampuan yang cukup untuk melaksanakan itu, alasannya ialah kurangnya info yang tersedia bagi para guru sanggup mengurangi kebergunaan/manfaat dari model ini.  Makara model ini masih membutuhkan training berkelanjutan dari agensi/perencana untuk mendidik guru sebagai dari proses penilaian keefektifan dalam penerapan  model ini.

Sumber http://www.pondok-belajar.com/