Sunday, June 18, 2017

√ Penemuan Kurikulum Pendidikan Model Pemecahan Masalah

Model Pemecahan Masalah (Model P-S)
Menurut Havelock menyerupai dikutip pada Ratnavadivel, (1995) "An innovation is presented or brought to attention of a potential receiver population. The receiver and the receiver needs are determined exclusively by the sender. The receiver is supposed to react to the new information, and the nature of his reaction determines whether or not subsequent stages will occur. If awareness is followed by an expression of interest, he is launched on a series of stage which terminate with the acceptance or rejection of the innovation. The diffusion of innovation depends greatly upon the channels of communication within the receiver group, since information is transmitted primarily through the social interaction of the group members.

 Menurut Havelock menyerupai dikutip pada Ratnavadivel √ Inovasi Kurikulum Pendidikan Model Pemecahan Masalah
Inovasi Kurikulum Pendidikan Model Pemecahan Masalah
Model interaksi sosial berfokus pada kekerabatan insan dan menghipnotis taktik pada setiap tahap proses diseminasi dan adopsi. Model Interaksi sosial menempatkan tekanan besar pada interaksi sosial antara anggota kelompok yang mengadopsi, dan itu berfokus pada difusi inspirasi dan aliran pesan dari orang ke orang daripada pemasaran produk. Model ini juga membatasi kebutuhan konsumen, sebab ditentukan oleh perencana sentra / lembaga. Model SI telah dikritik sebagai model top-down sebab kebutuhan peserta diidentifikasi oleh perencana sentra dan bukan guru sebagai peserta penemuan di tingkat sekolah atau dalam kasus training guru, pelatih / pelatih akan menjadi posisi yang lebih baik untuk mengidentifikasi kebutuhan peserta dalam hal efektivitas implementasi kurikulum di tingkat sekolah.
Kebalikan dari model R-D-D, model P-S (problem solving) didasarkan pada sistem konsumen (atau pengguna). Ini berarti bahwa konsumen (pembeli produk) memasuki proses pengembangan penemuan (produk) pada tahap sedini mungkin.
Dengan demikian, konsumen menjadi peserta dalam proses pengembangan ini. Di dalam buku ini kita memakai istilah “membeli”, baik saat mempertimbangkan produk konkrit atau komersial maupun dalam pengertian kiasan saat mempertimbangkan ide-ide, pengetahuan, proyek PLB dan teknik pengajaran, dll.

Sebagaimana halnya taktik penemuan sebelumnya, taktik ini juga didasarkan atas sejumlah asumsi. Model P-S didasarkan atas pandangan bahwa semua penemuan bermula dari kebutuhan yang dirasakan. Penggunalah yang memilih kebutuhannya, bukan para ahli, politisi atau peneliti (fase 1 dalam model). Kebutuhan yang dirasakan itu biasanya tidak sempurna dan tidak spesifik, tetapi lebih berupa perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak benar. Agar sanggup melaksanakan sesuatu terhadap hal yang belum terang itu, maka hal itu harus diperjelas. Oleh sebab itu, fase berikutnya (fase 2) yaitu diagnosis masalah. Berdasarkan atas persepsi kebutuhan akan perubahan yang belum terang itu, kita mencoba mendefinisikan dan mendeskripsikan masalahnya. Langkah berikutnya dalam proses perubahan itu yaitu mencari pengalaman, ide-ide, gosip dan pengetahuan yang relevan dengan permasalahan (fase 3). Berdasarkan diagnosis dan pencarian itu, kita harus memperoleh solusi yang sanggup diimplementasikan.

Sumber http://www.pondok-belajar.com/