Tes Kemampuan Dasar atau terkenal disebut (TKD) untuk siswa SD (SD) merupakan ujian bagi siswa kelas III. Materi yang diujikan ialah Membaca, Menulis dan Berhitung atau sering diistilahkan Calistung. Sebagaimana yang diajarkan pada kelas rendah, prioritas dalam pencapaian sasaran ialah kemampuan calistung yang merupakan bekal untuk melanjutkan di kelas tinggi yaitu kelas IV, V, dan VI.
Pada pelaksanaan Tes Kemampuan Dasa (TKD), siswa di uji kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
A. Membaca
Pada masa globalisasi menyerupai kini ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada bidang teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut pemberian budaya baca tulis, yaitu perwujudan sikap yang meliputi kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan kebutuhan baca tulis.
Namun hingga dikala ini budaya baca tulis belum sepenuhnya berkembang di masyarakat Indonesia. Karena itu jikalau bangsa Indonesia ingin berhasil dalam pembangunan di masa depan, pengembangan budaya baca tulis mutlak diperlukan.
Namun hingga dikala ini budaya baca tulis belum sepenuhnya berkembang di masyarakat Indonesia. Karena itu jikalau bangsa Indonesia ingin berhasil dalam pembangunan di masa depan, pengembangan budaya baca tulis mutlak diperlukan.
Yang menjadi problem kini adalah, kapan kemampuan membaca dan menulis mulai diajarkan? Jawaban pertanyaan itu bergotong-royong masih berupa polemik. Bagaimana tidak? Sebagian mahir menyampaikan membaca dan menulis gres sanggup diajarkan sesudah anak masuk SD sebagaimana kebijakan kurikulum Taman Kanak-kanak kini ini. Tetapi banyak juga mahir yang menyampaikan bahwa membaca dan menulis harus diajarkan semenjak dini.
B. Menulis
B. Menulis
Siapa pun sebetulnya berpotensi menjadi penulis. Buktinya, setiap orang bisa menulis diary-nya dengan lancar, runtut, baik, ekspresif, artikulatif. Ketika orang menulis diary-nya sendiri, ia dalam situasi psikologis yang bebas, tidak merasa sedang diancam oleh siapa pun. Ia memosisikan acara penulisan diary-nya sebagai acara ekspresi personal yang tak memerlukan penilai dan pemberi sanksi. Toh, sebuah diary tak akan dibaca orang. Karena itulah ia bisa menulis dengan baik. Tetapi ketika penulis diary itu mulai menulis artikel atau laporan yang akan dibaca orang, maka jadilah ia penulis yang tersendat-sendat, ekspresinya macet, sulit meruntutkan gagasan, artikulasinya terhambat, dan kerap kali gagal. Sebabnya, ketika menulis, mereka mereposisi sindiri menjadi individu yang terkerangkeng oleh hantu bahaya yang dibentuknya sendiri. Reposisi inilah yang keliru. Jadi, kuncinya ialah pada beban psikologis sebagai pemilik gagasan.
Dalam tradisi oral, orang akan merasa punya beban yang sedikit saja atau bahkan tidak punya sama sekali. Tapi ketika ia masuk ke tradisi literer, tradisi tulisan, beban itu bertambah bertumpuk-tumpuk. Ketika akan menuliskan gagasannya, setiap calon penulis menyerupai sedang menyusun sendiri bukti-bukti besar lengan berkuasa yang bisa membuatnya diberi sanksi. Entah hukuman moral, sosial, hukum, atau politik. Maka ia pun gagap menulis alasannya ialah beban itu.
C. Berhitung
C. Berhitung
Berhitung merupakan kemampuan yang dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, baik ketika membeli sesuatu, membayar rekening listrik, dan lain sebagainya. Tidak diragukan lagi bahwa berhitung merupakan pekerjaan yang kompleks yang di dalamnya melibatkan membaca, menulis, dan keterampilan bahasa lainnya. kemampuan untuk membedakan ukuran-ukuran dan kuantitas relatif dan obyektif. kemampuan untuk mengenali urutan, pola, dan kelompok. Ingatan jangka pendek untuk meningat elemen-elemen dari sebuah soal matematika dikala mengerjakan persamaan. kemampuan membedakan ide-ide abstrak, menyerupai angka-angka negatif, atau system angka yang tidak memakai basis sepuluh.
Sumber http://ktsp-sd.blogspot.com