Betapa besar peranan bahasa dalam suatu kisah tertentu, dan hal ini diakui oleh semua orang. Semua unsur kisah sebagaimana tersebut sanggup dinikmati apabila telah disampaikan atau dinyatakan dalam bahasa.
![]() |
Jenis Gaya Bahasa Dalam Penulisan Cerpen |
Apabila dilihat dari arti katanya maka gaya bahasa berarti cara tampil atau cara menampilkan diri. Karena bahasa dalam sebuah karya sastra berfungsi sebagai medianya, atau perantaranya, maka secara keseluruhan pengertian gaya bahasa ialah cara menampilkan diri dalam bahasa. Oleh lantaran itu, dari gaya bahasa akan terlihatlah keadaan langsung seseorang.
(Baca Tehnik Memperkenalkan Watak Pelaku Dalam Sebuah Cerpen)
(Baca Jenis Sudut Pandang Dalam Penulisan Cerpen)
Dengan gaya bahasa yang baik akan oke evaluasi seseorang terhadapnya. Menurut Tarigan (seperti dirujuk dalam Suroto, 1990:114) Taringan menunjukan bahwa gaya bahasa merupakan cara untuk memberikan pikiran melalui bahasa secara khas/khusus untuk memperlihatkan kepribadian dan jiwa penulis (pengguna bahasa). Gaya bahasa juga merupakan ekspresi personal insan untuk memberikan maksudnya dengan bahasa verbal maupun dengan bahasa tulisan. Setiap pengarang mempunyai bahasa khasnya untuk melukiskan peristiwa-peristiwa lewat media bahasa, ibarat jenis bahasa yang digunakan, kata-katanya, sifat atau ciri khas imajinasi, struktur, dan irama kalimat-kalimatnya.
(Baca Tehnik Memperkenalkan Watak Pelaku Dalam Sebuah Cerpen)
(Baca Jenis Sudut Pandang Dalam Penulisan Cerpen)
Dengan gaya bahasa yang baik akan oke evaluasi seseorang terhadapnya. Menurut Tarigan (seperti dirujuk dalam Suroto, 1990:114) Taringan menunjukan bahwa gaya bahasa merupakan cara untuk memberikan pikiran melalui bahasa secara khas/khusus untuk memperlihatkan kepribadian dan jiwa penulis (pengguna bahasa). Gaya bahasa juga merupakan ekspresi personal insan untuk memberikan maksudnya dengan bahasa verbal maupun dengan bahasa tulisan. Setiap pengarang mempunyai bahasa khasnya untuk melukiskan peristiwa-peristiwa lewat media bahasa, ibarat jenis bahasa yang digunakan, kata-katanya, sifat atau ciri khas imajinasi, struktur, dan irama kalimat-kalimatnya.
Gaya bahasa seorang pengarang turut dipengaruhi oleh pendidikannya, usia, pengalaman, lingkungan, aliran, dan kecakapannya menuturkan cerita. Oleh lantaran itu, gaya bahasa seorang pengarang beraliran humanis akan berbeda dengan pengarang yang menganut pedoman romantis.
Nurgiyantoro (2005:276) menyatakan gaya bahasa ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan ibarat pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi dan lain-lain. Menurut Leech dan Short (dalam Nurgiyantoro, 2005:277) gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu, dan sebagainya. Dengan demikian, gaya bahasa sanggup bermacam-macam sifatnya, bergantung pada konteks di mana dipergunakan, selera pengarang, dan tujuan penuturan itu sendiri. Adanya konteks, bentuk, dan tujuan yang telah tertentu inilah yang akan memilih gaya bahasa sebuah karya. Seorang pengarang kalau menulis dalam konteks dan tujuan yang berbeda, contohnya dalam konteks fisikdan makalah ilmiah, mau tak mau akan mempergunakan gaya yang berbeda pula.
Gaya bahasa sangat beragam, hal itu disebabkan oleh dasar penggolongan yang berbeda. Kalau didasarkan pada penuturnya tentu sangat banyak dan tidak mungkin. Karena tujuan gaya bahasa untuk menarik perhatian, maka akan lebih baik kalau dasar yang digunakannya ialah cara untuk mencapai tujuan itu.
Untuk materi pengetahuan, penulis menurunkan secara singkat jenis-jenis gaya bahasa yang sudah sering digunakan dalam banyak sekali karya sastra. Gaya bahasa tersebut ialah sebagai berikut:
1. Asosiasi
Asosiasi ialah gaya bahasa yang memperlihatkan perbandingan terhadap suatu benda yang sudah disebutkan.
2. Metafora
Metafora ialah gaya bahasa yang memperbandingkan suatu benda dengan benda lain. Kedua benda itu mempunyai kesamaan sifat.
3. Simbolik
Gaya bahasa ini melukiskan sesuatu dengan benda lain sebagai perbandingan.
4. Alegori
Alegori ialah suatu gaya bahasa yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh. Beberapa perbandingan yang bertaut satu dengan yang lain membentuk satu kesatuan utuh.
5. Litotes
Gaya bahasa ini sanggup digunakan untuk merendahkan diri.
6. Metonimia
Metonimia ialah gaya bahasa yang menyebutkan suatu kata tertentu sebagai pengganti yang dimaksud.
7. Hiperbola
Gaya bahasa ini menggunakan kata tertentu untuk melukiskan sesuatu yang lebih besar atau lebih hebat.
8. Personifikasi
Personifikasi ialah gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda mati sanggup berbuat atau bergerak ibarat manusia.
9. Parabel
Gaya bahasa ini melukiskan pedoman hidup, filsafat hidup yang berkhasiat bagi kehidupan. Biasanya kita harus memahami seluruh isi karangan yang kita baca.
10. Tropen
Gaya bahasa tropen ialah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu sejajar dengan pengertian yang diinginkan.
11. Sinekdoke
Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama cuilan sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya.
a. Pars prototo: bermaksud sebagian untuk semua.
b. Totem proparte: bermaksud semua untuk sebagian.
12. Alusio
Alusio ialah gaya bahasa yang mempergunakan peribahasa atau ungkapan yang sudah diketahui umum.
13. Antonomasia
Gaya bahasa ini menyebutkan sesuatu tidak menyebutkan yang sebenarnya, tetapi diganti dengan nama lain yang sesuai dengan sifatnya.
14. Eufimisme
Gaya bahasa eufimisme ialah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan cara halus. Biasanya untuk menghindarkan diri dari yang dianggap tabu.
15. Perifrasis
Perifrasis ialah gaya bahasa penguraian. Sepatah kata diganti dengan serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
16. Ironi
Ironi ialah gaya bahasa menyindir. Sesuatu benda atau perkataan dikatakan sebaliknya.
17. Sinisme
Sinisme disebut juga sindiran yang bermaksud mencemooh.
18. Sarkasme
Sarkasme ialah gaya bahasa sindiran yang amat kasar dan tajam.
19. Anakronisme
Gaya bahasa ini ialah menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan sejarah.
20. Kontradisio interminis
Gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa yang memperlihatkan suatu pernyataan yang sudah diucapkan disangkal lagi oleh ucapan kemudian.
21. Antitesis
Gaya bahasa ini menggunakan paduan kata-kata yang bertentangan artinya.
22. Paradoks
Dalam gaya bahasa ini diungkapkan pernyataan atau perbandingan yang bertentangan.
23. Pleonasme
Gaya bahasa ini menggunakan kata mubazir. Hal ini lantaran pengertian dimaksud sudah terkandung dalam kata-kata sebelumnya.
24. Paralelisme
Paralelisme ialah gaya bahasa perulangan dengan maksud mencapai imbas yang besar. Bila kalimat yang diulang awal kalimatnya disebut anafora, sedangkan bila kata yang diulang pada tamat disebut efifora.
25. Repetisi
Gaya bahasa repetisi ialah gaya bahasa perulangan untuk mencapai efektifitas sebuah tutur.
26. Tautologi
Tautologi ialah gaya bahasa untuk memperjelas sesuatu maksud dengan menggunakan dua kata atau lebih yang hampir sama pengertiannya.
27. Klimaks
Gaya bahasa ini melukiskan sesuatu, semakin usang semakin keras atau hebat.
28. Antiklimaks
Antiklimaks ialah lawan klimaks. Kata-kata yang digunakan dalam gaya bahasa ini makin usang makin menurun.
29. Praterito
Dalam gaya bahasa ini penutur seperti menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu. Pembaca atau pendengar dibiarkan mengungkapkan sendiri apa yang sengaja dihilangkan atau tidak disebut.
30. Enumerasio
Gaya bahasa ini bermaksud melukiskan beberapa insiden utuh secara satu persatu supaya tiap-tiap insiden itu tampak dengan jelas.
31. Ekslamasio
Gaya bahasa ini menggunakan kata-kata seru untuk menengaskan arti.
32. Interupsi
Untuk menengaskan maksud, maka ditengah-tengah kalimat pokok disisipkan kata atau frase.
Sumber http://www.pondok-belajar.com/