Saturday, August 12, 2017

√ Dihari Kepergian Sang Ibunda Tercinta

Suasana belum dewasa sebayaku menciptakan suasana menjadi semakin damai. Semua pada lagi asiknya bermain, suasana sangat menyenangkan sekali, dan mentari terasa sangat-sangat terik seakan-akan memarahiku biar saya segera kembali kerumah.
Di rumah berbagai orang-orang pada berdatangan, saya sama sekali tidak tahu apa yang sebenrnya sedang terjadi di rumahku. Aku melamun seketika disusul ayah yang kenudian menarik tangganku dengan mata berbinar.
anak sebayaku menciptakan suasana menjadi semakin tenang √ Dihari Kepergian Sang Ibunda Tercinta
Kepergian Sang Ibunda Tercinta

Ayah... mengapa rumah kita menjadi ramai? Tanyaku kebingungan. “ayo nak ikut ayah” ayah membawa ku ke dalam ruma, kemudian saya bertanya lagi “apa yang terjadi ayah?” dan jangan katakan bila yang sedang terbaring itu ibu” ujar ku, namun  keadaan berkata lain. 
Isak tangis ku tersedu-sedu melihat kabut-kabut bandel begitu cepat merenggut nyawa ibuku, perempuan yang  sangat ku kasihi, daerah dimana saya mencari syurga illahi. Mengapa semua terasa berlalu begitu cepat, bagaikan petir disiang bolong keluh ku.
Ayah ku berujar “ayah juga tidak menginginkan ibu mu pergi begitu cepat, namun tamat hayat telah tiba menjemputnya disaat kau dan ayah mesih sangat membutuhkannya.  Kemudian ayah menjelaskan kejaidian yang terjadi kepada ibu ssat di menghembuskan nafas terakhirya. “ayah juga tidak tahu secara niscaya tetapi yang terang itu semua disebabkan oleh penyakit ibu yang sudah terun temurun dari kakek mu hingga kepada almarhum ibu mu” memang ibu sakit apa? Dan mengapa beliua tidak penah menceritakannya kepada ku” tanya ku. Suasana senyap seketika auah menunduk entah apa yang sedang ayah pikirkan akupun tidak tahu. 

Kemudian ayah melanjutkan katanya “ bahwasanya ibu kau mau memberitahu mu perihal penyakitnya ini, akan tetapi ibu kau takut bila itu akan menjadi beban pikiran mu’ kemudian saya melanjutkan ucapanku “bagaimana sanggup ibu terlihat begitu sehat selama ini? Ayah tidak sanggup berkata apa-apa lagi dan meninggalkan ku sendiri yang masih terisak isak. 

Ditengah perjalanan menuju pemakaman ibu, saya tidak menoleh kemanapun, mataku hanya tertuju pada kerenda yang sedang di susung oleh orang-orang untuk mengantarkan ibundaku tercinta ke daerah pembaringannya yang terakhir. Bathinku sangat pilu ketika melihat ibuku benar-benar memejamkan matanya ketika kain kapan dibuka talinya ketika badan terbujur tersebut dibaringkan di liang lahat sebagi tenpat istirahat yang terakhir. “doakan ibumu semoga senang di alam sanan” ucap ayahku sambil terisak. 
Sebelum saya dan ayahku meninglkan pusara, saya sempat memanjatkan doa dengan nrimo supaya ibuku di tempatkan di daerah syurga firdaus oleh sanga yang maha khaliq. Dan saya berharap semoga kelak kami dipertemukan kembali di alam syurga. 
Rasanya saya sangat berat meningalkan pusara ibuku, namun saya tidak sanggup merbuat apa-apa lantaran semua orang sudah berlalu yang tinggal sekarang hanya saya dan ayahlku saja, dan ayah mengajakku untuk kembali kerumah untuk mendoakan ibu.

Dalam senja saya berharap akan ada bianglala-binaglala menggodaku dengan warnanya yang idah. Aku yakin dibalik indahnya bianglala ada ibu yang telah menjadi bidadari-bidadari syurga untuk ayah. Aku tersenyum kecil membayangkan bila itu benar-benar menjadi kenyataan.
Aku melirik ke ayah, ternyata ayah sedang diam diam menatap lukisan-lukisan fana perihal ibu. “ayah sedang memikirkan ibu ya?” tanyaku memecahkan keheninggan. 

Eh kau ada ada aja sergah ayah. “Tetapi benrkan ayah lagi memikitkan ibu?” godaku. Namun ayah hanya diam diam saja. 
Pagi ini mendung tiba kembali menggantung di atas atap rumah ku, gerimis mulai turun semua sayu dan membisu. Tanpa saya tahu makna dari itu saya malah membatin “mungkin ini ialah sebuah mengambarkan bila ibu ku sedang sedih lantaran sedang meridui saya dan ayahku”. Ah bukankah tidak ada yang abdi di dubia ini semua fana dimana semua akan punah ditelah massa. 
Malam yang hirau taacuh menciptakan saya terbawa dalam mimpi yang ditemani bintang-bintang dan bulan. Aku melihat ibuku berpakaian serba putih wajah ibuku bersinar-sinar dan saya malah terus melangkah mendekati ibuku. “ kau terlihat sangat bagus ibu” ucapku. Ibuku hanya tersenyum dan tidak menjawab satu patah katapun. Aku dan ayah disini sangat merindukan ibu maukah ibu kembali bersama kami lagi disini” tanyaku. “Ayolah ibu saya mohon” pintu ku lagi. Kemudian ibuku menjawab maaf nak ibu tidak sanggup dan biar kau tahu saja bila ibu sangat senang disini, dan ibu juga selalu merindukan mu dan ayahmu”, jawab ibuku sambl terus berlalu. 

Karya Siswi MA darul Itami 
   
   

    
   


Sumber http://www.pondok-belajar.com/