Syarat-syarat Menulis Sebuah Paragraf
Untuk menhasilkan Sebuah paragraf yang baik. kita harus menyajikakanya dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun Syarat-syarat paragraf yang baik tersebut ialah sebagai berikut:
1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf ialah bahwa semua kalimat yang membina paragraf tersebut secara tolong-menolong menyatakan satu hal atau satu topik. Karena tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran utama atau satu topik. Fungsi paragraf ialah membuatkan pikiran utama atau topik tersebut. Oleh lantaran itu, dalam mengembangkannya dilarang terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak bekerjasama dengan topik atau pikiran utama tersebut. Dengan kata lain, semua kalimat yang ada dalam sebuah paragraf harus mendukung topik.
2. Koherensi
Yang dimaksud dengan koherensi ialah kekompakan kekerabatan atau kepaduan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Paragraf bukanlah kumpulan atau kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh sebuah kalimat yang mempunyai kekerabatan timbal balik antar mereka. hal ini menciptakan para Pembaca sanggup dengan gampang memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa kendala sama sekali lantaran adanya loncatan pikiran yang lain. Kepaduan atau koherensi dalam sebuah paragraf sanggup dibangun dengan memperhatikan (1) problem kebahasaan yang digambarkan dengan repetisi (perulangan), kata ganti, kata transisi; (2) pemerincian dan urutan isi paragraf; (3) Pemerincian dan urutan pikiran.
Kepaduan sebuah paragraf sanggup ditandai dengan mengulang kata kunci yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci yang mula-mula muncul/timbul pada awal paragraf, kemudian terus diulang-ulang pada kalimat berikutnya. Pengulangan ini dimaksudkan untuk memelihara kepaduan semua kalimat yang ada.
Kepaduan paragraf sanggup juga dibentuk dengan memakai kata ganti. Yaitu kata yang mengacu kepada ganti manusia, benda, ini dimaksdukan untuk menghindari terjadinya kebosanan, maka diganti dengan kata ganti tersebut. Pemakaian kata ganti dalam paragraf berfungsi menjaga kepaduan antara kalimat-kalimat yang membina paragraf.
Gorys Keraf (dalam Ibrahim, 1988:74) menyampaikan untuk menyatakan kepaduan dari sebuah paragraf, ada bentuk lain yang sering dipakai yaitu penggunaan kata atau frase transisi dalam bermacam hubungan. Kata atau frase transisi itu biasanya dipakai dalam goresan pena ilmiah dalam bermacam hubungan, misalnya: (1) kekerabatan yang menyatakan komplemen kepada sesuatu hal yang telah dijabarkan/disebut pada potongan sebelumnya. Bentuk jenis transisi yang dipakai biasanya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, menyerupai halnya, juga, lagi pula, berikutnya, ke-dua, ke-tiga, dan akhirnya, komplemen pula, dan demikian juga; (2) kekerabatan yang menyatakan kontradiksi dengan sesuatu yang sudah disebut sebelumnya, digunakan: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun dengan demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, dan meskipun; (3) kekerabatan yang menyatakan menggunakan, perbandingan,: lain seperti, halnya, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, dan sebagaimana; (4) kekerabatan yang menyatakan akhir atau hasil, dengan kata transisi: lantaran itu, oleh lantaran itu, lantaran itu, jadi, maka, akibatnya; (5) kekerabatan yang menyatakan tujuan, dengan kata penghubung: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, dan supaya; (6) kekerabatan yang menyatakan singkatan, menggunakan: ringkasnya, pendeknya, pada umumnya, secara singkat, menyerupai sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya; (7) kekerabatan yang menyatakan waktu, misalnya: segera, sementara itu, beberapa dikala kemudian, kemudian, sehabis itu,; (8) kekerabatan yang menyatakan tempat, misalnya: di sana, di sini, di seberang, dekat, berdampingan, berdekatan,.
3. Perincian dan Urutan Pikiran
Bagaimana cara membuatkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf, dan bagaimana memilih kekerabatan antara pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas, dilihat dari tahapan dan urutan perinciannya. Perincian ini sanggup diurut secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (akibat-sebab, sebab-akibat, umum-khusus, khusus-umum), berdasarkan proses, berdasarkan urutan ruang, dan sanggup juga dari sudut pandangan yang satu ke sudut pandangan yang lain.
Pengembangan Paragraf
Mengembangkan paragraf bukanlah proses permainan kata-kata. Tujuan utamanya ialah menciptakan sebuah topik menjadi sebuah diskusi yang menarik. Untuk itu memang diharapkan kata-kata yang tepat. Tapi prosesnya jangan hingga bermetamorfosis permainan kata-kata, sehingga tujuan utama terkesampingkan. Di samping itu, membuatkan paragraf juga bukanlah mengulang-ulang kalimat topik dengan cara menukar-nukar cara menyatakannya. Cara yang demikian hanya membosankan pembaca saja. Cara ini hanya menunjukkan kepada pembaca, bahwa penulis sendiri tidak menyadari apa yang dimaksudkan.
Mengembangkan paragraf ialah menerangi sisi-sisi gelap yang ada pada kalimat topik. Oleh lantaran itu, hal-hal yang kurang terang perlu dipaparkan sehingga apa yang kita maksud sepenuhnya sanggup dihayati oleh pembaca. Untuk mencapai hal tersebut, hindarilah motif memainkan kata-kata, jangan mengulang-ulang kalimat topik dan jangan biarkan pikiran melantur ke soal-soal lain, tetapi pusatkanlah perhatian pada kalimat topik yang sedang dihadapi.
Pada hakikatnya mengarang ialah membuatkan paragraf demi paragraf. Tiap pengembangan paragraf memerlukan sebuah topik. Kebutuhan itu mutlak. Oleh lantaran itu, dalam sebuah paragraf jangan hingga terdapat dua atau lebih kalimat topik. Bila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari satu kalimat topik, maka paragraf yang disusun tidak hemat. Sebaiknya kalimat topik yang kelebihan itu ditarik saja dan dikembangkan menjadi paragraf yang lain.
Sumber http://www.pondok-belajar.com/