Monday, September 4, 2017

√ Keren! Cataan Wali Kelas Di Raport Siswa

Pada kesempatan ini akan kami share hasil copy paste dari grup facebook guru, yang berdasarkan saya keren. Yaitu ihwal goresan pena pesan/catatan wali kelas yang terdapat pada raport. Semoga ini sanggup memperlihatkan ide kepada Bapak/Ibu Guru dalam menuliskan catatan wali kelas kepada para siswa.



Langsung saja sebagai berikut:

IBU GURU, AKU BUTUH PENGAKUAN
Copas dari FB teman

Zaman-zaman saya jadi wali kelas sesungguhnya paling mumet yaitu ketika mengisi nilai raport, lantaran saya termasuk guru yang tidak betah duduk lama. Namun demikian saya sangat menikmati ketika mengisi kolom'catatan wali kelas'.  Biasanya kebanyakan wali kelas mengisinya dengan simpel, kan. Seperti:

'Tingkatkan belajarmu'
'Pertahankan prestasimu'
'Dan lain-lain'

Lalu saya iseng menulis sebuah deskripsi berisi ihwal kelebihan siswa. Misal:

'Kamu anak yang cerdas, punya keingintahuan yang luar biasa, bila kau bisa memanfaatkannya dengan baik suatu hari kelak kau akan menjadi pribadi yabg sukses.'

'Kamu anak yang aktif, suka hal-hal yang gres dan tidak pernah bisa membisu itu memperlihatkan kau anak yangenerjik (ini untuk anak yang selalu ribut dan suka berkeliaran di kelas).

'Kamu anak yang sopan, baik dan pandai menjaga perasaan sobat terutama guru' (biasanya anaknya
pendiam).

'Kamu anak paling rapi dan bersih. Ibu dan teman-temanmu sangat menyukaimu lantaran hal itu.'

Dan masih banyak catatan-catatan lain yang saya sesuaikan dengan kepribadiannya masing-masing. Tidak sulit menuliskan kelebihannya lantaran setiap anak memang punya kelebihan masing-masing, sebandel-bandelnya anak, kalau kita mau jujur niscaya punya kelebihan.

Bahkan saya pernah punya anak didik wanita yang omongannya kasar, hampir tiap hari melawan guru, jarang hadir, suka bolos, jangan tanya soal kemampuan belajar. Hasilnya hampir nol. Pokoknya hampir sulitmengungkapkan apa kelebihannya. Mungkin satu-satunya hanya ia terlihat cantik. Mirip Acha septriasa. Lalu saya tulis:

'Kamu anak yang cantik. Mirip artis Acha Septriasa. Ibu sangat mengidolakannya. Semoga ibu pun bisa mengidolakanmu sebagai siswa yang bisa berhasil menyerupai Acha di suatu hari kelak.'

Hasilnya?
Mereka senyum-senyum GR membacanya. Karena mereka tahu itu jujur ihwal mereka. Yang pintar, yang (maaf) mungkin sering kita bilang bodoh, yang baik, yang bandel, yang pendiam semuanya tampak bahagiamembaca ada dua baris kalimat ratifikasi ihwal diri mereka. Saya tidak dengar ada yang bahas nilai matematika, bahasa inggris dan lain-lain.

Semua sibuk saling bertanya:
"Apa yang ibu tulis untukmu?"
"Catatan kau apa isinya?"
"Cieee, kau dibilang anak yang pemurah hati dan gak pelit. Tapi bener sih. Kamu selalu kasih minjam tipex ke aku."

Bahkan anak yang usil berkata:

"Ah, ibu wali kelas bohong tuh bilang kau baik. Baik darimana, dari Hongkong? Perasaan kau paling pembangkang di kelas."
"Enak aja, emang saya sesungguhnya baik kok, tapi tergantung gurunya."
Lalu di semester dua lantaran waktu mepet saya tidak sempat menuliskan deskripsi kelebihan mereka lagi.

Saya pikir biasa aja. Tahu-tahu semua protes.

"Bu, kok gak ada catatannya?"
"Ah, gak seru Bu. Enam bulan saya cuma mau nunggu itu."

Bahkan yang juara satu berkata:
"Yaaah, padahal itu yang saya tunggu-tunggu, Bu. Kalau nilainya sih udah bosan lihatnya. Dan segitu-gitu aja.
Kami kumpul lagi ya Bu raportnya, agar ibu isi catatannya."

Saya kaget.  Di semester kemudian saya cuma iseng. Ternyata bawah umur meresponnya lebih dari sekedar yang saya bayangkan. Mereka menginginkannya.

Akhirnya saya mulai berpikir dan mengambil kesimpulan sendiri bahwa bawah umur lebih membutuhkan sebuah ratifikasi ihwal diri mereka daripada sebuah nilai. Mereka butuh kebanggaan yang jujur.

Saya justru takut selama ini bawah umur didik saya sesungguhnya haus akan sebuah ratifikasi hal baik tentangdiri mereka. Sejak itu setiap jadi wali kelas selalu saya tuliskan ihwal kelebihan mereka.

Dan reaksi semua murid selalu sama. Tampak bahagia. Senang. Dan bangga.
Bahkan saya mulai menerapkannya tidak hanya di catatan raport, tapi sebisa mungkin di setiap evaluasi soal.

Atau dalam interaksi sehari-hari. Semisal lebih banyak mengajak mereka ngobrol (di luar dari pelajaran) kemudian diselipkan pengakuan-pengakuan kebaikannya. Misal:

"Eh, serius lho, Ibu paling suka tiap kali lihat kau habis jajan sampahnya eksklusif di taruh ke tong sampah."
"Entah kenapa Ibu kok gembira ya punya murid kayak kau yang suka meminjamkan pulpen sama Tipe-X ke teman-teman. Pasti kau nanti akan jadi orang yang penolong."

"Ya ampuuun, bunyi kau lagi teriak di kelas merdu banget. Mau gak Ibu angkat jadi semacam Jubir Ibu. Jadinanti kalau ada apa-apa yang mau Ibu sampaikan, kau yang menyampaikannya ke teman-temanmu."

(Untuk hal menyerupai ini, suruh yang paling ribut dan gak mau diam. Sehingga si anak merasa dipercaya mampumelakukan sesuatu sesuai kemampuannya).

Banyak lagi yang lain. Masalahnya terkadang kita terlanjur sewot dan dongkol sama anak yang bandel, hingga ogah rasanya mau muji-muji. Jangan, Bu. Mereka punya porsi yang sama untuk kita senangi. Punya hak yang sama untuk disayangi.

Saya tidak tahu apa tindakan ini sesuai dengan hukum manajemen kurikulum atau tidak. Atau mungkin jugabanyak guru yang sudah melaksanakan hal serupa.

Hal ini sesungguhnya tidak hanya bisa diterapkan oleh seorang guru pada murid. Orangtua kepada anak juga bisa. Terutama ibu yang banyak berinteraksi dengan anak. Yuk mari yuuuuk ... kita lebih membuka diri membacakelebihan sang anak dan tidak gengsi mengakuinya. Tidak melulu membicarakan kelemahan mereka. Kelebihan di sini bukan semata-mata ihwal prestasi ya, Bu. Melainkan cenderung ke sifatnya sehari-hari.

------------------------
Demikianlah ihwal sebuah tulisan, yang saya sendiri tidak tahu penulisnya, sehingga tidak sanggup mencantumkan sumbernya. Semoga bermanfaat...share juga ke rekan Anda
----------------------

Lihat juga:
1. Download aplikasi Cetak Sertfikat Piagam berbasis excel
2. Cara cepat menciptakan akta piagam memakai microsoft word



Sumber http://apk13sd.blogspot.com/