Wednesday, September 27, 2017

√ Sebuah Citra Philosofi Kehidupan

Pada suatu masa ada seorang musafir miskin dengan seorang anak dan seekor unta renta yang hendak berpergian ke suatu tempat. Karena keadaan unta tersebut yang sudah renta maka orang renta tadi menyuruh anaknya untuk naik di atas unta dan meletakkan sedikit bakal perjalanan mereka, sedangkan ia sendiri berjalan kaki sambil memegang tali kendali unta.

 Pada suatu masa ada seorang musafir miskin dengan seorang anak dan seekor unta renta yang h √ Sebuah Gambaran Philosofi Kehidupan
Sebuah Gambaran Philosofi Kehidupan
Pada dikala ia melintasi kampung pertama, kejanggalanpun terjadi, dimana semua orang dikampung tersebut mecela anak ia dengan upatan anak tidak berperasaan sebab anak tersebut membiarkan orang tuanya berjalan kaki, sementara dia sendiri duduk santai di atas punggung onta. Akibat upatan dan makian orang kampung tadi orang renta tersebut meminta pendapat kepada anaknya bagaimana kalau seandainya anaknya berjalan kaki dengan megang tali unta dan ayahnya duduk diatas unta. Anaknya menyanggupinya sebab ini demi untuk menghindari fintah kalayak ramai.


Sesudah menganti posisi tersebut, mereka kembali melanjutkan perjalanan tadi. Namun alangkah terkejutnya mereka pada dikala melintasi pemukiman penduduk selanjutnya, mereka masih saja mendapati upatan dan celaan, dimana penduduk tesebut memojokkan orang renta tadi dengan upatan tidak berotak, sebab membiarkan anaknya berjalan kaki, sementara dia asik duduk santai diatas unta. Akibat cacian tersebut mereka memustuskan untuk naik unta secara bersama, dimana ayah dan anak tadi duduk bersama diatas unta yang sudah renta tersebut dengan tujuan untuk mengidari cacian orang.

Setelah mereka berdua manaiki unta tadi merekapun melanjutkan peljalanan kembali. Ketika mereka melewati desa berikutnya mereka masih tetap dicaci dan diupat oleh penduduk setempat, kali ini cacian di khususkan kepada mereka berdua dimana meraka berdua dianggap tidak berotak dan kejam terhadap binatang, mereka menyampaikan ”sudah tau unta sudah renta masak dinaiki berduan dasar gak ada otak tu orang” . sehabis bencana itu mereka memutuskan untuk berjalan kaki bersama dan dibiarkan unta berjalan kaki tanpa beban dengan tujuan tidak ada lagi cacian dan upatan kalau waktu mereka melintasi desa selanjutnya.

Sesudah makan dan minum sejenak untuk perbakalan perjalan kaki, mereka menuruskan lagi perjalannya. Alangkah terkejutnya mereka ketika melewati desa selanjutnya ternyata cacian dan makian masih tetap ditujukan kepada mereka, kali ini caciannya mereka dianggap orang terbelakang yang tidak sanggup memanfaatkan kendaraan yang dimiliki. Mereka menyampaikan ” terbelakang kalilah kalian ini sudah ada kendaraan tapi masih berjalan kaki. Mendapati cacian ini mereka tidak melaksanakan apa-apa lagi sebab kebutulan mereka sudah hingga pada daerah yang dituju dan orang renta itupun sempat berpikir seandaianya masih ada perjalanan jenis cacian dan upatan apa lagi yang akan mereka dapati.

Dari dongeng pendek diatas sanggup kita simpulkan begitulah citra kehidupan didunia ini, dimana kita akan selalu disalahkan oleh orang lain meskipun apa yang kita lakukan sudah sangat baik berdasarkan kita. Contohya saja ketika ada orang kaya yang mendermakan hartanya kepada fakir miskin untuk menjalankan proposal islam, masih ada juga orang yang menyalahkan perilaku orang kaya ini dengan alasan pamer kekayaan, sok murah hati dan sebagainya. Kaprikornus sebagai anutan kita dalam megharungi kehidupan ini sebaiknya jagan pernah terpengaruh oleh hal-hal yang murahan ibarat itu selama apa yang kita lakukan baik berdasarkan kita dan tidak melanggar hukum agama dan hukum negara silakan saja berkreasi. karana watu sandungan itu tetap akan ada selama menusia masih ada dimuka bumi yang dipicu oleh penyakit hati yang tidak pernah tersirami oleh ayat-ayat tuhan sehingga ia membutakan hatinya dengan rasa iri, sombong hasat dengki dan kianat. Marilah kita merenungi diri apakah kita termasuk dalam katagori orang yang saya sebutkan di atas, kalau ya, maka cepatlah bertaubat, sebab itu merupakan dosa yang sangat besar dan Allah sendiri tidak akan memasukkan orang-orang ibarat itu dalam nirwana Nya, nauzubillah.

Maka terakhir dengan moment Bulan Ramadhan ini marilah kita sucikan hati dan jiwa kita untuk sanggup memperoleh hidayah dan ampunan dari allah SWT semoga pintu keampunannya masih terbuka untuk kita sehingga aidul fitri yang kita idamkan benar-benar terwujud adanya.

Wallahu ’alam


Sumber http://www.pondok-belajar.com/