Oleh: Kelompok 2
Politeknik Kesehatan Makassar
Jurusan Analis Kesehatan
Dosen Pembimbing : Hj. Nurlia Naim, S. Si., M.Kes
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR IS ............................................................................................. ii
BAB. I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................. 2
BAB. II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
2.1 Pengertian Leukosit ............................................................... 3
2.2 Jenis-jenis Leukosit ............................................................... 5
2.3 Karakteristik Leukosit ............................................................ 11
2.4 Menghitung Jumlah dan Jenis-jenis Leukosit ...................... 13
2.5 Kelainan-kelainan Leukosit .................................................. 21
BAB. III PENUTUP ................................................................................ 24
3.1 Kesimpulan ........................................................................... 24
3.2 Saran .................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 25
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiap hari kita menghirup udara dan memegang banyak sekali benda. Oleh lantaran itu, bagaimanapun juga kita akan selalu berinteraksi dengan bakteri. Seperti diketahui, begitu ada kesempatan maka kuman akan menyelinap masuk ke dalam darah, kemudian berkembang biak dan mengeluarkan toksin (racun) yang sanggup merusak kualitas darah. Kalau memang demikian, apakah itu berarti bahwa setiap hari ada kemungkinan bagi individu untuk menderita suatu penyakit, lantaran acara keseharian yang dilakukan individu?
Jangan cemas dulu. Ternyata, kenyataan tidak memperlihatkan hal demikian. Bagaimanapun juga hanya sedikit sekali orang yang dalam setahun sakit secara terus-menerus. Mengapa bisa demikian? Karena dalam darah insan terdapat suatu pasukan tempur yang berjumlah sangat besar yang tak henti-hentinya bertempur dan memberantas bakteri.Pasukan tempur itu tidak lain ialah sel darah putih yang juga dikenal dengan sebutan leukosit.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan duduk kasus dari makalah ini yaitu :
1. Apakah bergotong-royong sel darah putih (leukosit) itu ?
2. Apa saja jenis-jenis dari sel darah putih (leukosit) itu sendiri ?
3. Apa saja karakteristik dari sel darah putih(leukosit) itu ?
4. Bagaimana cara menghitung jumlah sel dan jenis-jenis sel darah putih (leukosit) ?
5. Kelainan-kelainan apa saja yang terjadi pada sel darah putih (leukosit) ?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian wacana sel darah putih (leukosit).
b. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis sel darah putih (leukosit).
c. Untuk mengetahui karakteristik sel darah putih (leukosit).
d. Untuk mengetahui cara menghitung jumlah sel dan jenis-jenis sel darah putih (leukosit).
e. Untuk mengetahui kelainan yang mungkin terjadi pada sel darah putih (leukosit)
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu :
a. Kita sanggup mengetahui apa sebenarnya sel darah putih (leukosit)
b. Kita sanggup mengetahui apa saja jenis-jenis sel darah putih (leukosit)
c. Kita sanggup mengetahui karakteristik sel darah putih (leukosit)
d. Kita sanggup mengetahui bagaiman cara menghitung jumlah sel dan jenis- jenis sel darah putih (leukosit)
e. Serta kita sanggup pula mengetahui kelainan apa saja yang mungkin terjadi pada sel darah putih (leukosit).
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Leukosit
Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC, leukocyte) ialah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan banyak sekali penyakit infeksi sebagai potongan dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, mempunyai inti, sanggup bergerak secara amuboid, dan sanggup menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah insan cukup umur yang sehat - sekitar 4000-11000 sel per tetes. Dalam masalah leukemia, jumlahnya sanggup meningkat hingga 50000 sel per tetes.
Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen menyerupai organisme sel tunggal. Leukosit bisa bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka ialah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit mempunyai bentuk yang berbeda dengan eritrosit. Bentuknya bervairasi dan mempunyai inti sel bula atau pun cekung. Gerakannya menyerupai Amoeba dan sanggup menembus dinding kapiler.
Beberapa leukosit secara aktif melaksanakan fagositosis, mencerna kuman dan sisa materi mati. Semua leukosit bergerak secara amuboid, beberapa jenis melebihi yang lain. Sebagian besar leukosit mempunyai kemampuan berpindah melalui pori kecil diantara sel-sel yang membentuk dinding kapiler. Gerakan ini disebut diapedes, berawal dikala suatu potongan sel mengalir dalam bentuk tonjolan serupa lengan yang kemudian melalui sebuah pori kecil. Sisa sitoplasma mengalir secara perlahan melalui pori kecil tadi ke sisi lain dinding kapiler. Dengan cara ini, seluruh sel bergerak melalui pori dari satu sisi ke sisi lain dinding kapiler.
Leukosit diangkut ke tempat infeksi oleh suatu proses yang disebut kemotaksis. Berbagai zat yang dilepaskan oleh mikroorganisme yang menyerang atau oleh sel jaringan yang terbunuh, mengangkut leukosit ke arah sumber biro kemotaksis. Difusi zat-zat membentuk gradient konsentrasi, yang diikuti leukosit. Kemotaksis sanggup mempunyai imbas positif atau negatif. Bila jaringan tubuh terluka atau terinfeksi, peradangan atau respon peradangan merupakan pertahanan tubuh. Kunci respon peradangan ialah pelepasan banyak sekali zat kimia dari jaringan tubuh yang satu ke jaringan tubuh yang lain disebut histamin.
Leukosit diangkut ke tempat infeksi oleh suatu proses yang disebut kemotaksis. Berbagai zat yang dilepaskan oleh mikroorganisme yang menyerang atau oleh sel jaringan yang terbunuh, mengangkut leukosit ke arah sumber biro kemotaksis. Difusi zat-zat membentuk gradient konsentrasi, yang diikuti leukosit. Kemotaksis sanggup mempunyai imbas positif atau negatif. Bila jaringan tubuh terluka atau terinfeksi, peradangan atau respon peradangan merupakan pertahanan tubuh. Kunci respon peradangan ialah pelepasan banyak sekali zat kimia dari jaringan tubuh yang satu ke jaringan tubuh yang lain disebut histamin.
Histamin mengakibatkan pembuluh darah di tempat yang terluka melebar, dengan demikian anutan darah di tempat itu bertambah. Akibat anutan darah meningkat, jaringan menjadi lebih merah dan lebih panas. Sebagai tanggapan cairan jaringan bertambah, jaringan menjadi bengkak, suatu keadaan yang disebut edema. Cairan jaringan yang penuh dengan protein dan plasma, mulai menggumpal dan mencegah anutan normal cairan jaringan. Sebagai hasilnya, sebaran kuman atau racunnya diperlambat dan ditahan pada tempat yang luka.
Cepatnya respon peradangan sebanding dengan meluasnya kerusakan jaringan. Karena itu, infeksi stafilokokus yang menghasilkan kerusakan besar jaringan, biasanya ditahan oleh respon peradangan dengan cepat. Infeksi streptokokus yang kurang merusak, mendatangkan respon peradangan sangat lamban. Sebagai akibat, penghalangan mungkin kurang berhasil, dan infeksi kuman sanggup berlanjut menyebar ke seluruh tubuh. Dengan pengrusakan jaringan dan pelepasan substansi kimia, daya tarik leukosit ke tempat luka bertambah.
Dengan proses diapedesis neutrofil bergerak dari kapiler, dan dengan proses kemotaksis neutrofil diangkut ke tempat luka.Karena leukosit memakan bakteri, maka akan terjadi pembentukan nanah pada tubuh yang luka. Sebenarnya nanah terdiri dari kuman mati dan hidup, leukosit, buangan sel, dan cairan tubuh. Bila leukosit merusak kuman invader (karakteristik bakteri) dengan baik, luka yang terinfeksi akan kembali normal,dan proses fagositosis berlangsung dengan baik. Apabila proses fagositosis tidak berlansung dengan baik maka nanah pada luka akan bertambah, dan infeksi akan menyebar ke seluruh tubuh.
2.2 Jenis-jenis Leukosit
Tabel Jenis-Jenis Sel Darah Putih
Tipe | Gambar | Diagram | % dalam tubuh manusia | Keterangan |
65% | Neutrofil bekerjasama dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang menawarkan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; acara dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak mengakibatkan adanya nanah. | |||
4% | Eosinofil terutama bekerjasama dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menunjukan banyaknya parasit. | |||
<1% | Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang mengakibatkan peradangan. | |||
25% | Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit: | |||
6% | Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh beliau hidup dengan kiprah tambahan: menawarkan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut sanggup dihafal dan dibunuh, atau sanggup menciptakan tanggapan antibodi untuk menjaga. | |||
(lihat di atas) | Monosit dikenal juga sebagai makrofag sesudah beliau meninggalkan anutan darah serta masuk ke dalam jaringan. | |||
ü Neutrofil.
Neutrofil berkembang dalam sum-sum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-se ini merupakan 60 -70 % dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik (0;3-0,8um) mendekati batas resolusi optik, berwarna salmon pink oleh adonan jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua :
· Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase.
· Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal (protein Kationik) yang dinamakan fagositin.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit mitokonria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino D oksidase dalam granula azurofilik penting dalam penceran dinding sel kuman yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibuat peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halida bekerja pada molekultirosin dinding sel kuman dan menghancurkannya.
ü Eosinofil.
Jumlah eosinofil hanya 1-4 % leukosit darah, mempunyai garis tengah 9um (sedikit lebih kecil dari neutrofil). Inti biasanya berlobus dua, Retikulum endoplasma mitokonria dan apparatus Golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofkik, granula ialah lisosom yang mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan bisa melaksanakan fagositosis, lebih lambat tapi lebih selektif dibanding neutrifil.
Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi, ini merupakan fungsi eosinofil untuk melaksanakan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibody. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah oleh proses-proses patologi. Kortikosteroid akan menimbulkan penurunan jumlah eosinofil darah dengan cepat.
ü Basofil.
Basofil jumlahnya 0-% dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12um, inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk abjad S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti, granul bentuknya ireguler berwarna metakromatik, dengan adonan jenis Romanvaki tampak lembayung. Granula basofil metakromatik dan mensekresi histamin dan heparin, dan keadaan tertentu, basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Hal ini memperlihatkan basofil mempunyai kekerabatan kekebalan.
ü Limfosit.
Limfosit merupakan sel yang sferis, garis tengah 6-8um, 20-30% leukosit darah. Normal, inti relatifbesar, lingkaran sedikit cekungan pada satu sisi, kromatin inti padat, anak inti gres terlihat dengan electron mikroskop. Sitoplasma sedikit sekali, sedikit basofilik, mengandung granula-granula azurofilik. Yang berwarna ungu dengan Romonovsky mengandung ribosom bebas dan poliribisom. Klasifikasi lainnya dari limfosit terlihat dengan ditemuinya gejala molekuler khusus pada permukaan membran sel-sel tersebut. Beberapa diantaranya membawa reseptos menyerupai imunoglobulin yang mengikat antigen spesifik pada membrannya.
Limfosit dalam sirkulasi darah normal sanggup berukuran 10-12um ukuran yang lebih besar disebabkan sitoplasmanya yang lebih banyak. Kadang-kadang disebut dengan limfosit sedang. Sel limfosit besar yang berada dalam kelenjar getah bening dan akan tampak dalam darah dalam keadaan patologis, pada sel limfosit besar ini inti vasikuler dengan anak inti yang jelas.
Limfosit dibagi ke dalam 2 kelompok utama (Farieh, 2008):
ü Limfosit B
berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibody
ü Limfosit T
terbentuk kalau sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan pematangan
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T mencar ilmu membedakan mana benda absurd dan mana bukan benda asing. Limfosit T cukup umur meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai potongan dari sistem pengawasan kekebalan.
ü Monosit.
Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap monosit. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Monosit ditemui dalam darah, jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui anutan darah, menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung daIam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan memegang peranan penting dalam pengenalan dan interaksi sel-sel immunocmpetent dengan antigen.
2.3 Karakteristik Leukosit
a. Jumlah
Jumlah normal sel darah putih ialah 5000 – 10000 sel/mm3 .
Jumlah normal sel darah putih ialah 5000 – 10000 sel/mm3 .
Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit
b. Fungsi
v Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi benda asing, termasuk kuman dan virus.
v Sebagai pengangkut yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding usus melalui limfa ke pembuluh darah.
c. Diapedesis
Leukosit mempunyai sifat diapedesis, yaitu kemampuan untuk menembus pori-pori membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan
d. Gerakan amuboid
Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan amuboid. Beberapa sel bisa bergerak tiga kali panjang tubuh dalam satu menit
e. Kemampuan kemoktasis
Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak mengakibatkan leukosit bergerak mendekati atau menjauhi sumber zat.
f. Fagositosis
Semua leukosit ialah fagositik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang pada neutrofil dan monosit
g. Rentang kehidupan.
Setelah diproduksi disumsum tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dalam sirkulasi darah sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberap hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis leukositnya.
2.4 Menghitung Jumlah dan Jenis-jenis Sel Leukosit
Adapun investigasi yang sering dilakukan di laboratorium terhadap leukosit yaitu :
a) Menghitung jumlah leukosit
Hitung leukosit yaitu menyatakan jumlah sel-sel leukosit perliter darah (System International Units = SI unit) atau /mm3 darah. Nilai normalnya 5000 - 10000 / mm3.
Berikut ini ialah cara hitung leukosit dengan cara manual memakai Kamar Hitung Improve neubauer.
Ada beberapa jenis Kamar Hitung yaitu kamar hitung Improve Neubauer, kamar hitung Original Neubauer, kamar hitung Burker, kamar hitung Turk, dan kamar hitung Thoma.
Disini kami memakai kamar hitung Improve Neubauer dan menjelaskan wacana pembagian kamar hitung tersebut secara rinci.
Luas seluruh bidang kamar hitung dibagi atas 9 kamar, yang luasnya masing-masing: 1 mm2. Leukosit dihitung pada lokasi A, B, C, dan D.
· Lokasi A, B, C, dan D : 1 kotak besar dibagi 16 kotak sedang, yang luasnya masing-masing = 1/16 mm2
· Pada potongan tengah kamar hitung dibagi menjadi 25 kotak sedang, yang luasnya masing-masing 1/25 mm2 . Tiap bidang ini dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil, jadi dalam bidang besar yang ditengah terdapat 25 x 16 = 400 kotak kecil, yang luasnya masing-masing 1/400 mm2 .
- Pipet leukosit didalamnya terdapat bola berwarna putih, mempunyai garis 0,5 - 1 – 11
Pengertian : Pemeriksaan laboratorium untuk tetapkan jumlah sel darah putih dalam materi investigasi darah
Tujuan : Menegakkan diagnosa penyakit dan pemantauan pengobatannya.
Prinsip : Darah diencerkan dengan larutan Turk, sel-sel selain leukosit akan dilisiskan dan darah akan menjadi lebih encer, sehingga leukosit akan gampang dihitung dibawah mikoroskop dengan pembesaran lensa objektif 10X dan 40X.
Alat dan Bahan:
a) Alat:
· Haemocytometer
· Mikroskop
· Autoclic
· Lancet
b) Bahan:
· Kapas Alkohol 70%
· Larutan Turk
· Darah Kapiler
· Deck GLass
Prosedur Kerja :
- Mengisi pipet leukosit
1.) Isaplah darah (kapiler, EDTA, atau oxalat) hingga krpada garis tanda 0,5 tepat
2.) Hapuslah kelebihan darah yang menempel pada ujung pipet
3.) Masukkan ujung pipet dalam larutan Turk samvil menahan darah pada garis tanda tadi. Pipet dipegang dengan sudut 450 dan larutan Turk diisap perlahan-lahan hingga garis tanda 11. Hati-hatilah jangan hingga terjadi gelembung udara.
4.) Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari kemudian lepaskan karet pengisap.
5.) Kocoklah pipet itu selama 15-30 detik. Jika tidak segera akan dihitung, letakkanlah dalam perilaku horisontal.
- Mengisi kamar hitung
1.) Letakkanlah kamar hitung yang higienis benar dengan beling penutupnya terpasang mrndatar diatas meja.
2.) Kocoklah pipet yang diisi tadi selama 3 menit terus-menerus, jagalah jangan hingga ada cairan terbuang dari dalam pipet itu diwaktu mengocok.
3.) Buanglah semua cairan yang ada di dalam batang kapiler pipet (3 atau 4 tetes) dan segeralah sentuhkan ujung pipet itu dengan sudut 300 pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir beling penutup. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya sendiri.
4.) Biarkan kamar hitung itu selama 2 atau 3 menit supaya leukosit-leukositdapat mengendap. Jika tidak sanggup dihitung segera, simpanlah kamar hitung itu dalam sebuah cawan petri tertutup yang berisi segumpal kapas basah.
- Menghitung jumlah sel
1.) Pakailah lensa objektif kecil, yaitu dengan pembesaran10x. Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. Meja mikroskop harus datar sikapnya.
2.) Kamar hitung dengan bidang bergarisnya diletakkan di bawah objektatif dan fokus mikroskop diarahkan kepada garis-garis bagi itu. Dengan sendirinya leukosit-leukosit terang terlihat.
3.) Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat “bidang besar” pada sudut-sudut “ seluruh permukaan yang dibagi”.
a. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan; kemudian turun ke bawah dan dari kanak ke kiri; kemudian turun lagi kebawah dan dimulai lagi dari kiri ke kanan. Cara menyerupai ini dilakukan pada keempat “bidang besar”.
b. Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garis-batas suatu bidang. Sel-sel yang menyinggung garis-batas sebelah kiri atau garis-atas harus dihitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis-batas sebelah kanan atau bawah dihentikan dihitung.
Perhitungan :
Keterangan :
N = Jumlah sel yang ditemukan
V = Volume bilik hitung
P = Pengenceran
Misal :
ü Dik :
sel yang didapat dibawah mikroskop (N) = 50 sel
Tinggi beling epilog (TKP) = 1/10 mm.
Pengenceran , 11-1 = 10/0,5 = 20 x
Luas kamar hitung : 64 kotak sedang x 1/16 kotak kecil = 4 mm2
ü Dit :
sel leukosit =,,,, / mm3 darah
- Penyelesaian :
Sel leukosit = P x TKP x N x L
= 20 x 10/1 x 50 x 4
= 4000 sel / mm3 darah
Nilai Normal berdasarkan Dacie
Dewasa laki-laki : 4000-11000 / mm3
Dewasa perempuan : 4000 - 11000 /mm3
Bayi : 10000 -25000 /mm3
1 tahun: 6000 - 18000 /mm3
12 tahun : 4500 - 13000 /mm3
b.) Menghitung jenis-jenis leukosit
Tujuan : Untuk melihat dan mempelajari morfologi sel-sel darah dan menghitung jenis-jenis leukosit.
Prinsip : Darah diteteskan diatas objek glass dengan memakai objek glass yang lain dibuat apusan darah, sesudah kering diwarnai, kemudian di periksa dibawah mikroskop.
Alat dan Bahan :
Alat :
· Mikroskop
· Objek glass
· Lancet
· Autoclic
Bahan :
· Kapas alkohol 70 %
· Larutan Geimsa 1:9
· Darah kapiler
Prosedur Kerja :
Membuat sediaan apus darah
- Memakai beling objek
Kaca objek yang akan digunakan harus yang kering, bebas debu dan bebas lemak. Untuk menggeserkan darah kepada beling itu pakailah beling objek lain yang sisi pendeknya rata sekali.
1.) Sentuhlah tanpa menyantuh kulit setetes darah kecil (garis tengah tidak melebihi 2 mm) dengan beling itu, kira-kira 2 cm dari ujungnya, dan letakkanlah beling itu di atas meja dengan tetes darah di sebelah kanan.
2.) Dengan ajudan diletakkan beling objek lain di sebelah kiri tetes darah tadi dan digerakkan ke kanan hingga mengenai tetes darah.
3.) Tetes darah akan menyebar pada sisi beling penggeser itu. Tunggulah hingga darah itu mencapai titik kira-kira ½ cm dari sudut beling penggeser.
4.) Segeralah geserkan kacca itu ke kiri sambil memegangnya miring dengan sudut antara 30 dan 400 . Janganlah menekan beling penggeser itu ke bawah.
5.) Biarkan sediaan itu kering di udara.
6.) Tulislah nama penderitabdan tanggal pada potongan sediaan yang tebal.
- Memakai beling penutup
Kaca epilog yang digunakan harus cukup tipis (no. 0) sehingga sanggup diperiksa dengan lensa emersi. Selain itu harus juga keringdan bersih.
1.) Sediakan 2 beling yang dipegang masing-masing dalam sebelah tangan pada ujung-ujung berdampingan.
2.) Sentuhlah setetes darah kecil (diameter kira-kira 1 mm) dengan beling epilog yang dipegang dalam tangan kanan.
3.) Taruhlah segera beling epilog itu di atas beling yang dipegang di tangan kiri, sedemikian sehingga beling itu menciptakan bintang bersudut 8. Darah akan melebar oleh daya kapilaritas.
4.) Sebentar sebelum darah itu berhenti menyebar, tariklah kedua beling dalam satu dataran sehingga berpisah.
5.) Biarkan sediaan kering di udara.
Memulas sediaan apus
- Pulasan Giemsa
Zat pulas Giemsa biasanya dibeli dalam keadaan larut. Jika hendaknmembuatnya sendiri, pakailah reagensia yang khusus dibuat untuk hematologi dan bahan-bahan lainnya yang murni.
Susunan larutan ialah sbb : azur II – eosin 3,0 g; azur II 0,8 g; glycerin 250 ml; metil alkohol 250 ml. Sebelum dipakai, larutan pokok ini harus diencerkan 20 kali dengan penyanggah Ph 6,4 (atau dengan aquadest Ph 6,4): 1 tetes Giemsa pokok untuk tiap 1 ml peyanggah. Zat pulas Giemsa yang telah diencerkan tidak tahan lebih usang dari satu hari, buatlah secukupnya saja supaya hemat.
1.) Letakkan sediaan yang akan dipulas di atas rak tempat memulas dengan lapisan darah ke atas.
2.) Teteskanlah sekian banyak metilalkohol ke atas sediaan itu, sehingga potongan yang terlapisi darah tertutup seluruhnya. Biarkan selama 5 menit atau lebih lama.
3.) Tuangkanlah kelebihan metilalkohol dari kaca.
4.) Teteskanlah sediaan itu dengan Giemsa yang telah diencerkan dengan larutan penyanggah dan biarkan selama 20 menit.
5.) Bilaslah dengan air suling.
6.) Letakkan sediaan dalam perilaku vertikal dan biarkan mengering pada udara.
7.) Setelah kering tetesi oil emercy dan periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 100 x.
Hasil Pengamatan
Jenis | Lapangan Pandang | Jumlah (%) | |||||||||
I | II | III | IV | V | VI | VII | VIII | IX | X | ||
Basofil | _ | _ | _ | _ | _ | _ | _ | _ | _ | _ | 0 |
Eosinofil | _ | _ | _ | _ | _ | _ | _ | _ | I | _ | 1 |
Neutrofil Segmen | I | _ | II | _ | I | III | _ | II | II | _ | 11 |
Neutrofil Batang | II | _ | I | I | III | _ | II | _ | III | I | 13 |
Limfosit | IIIII | IIIII | I | III | II | III | IIIII | II | II | IIII | 32 |
Monosit | II | IIIII | IIIII I | IIIII I | IIII | IIII | III | IIIII I | II | IIIII | 43 |
Jumlah | 10 | 10 | 10 | 10 | 10 | 10 | 10 | 10 | 10 | 10 | 100 |
Nilai Normal :
Ø Basofil : 0-1 %
Ø Eosinofil : 1-3 %
Ø Neutrofil Segmen : 30-55 %
Ø Neutrofil Batang : 2-6 %
Ø Monosit : 2-8 %
Ø Limfosit : 20-30 %
2.5 Kelainan-kelainan yang Terjadi pada Sel Darah Putih (Leukosit)
- Kelainan pada jumlah sel darah putih (leukosit)
- Jumlah leukosit < nilai normalnya, disebut dengan leukopenia.
- Jumlah leukosit > nilai normalnya, disebut dengan leukositosis.
- Kelainan pada jenis-jenis sel darah putih (leukosit)
Kelainan kualitatif (fungsi dan morfologi)
1. Kelainan fungsi:
ü Kelainan fungsi leukosit, granulosit, kemotaksis, fagositosis,
menelan dan membunuh kuman, serta kelainan limfosit
2. Kelainan morfologi leukosit
ü Kelainan sitoplasma: granulasi toksik (infeksi kuman akut, luka bakar, intoksikasi); granulasi polimorfonuklear (leukemia, sindrom mielodisplasia); tubuh dohle (keracunan, luka bakar, infeksi berat); batang aurer (leukemia mieloid akut); limfositik plasma biru (infeksi virus, mononukleosis infeksiosa); smudge sel (leukemia limfositik kronik); dan vakuolisasi (keracunan, infeksi berat).
ü Kelainan inti sel: Hipersegmentasi (anmegaloblastik, infeksi,uremia, GGK); inti piknotik (sepsis, leukemia); dan anomali Pelger Huet (leukemia kronik, mielodisplastik)
Kelainan Kuantitatif
1. Leukositosis: neutofilia (infeksi kuman akut); basofilia (gangguan mieloproliferatif); monositosis (infeksi kronis, malaria, riketsia, penyakit kolagen vaskular,dll); limfositosis (gangguan imunologik berkepanjangan, infeksi virus); eosinofilia ( hay fever, penyakit kulit alergi, infeksi parasit, reaksi obat,dll)
2. Leukopenia: neutropenia (obat kemoterapi kanker, toksin, respon imun, hematologik, infeksi); limfopenia ( destruksi, infeksi virus , HIV); dan eosinopenia (obat, stress).
Kelainan Leukosit Proliferative
2. Mieloproliferatif
a. Akut: leukemia granulositik akut; leukemia progranulositik akut; leukemia mielomonositik akut; leukemia monositik akut; eritroleukemia; dan leukemia megakarioblas akut
b. Kronis: leukemia granulositik kronis; polisitemia vera (peningkatan jumlah SDM); trombositemia essensial (proliferasi berlebihan sel turunan megakariosit serta pembentukan trombosit dalam jumlah yang sangat besar); mielofibrosis dengan metaplasia mieloid (proliferasi tidak terkendali sel hematopoietik dalam organ ekstramedular dan fibrosis di sumsum tulang)
3. Limfoproliferatif
a. pada sumsum tulang dibagi menjadi akut dan kronis
b. pada kelenjar limfe dan organ dibagi menjadi penyakit hodgkin dan non-hodgkin).
c. pada diskrasia sel plasma dibagi menjadi mieloma multiple dan makroglobunemia waldemstrom's, dll.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC, leukocyte) ialah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan banyak sekali penyakit infeksi sebagai potongan dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, mempunyai inti, sanggup bergerak secara amuboid, dan sanggup menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah insan cukup umur yang sehat - sekitar 4000-11000 sel per tetes.
3.2 Saran
Dengan terselesainya penyusunan makalah ini kami harapkan semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca, serta kami membutuhkan kritik dan masukan dari banyak sekali pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Sel Darah Putih. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih. 7 April 2010.
Anonim. 2010. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1835870-apa-fungsi-sel-darah-putih/. 7 April 2010.
Aryoseto, Lukman.2009. Hubungan antara Jumlah Leukosit dengan Morfologi Spermatozoa pada Pasien Infertilitas di Rumah Sakit Dokter Kariadi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Effendi, Zukesti. 2009. Peranan Leukosit sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam Tubuh. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Junquera, L. Carlos. 1998. Histologi Dasar Edisi 8. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Gabdasoebrata,R. 1968. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat.
Jakarta.
Lubis, M. S.1996. Diktat Hematologi. Medan.
Syaifuddin, H. 1997. Anatomi Fisiologi Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sumber http://teenozhealthanalyst.blogspot.com