Sunday, January 7, 2018

√ Ramadhan Di Hatiku


Tarwih malam ini terasa lain. Ada rindu yang membuncah. Ada rasa yang tak sanggup diungkapkan dengan kata-kata. Mendengarnya membacakan Surah Al-Ma`arij, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, Al-Qiyamah, dan ayat-ayat mulia lainnya membuatku tak sanggup menahan haru. Suara itu, bunyi serak-serak berair yang begitu merdu. Teringat kenangan di madrasah tercinta, tahun 2005 silam. Saat kami bergantian menyambung penggalan ayat-ayat itu.. bersama Ruqayyah, bersama teman-teman lain, dan bersamanya....
Hatiku bergetar. Aku harap ini sebab rasa takjubku terhadap ayat-ayat Allah yang mulia. Aku ingin termasuk ke dalam golongan itu; golongan orang-orang yang beriman. Yang ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka bergetarlah hati mereka. Tak terasa setetes benda bening jatuh membasahi mukenah baruku yang masih putih bersih. Ku harap makmum sebelah kiri dan kananku tak memperhatikan hal itu. Kalau dibilang yang jatuh tadi yaitu air mata sih, masih mending. Laah... jikalau dibilang iler? Atau ingus? Haha... kan malu....
One Day One Juz!!!.
Itu slogan yang ia sampaikan pada kami para jama`ah, semoga kami berusaha mengkhatamkan Al-Qur`an di bulan Ramadhan ini. Ahh... selalu saja Ramadhan membawa momen-momen indah dalam hidupku.
Yah, tiap Ramadhan kita harus punya sasaran dong!. Minimal sekali khatam-lah gak apa-apa. Daripada nggak khatam sama sekali. Minimal sekalimi itu naah..
Daripada “daripada”, lebih baik “lebih baik”.
Caranya berkisah juga masih ibarat dulu. Menarik. Sama ibarat ketika ia bercerita wacana “Siapa yang Mendorong Saya?”, “Tokek Budek”, “Ewuh Pakewuh”, “Segelas Susu”, dan masih banyak lagi dongeng motivasi lainnya. Kali ini ia berkisah wacana “Uang Seribu dan Uang Seratus Ribu”.
______________________
Konon, uang seribu dan seratus ribu mempunyai asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan materi dan alat-alat yang oke. Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik. Namun tiga bulan sehabis keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.
 Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :"Ya, ampyyyuunnnn. ......... darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kau udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan..... bau! Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan ..... Ada apa denganmu?"
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata : "Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang higienis dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan tai ayam. Besoknya lagi, saya dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar saya nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, sebab sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ......"
Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin..: "Wah, murung sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau saya ya, semenjak kita keluar dari PERURI itu, saya disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu saya pindah ke dompet seorang perempuan cantik. Hmmm... dompetnya harum sekali. Setelah dari sana, saya kemudian berpindah-pindah, kadang kala saya ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom kendaraan beroda empat mewah, di daerah arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya saya selalu berada di daerah yang bagus. Jarang deh saya di daerah yang kau ceritakan itu.
Dan...... saya jarang lho ketemu
sama teman-temanmu. "
       Uang seribu termangu sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : "Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di daerah yang nyaman. Tapi ada satu hal yang selalu menciptakan saya bahagia dan besar hati daripada kamu!" "Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.
"Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di tempat-tempat ibadah. Hampir setiap ahad saya mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget tuh saya melihat sahabat temanmu disana....."
^_^
(kisahnya menyindir nih...!)
Hoho... guruku... guru favoritku... motivatorku... semoga hidayah Allah dan pertolongan-Nya selalu bersamamu, aammiin....

Ramadhan di Kab. Gowa.
Jum`at, 5 Agustus 2011





Sumber http://teenozhealthanalyst.blogspot.com