Assalammualaikum, Selamat tiba di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas perihal pelajaran Sejarah yaitu Tentang “Kerajaan Ternate“. Berikut dibawah ini penjelasannya:
Daftar Isi
- 1 Sejarah Kerajaan Ternate
- 2 Letak Kerajaan Ternate
- 3 Silsilah Kerajaan Ternate
- 4 Kehidupan Politik Kerajaan Ternate
- 5 Kehidupan Ekonomi Kerajaan Ternate
- 6 Kehidupan Sosial Kerajaan Ternate
- 7 Kehidupan Budaya Kerajaan Ternate
- 8 Masa Kejayaan Kerajaan Ternate
- 9 Perlawanan Kerajaan Ternate Terhadap Portugis-Spanyol
- 10 Runtuhnya Kerajaan Ternate
- 11 Peninggalan Kerajaan Ternate
Sejarah Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi ialah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate mempunyai tugas penting di daerah timur Nusantara antara masa ke-13 hingga masa ke-17.
Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh masa ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang meliputi wilayah Maluku, Sulawesi pecahan utara, timur dan tengah, pecahan selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
Raja Ternate yang pertama ialah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya ialah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin ulet mengembangkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan hingga ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M.
Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.
Kedatangan Islam
Tak ada sumber yang terperinci mengenai kapan awal kedatangan Islam di Maluku Utara khususnya Ternate. Namun diperkirakan semenjak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah memakai nama bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk Islam masih diperdebatkan. Hanya sanggup dipastikan bahwa keluarga kerajaan Ternate resmi memeluk Islam pertengahan masa ke-15.
Kolano Marhum (1465-1486), penguasa Ternate ke-18 ialah raja pertama yang diketahui memeluk Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Pengganti Kolano Marhum ialah puteranya, Zainal Abidin (1486-1500). Beberapa langkah yang diambil Sultan Zainal Abidin ialah meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan sultan, Islam diakui sebagai agama resmi kerajaan, syariat Islam diberlakukan, dan membentuk forum kerajaan sesuai aturan Islam dengan melibatkan para ulama.
Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam anutan Islam dengan belajar pada Sunan Giri di pulau Jawa. Di sana beliau dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).
Letak Kerajaan Ternate
Secara geografis kerajaan ternate dan tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara sulawesi dan irian jaya letak terletak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga di juluki sebagai “The Spicy Island”.
Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia perdagangan pada ketika itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang tiba dan bertujuan ke sana, melewati rute perdagangan tersebut agama islam meluas ke maluku, menyerupai Ambon, ternate, dan tidore. Keadaan menyerupai ini, telah mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Silsilah Kerajaan Ternate
Berikut ini terdapat beberapa silsilah kerajaan ternate, terdiri atas:
NO | NAMA SULTAN | PERIODE |
1. | CICO | (1257 – 1277) |
2. | POIT | (1277 – 1284) |
3. | SIALE | (1284 – 1298) |
4. | KALABATA | (1298 – 1304) |
5. | KOMALO | (1304 – 1317) |
6. | PATSARANGA | (1317 – 1322) |
7. | SIDANG ARIF | (1322 – 1331) |
8. | PAJI MA LAMO | (1331 – 1332) |
9. | SYAH ALAM | (1332 – 1343) |
10. | TOLU MA LAMO | (1343 – 1347) |
11. | BOHEYAT | (1347 – 1350) |
12. | NGOLO MA CAYA | (1350 – 1357) |
13. | MOMOLE | (1357 – 1359) |
14. | GAPI MA LAMO | (1359 – 1372) |
15. | GAPI BAGUNA I | (1372 – 1377) |
16. | KOMALO PULU | (1377 – 1432) |
17. | GAPI BAGUNA II | (1432 – 1465) |
18. | MARHUM | (1465 – 1486) |
19. | ZAINAL ABIDIN | (1486-1500) |
20. | BAYAN SIRULLAH | (1500 – 1521) |
21. | BOHEYAT | (1522 – 1529) |
22. | DAYAL | (1529 – 1533) |
23. | TABARIJI | (1533 – 1535) |
24. | HAIRUN JAMILU | (1535 – 1570) |
25. | BAAB ULLAH | (1570 – 1583) |
26. | SAIDI BARKAT | (1584 – 1606) |
27. | MUDAFFAR | (1606 – 1627) |
28. | HAMZA | (1627 – 1648) |
29. | MANDAR SJAH KAICIL | (1648 – 1675) |
30. | SIBORI AMSTERDAM | (1675 – 1690) |
31. | SAID FATUDDIN TOLOKO | (1692 – 1714) |
32. | SAFIUDDIN KAICIL RAJA LAUT | (1751 – 1752) |
33. | OUTHOORN AYAN SJAH | (1752 – 1754) |
34. | SYAH MARDAN | (1755 – 1764) |
35. | JALALUDDIN KAICIL ZWAARDEKROON | (1765 – 1774) |
36. | ARUN SJAH | (1774 – 1781) |
37. | AHARAL | (1781 – 1796) |
38. | SARKAN | (1796 – 1801) |
39. | MUHAMMAD JASIN | (1801 – 1807) |
40. | MUHAMMAD ALI | (1807 – 1821) |
41. | SARMOLE VAN DER PARRA | (1821 – 1823) |
42. | MUHAMMAD ZAIN | (1823 – 1859) |
43. | MUHAMMAD ARSAD | (1861 – 1876) |
44. | AYANHAR | (1879 – 1900) |
45. | MUHAMMAD ILHAM | (1902) |
46. | MUHAMMAD USMAN SJAH | (1904 – 1914) |
47. | ISKANDAR MUHAMMAD DJABIR SJAH | (1929 – 1975) |
48. | DRS. H. MUDAFFAR SJAH, Bc.HK. M.SI | (1975 – SEKARANG) |
Kehidupan Politik Kerajaan Ternate
Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai pemimpin Uli Lima yaitu komplotan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti komplotan sembilan bersaudara. Ketika bangsa portugis masuk, portugis pribadi memihak dan membantu ternate, hal ini dikarenakan portugis menerka ternate lebih kuat.
Begitu pula bangsa spanyol memihak tidore hasilnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan membuat perjanjian saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa spanyol harus meninggalkan maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di maluku.
Sultan Hairun
Untuk sanggup memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan portugis semakin usang di benci oleh rakyat dan para penjabat kerajaan ternate. Oleh lantaran itu sultan hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa portugis.
Sultan Baabullah
Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) bangun menentang portugis. Tahun 1575 M Portugis sanggup dikalahkan dan meninggalkan benteng.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Ternate
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak menunjukkan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada masa ke 12 M seruan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting.
Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku menjadikan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
Kehidupan Sosial Kerajaan Ternate
Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.
Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh lantaran itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing kontradiksi antara para pemeluk agama itu. Dan jikalau kontradiksi sudah terjadi maka kontradiksi akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seperti merekalah yang berkuasa.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.
Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan tersebut sanggup dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.
Kehidupan Budaya Kerajaan Ternate
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh kegiatan perekonomian sepertinya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui semenjak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam menyerupai Ternate dan Tidore.
Masa Kejayaan Kerajaan Ternate
Di bawah pemerintah Sultan Baabullah, Ternate mengalami kebesarannya. Selain Baabullah berhasil mengenyahkan kekuasaan orang Portugis dan Maluku Utara, Baabullah berhasil pula meluaskan kekuasaannya hingga Mindanao di sebelah Utara dan Hitu (Ambon) di sebelah selatan. Kekuasaan Ternate meliputi 72 pulau besar dan kecil. Sedangkan usaha Ternate untuk menguasai Tidore mengalami kegagalan. Demikian pula usahanya untuk mengusir Portugis dari Ambon.
Sepeninggal Baabullah pada tahun 1583, takhta jatuh ketangan putranya: Sahid Barkat. Lambat laun kebesaran Ternate mulai suram, lantaran menghadapi tekanan yang berat dari Spanyol di sebelah utara dan VOC di sebelah selatan. Kemudian sesudah Spanyol memusatkan seluruh perhatiannya ke Pilipina, VOC dengan leluasa menanamkan pengaruhnya di Maluku. Sultan Ternate dan Tidore mengakui kekuasaan VOC hingga bukan lagi sebagai suatu negara yang bebas dan merdeka (pertengahan masa 17).
Perlawanan Kerajaan Ternate Terhadap Portugis-Spanyol
Berikut ini terdapat beberapa perlawanan kerajaan ternate terhadap portugis-Spanyol, yaitu sebagai berikut:
Pengusiran Portugal
Perlakuan Portugal terhadap saudara-saudaranya membuat Sultan Khairun geram dan bertekad mengusir Portugal dari Maluku. Tindak-tanduk bangsa Barat yang satu ini juga menimbulkan kemarahan rakyat yang hasilnya berdiri di belakang Sultan Khairun. Sejak masa sultan Bayanullah, Ternate telah menjadi salah satu dari tiga kesultanan terkuat dan sentra Islam utama di Nusantara masa ke-16 selain Aceh dan Demak sesudah kejatuhan Malaka pada tahun 1511. Ketiganya membentuk Aliansi Tiga untuk membendung sepak terjang Portugal di Nusantara.
Tak ingin menjadi Malaka kedua, sultan Khairun mengobarkan perang pengusiran Portugal. Kedudukan Portugal kala itu sudah sangat kuat, selain mempunyai benteng dan kantong kekuatan di seluruh Maluku mereka juga mempunyai sekutu–sekutu suku pribumi yang bisa dikerahkan untuk menghadang Ternate.
Dengan adanya Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugal di Malaka, Portugal di Maluku kesulitan menerima bala dukungan hingga terpaksa memohon tenang kepada Sultan Khairun. Secara licik gubernur Portugal, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Khairun ke meja negosiasi dan hasilnya dengan kejam membunuh sultan yang tiba tanpa pengawalnya.
Pembunuhan Sultan Khairun semakin mendorong rakyat Ternate untuk menyingkirkan Portugal, bahkan seluruh Maluku sekarang mendukung kepemimpinan dan usaha Sultan Baabullah (1570-1583), pos-pos Portugal di seluruh Maluku dan wilayah timur Indonesia digempur. Setelah peperangan selama 5 tahun, hasilnya Portugal meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575.
Di bawah pimpinan Sultan Baabullah, Ternate mencapai puncak kejayaan, wilayah membentang dari Sulawesi Utara dan Tengah di pecahan barat hingga Kepulauan Marshall di pecahan timur, dari Filipina Selatan di pecahan utara hingga kepulauan Nusa Tenggara di pecahan selatan.
Sultan Baabullah dijuluki penguasa 72 pulau yang semuanya berpenghuni hingga menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia timur, di samping Aceh dan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah Nusantara kala itu. Periode keemasaan tiga kesultanan ini selama masa 14 dan 15 entah sengaja atau tidak dikesampingkan dalam sejarah bangsa ini padahal mereka ialah pilar pertama yang membendung kolonialisme Barat.
Kedatangan Belanda
Putra Sultan Ternate bersama seorangcontroleur dan seorang warga Belanda(sekitar tahun 1900). Sepeninggal Sultan Baabullah, Ternate mulai melemah, Kerajaan Spanyol yang telah bersatu dengan Portugal pada tahun 1580 mencoba menguasai kembali Maluku dengan menyerang Ternate. Dengan kekuatan gres Spanyol memperkuat kedudukannya di Filipina, Ternate pun menjalin aliansi dengan Mindanao untuk menghalau Spanyol namun gagal, bahkan Sultan Said Barakati berhasil ditawan Spanyol dan dibuang ke Manila.
Kekalahan demi kekalahan yang diderita memaksa Ternate meminta dukungan Belanda pada tahun 1603. Ternate hasilnya berhasil menahan Spanyol namun dengan imbalan yang amat mahal. Belanda hasilnya secara perlahan-lahan menguasai Ternate.
Pada tanggal 26 Juni 1607 Sultan Ternate menandatangani kontrak monopoli VOC di Maluku sebagai imbalan dukungan Belanda melawan Spanyol. Pada tahun 1607 pula Belanda membangun benteng Oranje di Ternate yang merupakan benteng pertama mereka di nusantara.
Sejak awal hubungan yang tidak sehat dan tidak seimbang antara Belanda dan Ternate menimbulkan ketidakpuasan para penguasa dan aristokrat Ternate. Diantaranya ialah Pangeran Hidayat (15??-1624), raja muda Ambon yang juga merupakan mantan wali raja Ternate ini memimpin oposisi yang menentang kedudukan sultan dan Belanda. Ia mengabaikan perjanjian monopoli dagang Belanda dengan menjual rempah-rempah kepada pedagang Jawa dan Makassar.
Runtuhnya Kerajaan Ternate
Semakin usang cengkeraman dan efek Belanda pada Ternate semakin kuat. Belanda dengan leluasa mengeluarkan peraturan yang merugikan rakyat lewat perintah sultan. Sikap Belanda yang kurang latih dan perilaku sultan yang cenderung manut menimbulkan kekecewaan semua kalangan. Sepanjang masa ke-17, setidaknya ada beberapa pemberontakan yang dikobarkan aristokrat Ternate dan rakyat Maluku:
- Tahun 1635, demi memudahkan pengawasan dan mengatrol harga rempah yang merosot Belanda tetapkan melaksanakan penebangan besar–besaran pohon cengkeh dan pala di seluruh Maluku atau yang lebih dikenal sebagai Hongi Tochten yang mengakibatkan rakyat mengobarkan perlawanan. Pada tahun 1641, dipimpin oleh raja muda Ambon, Salahakan Luhu, puluhan ribu pasukan adonan Ternate, Hitu dan Makassar menggempur aneka macam kedudukan Belanda di Maluku Tengah. Salahakan Luhu kemudian berhasil ditangkap dan dihukum mati bersama seluruh keluarganya pada tanggal 16 Juni 1643. Perjuangan kemudian dilanjutkan oleh saudara ipar Luhu, Kapita Hitu Kakiali dan Tolukabessi hingga 1646.
- Tahun 1650, para aristokrat Ternate mengobarkan perlawanan di Ternate dan Ambon, pemberontakan ini dipicu perilaku Sultan Mandarsyah (1648-1650,1655-1675) yang terlampau dekat dan dianggap cenderung menuruti kemauan Belanda. Para aristokrat berkomplot untuk menurunkan sultan. Tiga di antara pemberontak yang utama ialah trio pangeran Saidi, Majira dan Kalamata. Pangeran Saidi ialah seorang kapita maritim atau panglima tertinggi pasukan Ternate, Pangeran Majira ialah raja muda Ambon sementara Pangeran Kalamata ialah adik sultan Mandarsyah. Saidi dan Majira memimpin pemberontakan di Maluku Tengah sementara Pangeran Kalamata bergabung dengan raja Kesultanan Gowa, Sultan Hasanuddin. Mereka bahkan sempat berhasil menurunkan Sultan Mandarsyah dari tahta dan mengangkat Sultan Manilha (1650–1655), namun berkat dukungan Belanda kedudukan Mandarsyah kembali dipulihkan. Setelah 5 tahun pemberontakan Saidi dkk berhasil dipadamkan. Pangeran Saidi disiksa secara kejam hingga mati sementara Pangeran Majira dan Kalamata mendapatkan pengampunan sultan dan hidup dalam pengasingan.
- Sultan Muhammad Nurul Islam atau yang lebih dikenal dengan nama Sultan Sibori (1675 – 1691) merasa gerah dengan tindak–tanduk Belanda yang semena-mena. Ia kemudian menjalin komplotan dengan Datuk Abdulrahman penguasa Mindanao, namun upayanya untuk menggalang kekuatan kurang maksimal lantaran daerah–daerah strategis yang bisa diandalkan untuk basis perlawanan terlanjur jatuh ke tangan Belanda oleh aneka macam perjanjian yang dibuat para pendahulunya. Ia kalah dan terpaksa menyingkir ke Jailolo. Tanggal 7 Juli 1683 Sultan Sibori terpaksa menandatangani perjanjian yang pada dasarnya menjadikan Ternate sebagai kerajaan dependen Belanda. Perjanjian ini mengakhiri masa Ternate sebagai negara berdaulat.
Meski telah kehilangan kekuasaan mereka, beberapa sultan Ternate berikutnya tetap berjuang mengeluarkan Ternate dari cengkeraman Belanda. Dengan kemampuan yang terbatas lantaran selalu diawasi mereka hanya bisa menyokong usaha rakyatnya secara diam-diam. Yang terakhir tahun 1914 Sultan Haji Muhammad Usman Syah (1896-1927) menggerakkan perlawanan rakyat di wilayah–wilayah kekuasaannya, bermula di wilayah Banggai dibawah pimpinan Hairuddin Tomagola namun gagal.
Di Jailolo rakyat Tudowongi, Tuwada dan Kao dibawah pimpinan Kapita Banau berhasil menimbulkan kerugian di pihak Belanda, banyak prajurit Belanda yang tewas termasuk Controleur Belanda Agerbeek dan markas mereka diobrak-abrik. Akan tetapi lantaran keunggulan militer serta persenjataan yang lebih lengkap dimiliki Belanda perlawanan tersebut berhasil dipatahkan, kapita Banau ditangkap dan dijatuhi eksekusi gantung.
Sultan Haji Muhammad Usman Syah terbukti terlibat dalam pemberontakan ini oleh karenanya berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda, tanggal 23 September 1915 no. 47, Sultan Haji Muhammad Usman Syah dicopot dari jabatan sultan dan seluruh hartanya disita, beliau dibuang ke Bandung tahun 1915 dan meninggal disana tahun 1927.
Pasca penurunan Sultan Haji Muhammad Usman Syah jabatan sultan sempat lowong selama 14 tahun dan pemerintahan budbahasa dijalankan oleh Jogugu serta dewan kesultanan. Sempat muncul harapan pemerintah Hindia Belanda untuk menghapus Kesultanan Ternate namun niat itu urung dilaksanakan lantaran khawatir akan reaksi keras yang bisa memicu pemberontakan gres sementara Ternate berada jauh dari sentra pemerintahan Belanda di Batavia.
Dalam usianya yang sekarang memasuki usia ke-750 tahun, Kesultanan Ternate masih tetap bertahan meskipun hanya sebatas simbol budaya.
Pusat perkembangan perdagangan di Maluku menjadikan terbentuknya persaingan antar persekutuan. Persaingan menjadi semakin tajam sesudah datangnya bangsa Eropa ke kerajaan yang merupakan kerajaan maritim. Hasil kebudayaan yang populer ialah bahtera kora-kora. Selain itu, jenis-jenis kebudayaan Maluku tidak banyak diketahui menjadi pecahan dari kemunduran Kerajaan Ternate.
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan lantaran diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa absurd (Portugis dan Spanyol) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku.
Namun kemenangan tersebut tidak bertahan usang alasannya ialah VOC yang dibuat Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan taktik dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Peninggalan Kerajaan Ternate
Imperium Nusantara timur yang dipimpin Ternate memang telah runtuh semenjak pertengahan masa ke-17 namun efek Ternate sebagai kerajaan dengan sejarah yang panjang masih terus terasa hingga berabad kemudian. Ternate mempunyai andil yang sangat besar dalam kebudayaan nusantara pecahan timur khususnya Sulawesi (utara dan pesisir timur) dan Maluku. Pengaruh itu mencakupagama, adat-istiadat dan bahasa.
Sebagai kerajaan pertama yang memeluk Islam, Ternate mempunyai tugas yang besar dalam upaya pengislaman dan pengenalan syariat-syariat Islam di wilayah timur nusantara dan pecahan selatan Filipina. Bentuk organisasi kesultanan serta penerapan syariat Islam yang diperkenalkan pertama kali oleh Sultan Zainal Abidin menjadi standar yang diikuti semua kerajaan di Maluku hampir tanpa perubahan yang berarti.
Keberhasilan rakyat Ternate di bawah Sultan Baabullah dalam mengusir Portugal pada tahun 1575 merupakan kemenangan pertama pribumi nusantara atas kekuatan barat, oleh karenanya Buya Hamka bahkan memuji kemenangan rakyat Ternate ini telah menunda penjajahan barat atas bumi nusantara selama 100 tahun sekaligus memperkokoh kedudukan Islam, dan sekiranya rakyat Ternate gagal pasti wilayah timur Indonesia akan menjadi sentra kristen menyerupai halnya Filipina.
Kedudukan Ternate sebagai kerajaan yang besar lengan berkuasa turut pula mengangkat derajat Bahasa Ternate sebagai bahasa pergaulan di aneka macam wilayah yang berada dibawah pengaruhnya. Prof E.K.W. Masinambow dalam tulisannya, “Bahasa Ternate dalam konteks bahasa-bahasa Austronesia dan Non Austronesia” mengemukakan bahwa bahasa Ternate mempunyai dampak terbesar terhadap bahasa Melayu yang dipakai masyarakat timur Indonesia.
Sebanyak 46% kosakata bahasa Melayu di Manado diambil dari Bahasa Ternate. Bahasa Melayu Ternate ini sekarang dipakai luas di Indonesia Timur terutama Sulawesi Utara, pesisir timur Sulawesi Tengah dan Selatan, Maluku dan Papuadengan dialek yang berbeda–beda.
Dua naskah surat sultan Ternate, dari Sultan Abu Hayat II kepada Raja Portugal tanggal 27 April dan 8 November 1521 diakui sebagai naskah Melayu tertua di dunia sesudah naskah Melayu Tanjung Tanah. Kedua surat Sultan Abu Hayat tersebut ketika ini masih tersimpan di Museum Lisabon, Portugal.
Adapun peninggalan kerajaan ternate antara lain: Istana Sultan Ternate, benteng kerajaan Ternate dan masjid Ternate.
Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sejarah Tentang Sejarah Kerajaan Ternate: Letak, Silsilah, Masa Kejayaan, Perlawanan, Runtuh & Peninggalan
Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!
Baca Artikel Lainnya:
- Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli
- Kerajaan Hindu Budha Di Indonesia
- Pengertian Valuta Asing Menurut Para Ahli, Fungsi, Jenis dan Pelaku
- Latar Belakang Perang Diponegoro
Sumber aciknadzirah.blogspot.com