Monday, February 12, 2018

Menggapai Ridha Allah Dengan Berbakti Kepada Orang Tua

💐MENGGAPAI RIDHA ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه الله تعالى




Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga kemudian mereka meninggalkan kewajiban ini. Mengingat pentingnya problem berbakti kepada kedua orang tua, maka problem ini perlu dikaji secara khusus.

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang bau tanah yakni birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu problem penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, sehabis memerintahkan insan untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan semoga kau jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya hingga berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau menyampaikan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik saya pada waktu kecil.’” [Al-Israa'/17 : 23-24]

KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA DAN PAHALANYA
1. Merupakan Amal Yang Paling Utama
‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallaahu ‘anhu berkata.

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّالْوَالِدَيْنِ، قَالَ: قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’.

2. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua
Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسُخْطُ الرَّبِّ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ

“Darii ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang bau tanah dan marah Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua”.

3. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami
Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya yakni hadits riwayat dari Ibnu ‘Umar Radhiyallaahu ‘anhuma mengenai cerita tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya.

Haditsnya sebagai berikut:

انْطَلَقَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوُا الْمَبِيْتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوْهُ، فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهَا الْغَارَ. فَقَالُوْا : إِنَّهُ لاَيُنْجِيْكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوْا اللهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ: اَللَّهُمَّ كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيْرَانِ وَكُنْتُ أَغْبِقُ قَبْلَ هُمَا أَهْلاً وَ لاَ مَالاً، فَنَأَى بِي فِي طَلَبِ شَيْئٍ يَوْمًا فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَ فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوْقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ. فَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْمَالاً، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَيَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ مِنْ هَذِه الصَّخْرَةِ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا

“ ...Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan, kemudian kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka berada di dalamnya, tiba-tiba sebuah watu besar runtuh dan menutupi lisan gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain: ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kau lakukan.’ Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan impian semoga Allah menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: ‘Ya Allah, sesung-guhnya saya memiliki kedua orang bau tanah yang sudah lanjut usia sedangkan saya memiliki isteri dan belum dewasa yang masih kecil. Aku menggembala kambing, saat pulang ke rumah saya selalu memerah susu dan memperlihatkan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari saya harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan saya dapati orang tuaku sudah tertidur, kemudian saya tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap saya pegang kemudian saya mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan saya tidak memberikannya. Aku tidak akan memperlihatkan kepada siapa pun sebelum susu yang saya perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian saya tunggu hingga keduanya bangun. Pagi hari saat orang tuaku bangun, saya berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum kemudian kuberikan kepada anak-anakku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini yakni perbuatan yang baik alasannya mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah lisan gua ini.’ Maka watu yang menutupi pintu gua itu pun bergeser sedikit..”.

4. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur
Sesuai sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturrahimnya.”.

Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan yakni silaturahmi kepada orang bau tanah sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering berkunjung kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal saat masih kecil, beliau selalu bersama orang tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua, alasannya erat kepada keduanya -insya Allah- akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.

5. Akan Dimasukkan Ke Surga Oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Berbuat baik kepada orang bau tanah dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang bau tanah akan menjadikan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang Allah ‘Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia yakni berbuat zhalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, kalau seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari banyak sekali malapetaka, dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.

BENTUK-BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA
1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang menciptakan orang bau tanah murung atau sakit hati.
2. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, menyampaikan bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, contohnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama kalau mereka sudah bau tanah dan lemah. Tetapi, kalau si ibu melaksanakan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan alasannya itu seorang anak harus berterima kasih dan membantu orang tua.
7. Menyebut kejelekan orang bau tanah di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
8. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, contohnya alat musik, mengisap rokok, dan lain-lain.
9. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang yang tega mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya.
Nas-alullaahas salaamah wal ‘aafiyah
10. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa aib dengan keberadaan orang bau tanah dan daerah tinggal saat status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, perilaku semacam itu yakni perilaku yang sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
1. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang bau tanah kita
2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan etika ber-bicara antara kepada kedua orang bau tanah dengan kepada anak, sahabat atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.
3. Tawadhu’ (rendah hati). Tidak boleh kibr (sombong) apabila sudah meraih sukses atau memenuhi jabatan di dunia, alasannya sewaktu lahir, kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan pakaian oleh orang tua.
4. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, alasannya pada hakikatnya semua harta kita yakni milik orang tua. Oleh alasannya itu berikanlah harta itu kepada kedua orang tua, baik saat mereka minta ataupun tidak.
5 . Mendo’akan kedua orang tua. Di antaranya dengan do’a berikut:

رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْرًا

“Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil.”

Seandainya orang bau tanah masih berbuat syirik serta bid’ah, kita tetap harus berlaku lemah lembut kepada keduanya, dengan impian semoga keduanya kembali kepada Tauhid dan Sunnah. Bagaimana pun, syirik dan bid’ah yakni sebesar-besar kemungkaran, maka kita harus mencegahnya semampu kita dengan dasar ilmu, lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus berdo’a siang dan malam semoga orang bau tanah kita diberi petunjuk ke jalan yang benar.

APABILA KEDUA ORANG TUA TELAH MENINGGAL
Maka yang harus kita lakukan adalah:
1. Meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan taubat nashuha (jujur) bila kita pernah berbuat durhaka kepada keduanya di waktu mereka masih hidup.
2. Menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke kubur.
3. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya.
4. Membayarkan hutang-hutangnya.
5. Melaksanakan wasiat sesuai dengan syari’at.
6. Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya.

[Disalin (secara ringkas) dari buku Bingkisan spesial Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa'dah 1427H/Desember 2006]
©almanhaj//مجانا/Free/                      
[16:47, 12/19/2016] +62 857-5573-8570: CERITA SEORANG TEMAN, DIASPORA DI AMRIK, YG BEKERJA DI CHEVRON, CALIFORNIA
(sebuah catatan, yg mungkin cantik utk belum dewasa Indonesia dan kita sendiri di lingkungan pekerjaan kita).
********
COMPETITION vs COOPERATION
     Jumat lalu, kedua anak saya mendapatkan Report Card dari sekolahnya Ronald Reagan Elementary School (rapor kalau di Indonesia).
     Melihat keduanya menerima nilai-nilai yang sangat bagus. Anehnya kok tidak tercantum informasi wacana rangking?,
    Saya terpengaruhi bertanya ke salah satu gurunya...
     “Anak saya ranking berapa, Ms. Batey?”
     Dia balik bertanya, “Kenapa Anda orang Asia selalu nanya ibarat itu?”
     "Wah, salah apa saya ini....?" kata saya dalam hati.
      Dia melanjutkan bicara,  “Anda kok sangat suka sekali berkompetisi?" katanya.
     "Di level anak Anda, tidak ada rangking2an...!"
     "Tidak ada kompetisi!" tambahnya.
     "Kami mengajari mereka wacana 'cooperation' alias kerjasama....!"
     "Mereka harus bisa bekerja dalam 'team work'"
       "Dan mereka harus bisa cepat bersosialisasi dan beradaptasi."
      "Mereka harus punya banyak teman!"
      "Lebih penting bagi kami untuk mengajari mereka story telling dan bagaimana mengungkapkan isi pikiran dalam bahasa yang terstruktur dan sistematis!"
     "Kami mengajari mereka "logika" dalam setiap kalimat yang mereka ucapkan!"
     Dari sini, rupanya kenapa teman2 saya di kantor mentalnya slalu "How can I help you? Hampir tidak pernah saya lihat mereka jegal-jegalan.
    Dan, di Amrik hampir semua profesi menerima penghasilan/penghargaan yang layak. Tidak harus semua jadi dokter, insinyur atau profesi lain yang terlihat "terhormat" ibarat di Indonesia...
     Semua orang boleh mencari penghidupan sesuai passionnya, sehingga semua bidang kehidupan berkembang maju, alasannya diisi oranng2 yang bekerja dengan penuh gairah.
     Wah…saya jadi ingat, memang pendidikan di negeri saya sangat kompetitif.
     Banyak orangtua yang narsis kemudian memajang prestasi anak-anaknya di sosmed. Wow!
     Tanpa disadari sebagian dari mereka nanti akan tumbuh menjadi orang-orang yang terlalu suka berkompetisi dan lupa bekerjasama.
      Kiri-kanannya dianggap tentangan bahkan sangat mungkin sebagai musuhnya?
      Dirinya harus menjadi yang terbaik!
     Mending kalau si anak bisa menyebarkan dirinya supaya menang persaingan. Yang ada, kadang mereka justru memperlihatkan kebaikan dirinya dengan cara menungkapkan kejelekan2 temannya ataupun orang lain...
     "Kalo bukan kita siapa lagi?" begitu jargonnya…
     Wuih..., betapa arogannya, seolah-olah fihak lain tidak ada yg bisa! Hanya beliau sendiri yang mampu!
     Kemudian yg ada yakni menjadi sakit mentalnya….
     "Aku menang.....aku menang....!" begitu bunyi belum dewasa dari sebuah gang di ibukota...
     Entah permainan apa yang mereka menangkan?
     Entah kapan beliau sadar, bahwa hidup bukan melulu soal menang atau kalah!

     (Bakersfield USA)
     The magic words is "How can I help you...”
Sumber http://kickfahmi.blogspot.com