Assalammualaikum, Selamat tiba di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas wacana pelajaran Sejarah yaitu Tentang “Peradaban“. Berikut dibawah ini penjelasannya:
Daftar Isi
Jenis-Jenis Peradaban Awal Masyarakat Indonesia
Berikut ini terdapat 5 jenis-jenis peradaban awal masyarakat Indonesia, yakni sebagai berikut:
1. Ilmu Pengatuhan
Ketika kebutuhan hidup meningkat dan insan tidak ingin terus-menerus hanya tergantung pada alam, insan mulai memikirkan bagaimana caranya sanggup menghasilkan makananya sendiri [food producing] dengan mengolah alam. Dari sinilah titik awal kemajuan dari logika pikiran insan untuk mempertahankan hidupnya.
Pemikiran insan semangkin berkembang dikala mereka mulai hidup menetap dan berkelompok dalam satu wilayah dengan membuka lahan pertanian. Masyarakat awal ini, mulai menemukan ilmu pengatuhan menurut dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam mengurus pertanian sawah ini, kemudian disebut ilmu pertanian.
Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat juga sudah mulai mengenal ilmu astronomi [perbintahan], yaitu ilmu yang dipakai sebagai petunjuk waktu yang sempurna dikala akan memulai ekspresi dominan bercocok tanam atau panen. Dalam hal ini, untuk memprediksi datangnya ekspresi dominan hujan.
Mereka memanfaatkan bintang waluku. Dengan demikian, duduk kasus prakiran cuaca atau iklim telah dikenal oleh masyarakat indonesia semenjak zaman dahulu dan kondisi ini makin berkembang sehabis zaman kerajaan Mataram yang memperkenalkan prantara mangsa yang pada hakikatnya merupakan suatu cara prakiran ekspresi dominan di Indonesia, khususnya masyarakt di pulau jawa.
Selain dipakai untuk mengetahui ekspresi dominan berati, ilmu astronomi juga dimanfaatkan sebagai petunjuk arah pelayaran, yaitu rasi bintang biduk selatan untuk membuktikan arah selatan dan rasi biduk utara untuk menentukan arah utara. Dari penguasan ilmu perbintang ini, masyarakat praaksara Indonesia berlayar mengarui lautan hingga hingga ke pulau Madagaskar.
2. Teknologi
Perkembangan teknologi masyarakat Indonesia dimulai semenjak massa bercocok tanam. Namun, teknologi masyarakat awal mencapai titik kemajuanya dikala masa perundaging [+ 10.000 tahun silam]. Pada masa itu, masyrakat awal Indonesia telah mengenal teknik pelemburan logam [teknik a cire perdue dan teknik bivalve] yang dipakai untuk menciptakan banyak sekali peralatan rumah tangga dan peralatan pertanian.
Selain itu, masyarakat juga telah mengenal teknik pembuatan perhu bercadik. Pembuatan bahtera bercadik desesuaikan dengan keadaan alam Indonesia yang terdiri atas banyak sekali pulau yang dihubungkan oleh sehingga dengan kondisi alam ibarat ini mengharuskan orang memakai bahtera untuk mencapai pulai lain. Selain sebagai sarana tranportasi, bahtera bercadik juga dipakai untuk sarana perdagangan.
Selain masyarakat telah mengenal teknologi pelumburan logam dan bahtera bercadik, mereka juga telah bisa menciptakan bangunan monumental yang berukuran besar, ibarat punden berundak-undak.
Dinamakan punden berundak-undak lantaran bentuknya berupa tumpukan kerikil bertingkat ibarat anak tangga dengan serpihan tertinggi sebagai serpihan yang paling suci. Punden berundak-undak ini merupakan peningalan pada zaman Megalitikum.
3. Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat awal indonesia diperingatkan mulai badan semenjak masa berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini dibuktikan denganditemukannya bukit-bukit penguburan yang ditemukan gua-gua, ibarat di Gua Lawa, Ponogoro, Jawa timur; Gua Sodong, Besuki, Jawa timur; dan bukit Kerang, Aceh Taming, NAD.
Selain itu, ditemukan pula lukisancap tangan dengan latar belakang merah di dinding-dinding Gua Leang Pattea, Sulawesi selatan. Menurut para ahli, lukisan cap tangan ini mengandung permohonan hasil buruan kepada nenek moyang.
Memasuki masa bercocok tanam, kepercayaan masyarakat mulai mengalami perkembangan. Pada masa ini, masyarakat meempunyai konsep wacana alam kehidupan sehabis kematian. Mereka meyakini bahwa roh seseorang tidak lenyap dikala meninggal.
Dengan demikian, penghormatan terhadap nenek moyang atau kepala suku yang mereka agungkan tidak berhenti dikala meninggal, melainkan terus berlanjut, bahkan menjadi sebuah pemujaan.
Kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam, telah diwujudkan dalam banyak sekali upacara-upacara keagamaan, ibarat persembahan dan upacara penguburan mayit yang dibekali dengan benda milik eksklusif ke bugaranya. Pemajuan terhadap roh nenek moyang terlihat melalui peninggalan menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, waruga, arca, dan punden berundak-undak.
Kepercayaan pada masa perundingan, tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Mereka masih mempratikkan pemujaan terhadap leluhur, hanya saja alat-alat pemujaanya terbuat dari logam perunggu.
Bentuk kepercayaannya yaitu mengultuskan kepimpinan dan pemujaan rehadap leluhur, dan sesuatu yang suci yang tidak sanggup disaingi oleh manusia.
4. Pemerintahan
Adanya pemerintahan diperkirakan sehabis insan menentukan untuk hidup menetap di suatu kelompok atau masyarakat. Kelompok masyarakat ini dipimpin oleh seorang kepala suku . Proses pemelihan kepala suku tersebut harus mempunyai kelebihan-kelebihan dalam fisik, spritual, dan keahlian dibandingkan insan lainya. Hubungan antar individu dalam masyarakat ini pun sangat akrab dan contoh kolaborasi dengan hidup bergotong royong telah terjalin dengan baik.
Sebagai makhluk sosial, insan membutuhkan insan lainya. Hali ini tidak pada insan yang hidup sebelum mengenal tulisan. Manusia-manusia pada masa praaksara hidup dalam kelompok-kelompok kecil, mulai dari dalam gua-gua hingga bisa membangun rumah-rumah yang membentuk perkampungan. Dalam suatu kelompok, diharapkan suatu pengorganisasian untuk mengatur kehidupan bersama.
Oleh lantaran itu, dipilih salah satu orang diantara mereka untuk diangkat menjadi pemimpin atau kepala suku. Pemilihan ini tidaklah sembarangan, melainkan malui tahap seleksi yang ketat. seorang calon kepala suku haruslah orang yang berwibawa tanpa cela, besar lengan berkuasa dalam fisik, cerdas dalam berpikir, dan rohaniwan dalam agamanya. kepala suku ibarat inilaah yang nantinya sering disebut dengan primus interpares.
Tugas seorang kepala suku yaitu mengatur keselarasn kehidupan kelompok dan banyak sekali hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
5. Pertanian
Pada masa awal bercocok tanam, masyarakat awal Indonesia masih memakai sistem pertanian ladang [berpindah-pindah] atau huma. pelaksanaan sistem ini dilakukan dengan membuka hutan semoga sanggup ditanami. Apabila lahan yang mereka tanami sudah tidak produktif lagi, mereka akan berpindah lahan pertanian ke daerah lain.
Sistem pertanian ladang ini, sanggup dilaksanakan dikala jumlah penduduk masih sedikit dan hutan sebagai lahan pertanian masih luas.
Namun, sering berjalanya waktu, jumlah penduduk semangkin bertambah dan kebutuhan hidup semangkin banyak, hasilnya sistem peladang ini lambat laun menjadi tidak efektif lagi.
Masyarakat awal mulai memikirkan cara mengatasi hal ini hingga akhirnya mereka sanggup menemukan jalan keluarnya, yaitu dengan pertanian menetap dan mempertahankan kesuburan tanah dengan pemupukan, pertanian menetap sanggup dilakukan di lahan kering maupun basah.
Jenis tanamandi lahan kering mencakup sayuran, padi, ubi jalar,kacang-kacangan, dan buah-buahan.
Jenis pertanian sawah merupakan jenis pertanian yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan hasil pertanian sawah jauh lebih banyak menghasilkan materi makana dari pada perladangan atau lahan kering.
Pertanian menetap memungkinkan terjadinya bentuk budaya sosial dalam kehidupan, contohnya hotong royong, teknologi pertanian, dan metode bertani.
Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sejarah Tentang 5 Jenis-Jenis Peradaban Awal Masyarakat Indonesia Lengkap
Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!
Baca Artikel Lainnya:
- 5 Jenis-Jenis Peradaban Awal Masyarakat Indonesia Lengkap
- Sejarah Kerajaan Tarumanegara Terlengkap
- Rumah Adat Aceh: Asal Usul, Bagian, Ciri dan Keunikannya
- Pengertian Tanah Longsor, Proses, Faktor, Penyebab, dan Dampak
Sumber aciknadzirah.blogspot.com