Friday, March 30, 2018

√ “Angling Dharma” Sejarah ( Kelahiran – Kesepakatan Nikah – Abad Eksekusi )

“Angling Dharma” Sejarah & ( Kelahiran – Pernikahan – Masa Hukuman )


GuruPendidikan.Com – Anglingdarma ialah keturunan ketujuh dari hidayat, yang dimana seorang tokoh utama dalam dongeng Mahabhrata. Hal ini sanggup dimaklumi alasannya ialah berdasarkan tradisi Jawa, kisaha mahabrata dianggap benar-benar terjadi di Pulau Jawa.


Yang dikisahkan bahwa Arjuna berputra Abimayu, Abimanyu berputra Parikesit, Parikesit berputra Yudayana, Yudayana berputra Gendrayana, Gendrayana berputra Jayabaya, Jayabaya mempunyai putri yang berjulukan Premesti dan dari rahim Pramesti inilah lahir seorang putra berjulukan Prabu Anglingdarma.


Kelahiran


Semenjak Yudayana putra Parikesit naik takhta nama kerjaan diganti nama kerajaan diganti dari Hastina menjadi Yawastina. Yudayana kemudian mewariskan takhta Yawastina kepada Gendrayana. Pada suatu hari Gendrayana menghukum adiknya yang berjulukan Sudarsana alasannya ialah kesalah pahaman. Batara Narada turun dari kahyangan sebagai utusan dewata untuk mengadili gendrayana, sebagai eksekusi Gendrayana dibuang ke hutan sedangkan Sudarsana dijadikan raja gres oleh Narada.


Gendrayana membangun kerajaan gres berjulukan Mamenang, ia kemudian digantikan oleh putranya yang berjulukan Jayabaya. Sementara itu, Sudarsana digantikan putranya yang berjulukan Sariwahana. Sariwahan kemudian mewariskan takhta Yawastina kepada putranya yang berjulukan Astradarma.


Antara Yawstina dan Mamenang terlibat perang saudara berlarut-larut, atas perjuangan pertapa monyet putih berjulukan Hanoman yang sudah berusia ratusan tahun, kedua negeri pun berdamai yakni melalui perkawinan Astradarma dengan Pramesti putri Jayabaya.


Pada suatu hari Pramesti mimpi bertemu Batara Wisnu yang berkata akan lahir ke dunia melalui rahimnya, ketika berdiri tiba-tiba perutnya telah mengandung. Astradarma murka menuduh Pramesti telah berselingkuh, ia pun mengusri istrinya itu pulang ke Mamenang.


Jayabaya murka melihat keadaan Pramesti yang terlunta-lunta ia pun mengutuk negeri Yawastina karam oleh banjir lumpur, kutukan tersebut menjadi kenyataan, Astradarma pun tewas bersama lenyapnya istana Yawastina. Setelah janjkematian suaminya, Pramesti melahirkan seorang putra yang diberni nama Anglingdarma. Kelahiran bayi titisan Wisnu tersebut bersamaan dengan wafatnya Jayabaya yang mencapai moksa. Takhta Mamenang kemudian diwarisi oleh Jaya Amijaya saudara Pramesti.


Pernikahan Anglingdarma


Setelah berakal balig cukup akal Anglingdarma membawa ibunya pindah ke sebuah negeri yang dibangunnya, berjulukan Malawapati, disana ia memerintah dengan bergelar Prabu Anglingdarma atau Prabu Ajidarma. Anglingdarma sangat gemar berburu, pada suatu hari ia menolong seortang gadis berjulukan Setyawati yang dikejar harimau. Setyawati kemudian diantarkannya pulang ke rumah ayahnya, seorang pertapa berjulukan Resi Maniksutra, tidak hanya itu Anglingdarma juga melamar Setyawati sebagai istrinya.


Kakak Setyawati yang berjulukan Batikmadrin telah bersumpah barangsiapa ingin menikahi adiknya harus sanggup mengalahkannya, maka terjadilah pertandingan yang dimenangkan oleh Anglingdarma. Sejak ketika itu Setyawati menjadi permaisuri Anglingdarma sedangkan Batikmadrin diangkat sebagai maha patih di Kerajaan Malawapati.


Pada suatu hari ketika sedang berburu Anglingdarma memergoki istri gurunya yang berjulukan Nagagini sedang berselingkuh dengan seekor ular tampar, Anglingdarma pun membunuh ular jantan sedangkan Nagagini pulang dalam keadaan terluka.


Nagagini kemudian menyusun laporan palsu kepada suaminya yakni Nagaraja semoga membalas dendam kepada Anglingdarma. Nagaraja pun menyusup ke dalam istana Malawapati dan menyaksikan Anglingdarma sedang membicarakan perselingkuhan Nagagini kepada Setyawati. Nagaraja pun sadar bahwa istrinya yang salah, ia pun muncul dan meminta maaf kepada Anglingdarma.


Nagaraja mengaku ingin mencapai moksa, ia kemudian mewariskan ilmu kesaktiannya berupa Aji Gineng kepada Anglingdarma, ilmu tersebut harus dijaga dengan baik dan penuh rahasia, sehabis mewariskan ilmu tersebut Nagaraja pun wafat.


Sejak mewarisi ilmu baru, Anglingdarma menjadi paham bahasa binatang, pernah ia tertawa menyaksikan percakapan sepasang cicak. Hal itu menciptakan Setyawati tersinggung. Anglingdarma menolah berterus terperinci alasannya ialah terlanjur berjanji akan merahasiakan Aji Gineng, menciptakan Setyawati bertambah marah. Setyawati pun menentukan Pati Obong yakni bunuh diri dalam api untuk mengembalikan harga dirinya. Anglingdarma berjanji lebih menemani Setyawati mati, dari pada harus membocorkan rahasia ilmunya.


Yang ketika upacara pembakaran diri digelar pada tanggal 14 bulan purnama, Anglingdarma sempat mendengar percakapan sepasang kambing, dari percakapan itu Anglingdarma sadar bila keputusannya menemani Setyawati mati ialah keputusan emosional yang justru merugikan rakyat banyak. Maka ketika Setyawati terjun ke dalam kobaran api, Anglingdarma tidak menyertainya.


Masa Hukuman


Perbuatan Anglingdarma yang mengingkari komitmen sehidup semati dengan Setyawati menciptakan dirinya harus menjalani eksekusi buang hingga batas waktu tertentu sebagai penebus dosa. Kerajaan Malawapati pun dititipkannya kepada Batikmadrin.


Dalam perjalanannya Anglingdarma bertemu dengan tiga orang putri berjulukan Widata. Widati, dan Widaningsih. Ketiganya jatuh cinta kepada Anglingdarma dan menahannya untuk tidak pergi. Anglingdarma berdasarkan sekaligus curiga alasannya ialah ketiga putri tersebut suka pergi malam hari secara diam-diam.


Anglingdarma menyamar sebagai burung gagak untuk menyidik kegiatan rahasia ketiga putri tersebut, ternyata setiap malam ketiganya berpesta makan daging manusia. Anglingdarma pun berselisih dengan mereka mengenai hal itu, kesannya ketiga putri mengutuknya menjadi seekor belibis putih.


Belibis putih tersebut terbang hingga ke wilayah Kerajaan Bojanagara. Disana ia dipelihara seorang cowok desan berjulukan Jaka Geduk, pada ketika itu Darmawangsa raja Bojanagara sedang resah menghadapi pengadilan di mana seorang perempuan berjulukan Bermani mendapati suaminya yang berjulukan Bermana berjumlah dua orang.


Atas petunjuk belibis putih, Jaka Geduk berhasil membongkar Bermana palsu kembali ke wujud aslinya yakni Jin Wiratsangka, atas keberhasilannya itu maka Jaka Geduk diangkat sebagai hakim negara, sedangkan belibis putih diminta sebagai peliharaan Ambarawati, putri Darmawangsa.


Anglingdarma Kembali Ke Malawapati


Anglingdarma yang telah berwujud belibis putih bisa berubah ke wujud insan pada malam hari saja. Setiap malam ia menemui Ambarawati dalam wujud manusia, mereka kesannya menikah tanpa izin orang tua, dari perkawinan itu Ambarawati pun mengandung.


Darmawangsa heran dan resah mendapati putrinya mengandung tanpa suami, kebetulan ketika itu muncul seorang pertapa berjulukan Resi Yogiswara yang mengaku siap menemukan ayah dari janin yang dikandung Ambarawati.


Yogiswara kemudian menyerang belibis putih peliharaan Ambarawati, sehabis melalui pertarungan seru, belibis putih kembali ke wujud Anglingdarma sedangkan Yogiswara berkembang menjadi Batikmadrin. Kedatangan Batikmadrin ialah untuk menjemput Anglingdarma yang sudah habis masa hukumannya.


Anglingdarma kemudian membawa Ambarawati pindah ke Malawapati dari perkawinan kedua itu lahir seorang putra berjulukan Anglingkusuma yang sehabis berakal balig cukup akal menggantikan kakeknya menjadi raja di Kerajaan Bojanagara iya pun mempunyai musuh yang berjulukan durgandini dan sudawirat. Pada suatu ketika kerajaan Anglingdarma berjaya dan bisa menaklukan musuh-musuhnya dan ketika itu sudawirat terbuka hatinya untuk mengabdi kepada Kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Anglingdarma.


Demikianlah pembahasan mengenai “Angling Dharma” Sejarah & ( Kelahiran – Pernikahan – Masa Hukuman ) semoga dengan adanya ulasan tersebut sanggup menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂


Baca Juga:




Sumber aciknadzirah.blogspot.com