Sunday, March 4, 2018

√ Sejarah Perkembangan Sosiologi Di Dunia Dan Di Indonesia

Assalammualaikum, Selamat tiba di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas wacana pelajaran Sosiologi yaitu Tentang “Perkembangan Sosiologi“. Berikut dibawah ini penjelasannya:


 Disini Ibu Guru akan membahas wacana pelajaran  √ Sejarah Perkembangan Sosiologi Di Dunia dan Di Indonesia



Sejarah Perkembangan Sosiologi di Dunia


George Ritzer (2004) dalam bukunya yang berjudul Teori Sosiologi Modern edisi ke enam membagi perkembangan teori sosiologi dalam lima tahap. Pertama, bagan historis teori sosiologi pada tahun-tahun awal. Kedua, bagan historis teori sosiologi pada tahun-tahun kemudian. Ketiga, teori sosiologi modern pada aliran-aliran utama. Keempat, perkembangan integratif terkini dalam teori sosiologi. Dan kelima, teori sosial dari modern ke post-modern. Namun pada hand out kali ini, hanya akan dibahas perkembangan  bagan historis teori sosiologi pada tahun-tahun awal. Batasan ini dipakai lantaran mengacu pada kurikulum sosiologi yang dipakai di SMA/MA hanya mengupas wacana sosiologi dari perspektif sejarah awalnya saja. Materi ini kemudian untuk dipakai siswa sebagai sumber materi untuk mengetahui sosiologi sebagai ilmu dan sebagai metode serta mengetahui fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji kekerabatan masyarakat dan lingkungannya.


Menurut Ritzer (2004;56) sejarah awal teori sosiologi dipengaruhi oleh dua kekuatan. Pertama, imbas kekuatan sosial yang mensugesti perkembangan teori sosiologi. Kedua, imbas kekuatan intelektual terhadap pertumbuhan teori sosiologi.






  1. Pengaruh Kekuatan Sosial yang Mempengaruhi Perkembangan Teori Sosiologi




Kekuatan sosial yang mensugesti perkembangan teori sosiologi diantaranya; revolisi politik, revolusi industri, perkembangan kapitalisme, sosialisime, urbanisme, perubahan agama, dan perumbuhan saince. Kekuatan intelektual yang mensugesti perkembangan teori sosiologi di antaranya; intelektual Perancis, intelektual Jerman, intelektual inggris, intelektual Italia, dan intelektual masa Marxisme Eropa.


Revolusi politik sebagai kekuatan yang mensugesti perkembangan sosiologi lantaran pada insiden revolusi politik ini diawali dengan peruntuhan kekuatan/kekuasaan politik yang ada di perancis pada tahun 1789 dan pada kala 19. Pasca dari gerakan revolusi ini kemudian memunculkan chaos dan kekacauan yang tidak kunjung padam. Sehingga memunculkan pemikiran untuk kembali pada ketertiban sosial. Keinginan inilah yang kemudian melahirkan banyak pemikir yang ingin kembali pada kondisi sosial yang tertib, diantaranya tokoh yang mengkaji wacana keteraturan sosial yaitu Comte dan Durkheim.


Revolusi industri dan kemunculan kapitalisme dikatakan sebagai kekuatan yang mensugesti perkembangan sosiologi lantaran proses inovasi mesin-mesin bisa menggantikan pekerjaan pertanian ke arah industri. Dari insiden ini kemudian muncul institusi-isntistusi ekonomi besar yang dibutuhkan oleh industri dan sistem ekonomi kapitalis. Dengan sistem ibarat itu, kemudian lahirlan sistem ekonomi tunggal yang merugikan kaum pekerja. Keadaan inilah yang memunculkan reaksi keras para buruh untuk melaksanakan gerakan perlawanan sistem ekonomi kapital, yang kemudian melahirkan para pemikir yang berniat membantu menuntaskan masalah antara kepentingan kapitalis dan buruh. Beberapa tokoh yang bergerak di bidang ini diantaranya; Marx, Weber, Durkheim dan Simmel.


Kemunculan sosialisme dikatakan sebagai kekuatan yang mensugesti perkembangan sosiologi lantaran sosialisme merupakan teori besar yang mencoba untuk mnyelesaikan masalah yang muncul pasca revolusi industri, yaitu penghancuran sistem kapitalis.


Gerakan feminisme juga mengatakan sumbangsih dalam perkembangan sosiologi. Gerakan feminisme merupakan gerakan yang dilakukan oleh kaum wanita lantaran wanita mengalami disubordinasi (peminggiran/penginjak-injakan haknya) dari kaum laki-laki. Namun dalam perkembangannya, muncul warta jender yang memposisikan ditengah-tengah antara kepentingan wanita dan laki-laki. Peristiwa ini kemudian memunculkan tokoh-tokoh wanita yang menyebarkan teori sosiologi perpektif feminisme dan jender.


Urbanisasi  juga termasuk gerakan yang mensugesti perkembangan sosiologi. Pasca inovasi mesin-mesin di dunia, banyak pedesaan yang merangkak ke arah urban (kota). Pekerjaan petani telah digeser ke arah profesi industri. Kemudian banyaknya gerakan perpindahan kepentingan dari desa ke kota dan dari kota ke desa yang menjadikan ekses ibarat kepadatan, polusi, kebisingan, dan lain-lain. Keadaan inilah kemudian memunculkan pemikir yang mengkaji wacana urbanisasi  dan banyak sekali masalah yang ditimbulkannya, diantaranya. Tokoh yang pengkajinya yaitu Weber dan Simmel.


Perubahan keagamaan dikatakan sebagai faktor yang mensugesti perkembangan sosiologi lantaran pasca dari revolusi politik, revolusi industri, urbanisasi yang menjadikan banyak masalah, kemudian warta moral sebagai solusi untuk penyelesaian. Isu moral dari sumber agama inilah yang kemudian menjadi kajian menarik untuk dikaji dalam sosiologi agama. Tokoh yang berperan penting dalam gerakan perubahan keagamaan dari teks suci ini kemudian menjadi sebuah dalil untuk melaksanakan transformasi sosial bukan hanya dalam bentuk ritual penyembaha saja. Tokoh sosiologi agama dalam hal ini diantaranya, Weber, Talcolt Person, dan Durkheim.


Pertumbuhan ilmu pengetahuan juga dikatakan sebagai faktor pengembang perumbuhan sosiologi lantaran semenjak revolusi industri terjadi pesatnya perkembangan dan minat masyarakat mempelajari ilmu pengetahuan, diantaranya; fisika, biologi, kimia. Peristiwa ini kemudian mendorong pada pemikir untuk menyebarkan sosiologi ibarat ilmu pengetahuan yang ada di atas.






  1. Pengaruh Kekuatan Intelektual Terhadap Pertumbuhan Teori Sosiologi




Intelektual perancis dikatakan sebagai menyebarkan sosiologi yaitu Simon dan Comte. Claude Henri Saint-Simon (1760-1825) menginginkan untuk mempertahankan keadaan masyarakat ibarat apa adanya. Tokoh ini menentang faham kapitalisasi ekonomi. Wacana inilah yang kemudian laku dibahas dikemudian hari dengan munculnya gagasan Marx wacana sosialisme. Auguste Comte (1798-1857) memandang bahwa dinamika sosial lebih penting daripada statitika sosial. Pandangan inilah yan kemudian mengarah pada bahwa sosiologi akan menjadi ilmu pengetahuan ilmiah dikemudian hari. Dinamika sosial yang kemudian membuat perubahan sosial kedalam tiga tahap, yaitu tahap teologis, tahap metafisis dan tahap positifistis. Dengan gagasan intelektualitas Comte inilah kemudian menyebarkan sosiologi. Emile Dukheim (1858-1917) yaitu seorang liberal konservatik. Tokoh ini menggeluti kajian wacana ketertiban sosial dari kekacauan masa pencerahan. Tokoh ini memandang bahwa sosiologi yaitu ilmu yang menitikberatkan pada fakta-fakta sosial. Dalam perkembangan studi sosiologinya, Durkheim membagi fakta sosial menjadi dua yaitu fakta sosial material (birokrasi dan huku) dan fakta sosial non material (kultur dan institusi sosial). Untuk mengatasi ketidakteraturan sosial, Durkheim mengatakan sebuah model masyarakat yang terbentuk dengan kesadaran kolektif atau yang diikuti dengan fakta non material dan agama/moralitas sebagai fondasi untuk mencapai keteraturan sosial.


Intelektual Jerman dikatakan sebagai pengembang sosiologi yaitu Marx, Hegel, Feurback, Weber, dan Simmel. GWF Hegel (1770-1883) berpandangan bahwa didunia ini selalu terjadi proses, hubungan, dinamika, konflik dan pertentangan atau yang disebut dialektika. Untuk mencapai kehidupan yang baik, Hegel mengatakan evolusi kehidupan dengan tingkat kesadaran setiap individu. Pemikiran Hegel inilah yang kemudian mengatakan dukungan besar dalam perkembangan sosiologi dari ranah kesadaran. Ludwig Feurbeck (1804-1872) berpandangan bahwa untuk mencapai tatanan yang baik, insan perlu memusatkan pada realitas material kehidupan manusia, bukan memusatkan pada gagasannya. Pemikiran ini kemudian dipandang membentangkan kajian sosiologi wacana insan yaitu segala-galanya, bukan agama/Tuhan yang selalu didewakannya. Marx (1818-1883) merupakan tokoh yang pemikirannya dipengaruhi oleh Hegel dan Feurbeck yang dikenal dengan materialisme dialektika. Marx bahwasanya tidak seoarang sosiolog. Namun dengan menjadi jembatan pemikir diatas, pemikiran marx telah memberi dukungan besar dalam perkembangan sosiologi di kemudian hari, khususnya dalam hal kekuatan menyusun teori sosiologi. Max Weber (1864-1920) berpandangan bahwa ide-ide hanyalah refleksi kepentingan materi ( terutama kepentingan ekonomi) yang berafiliasi dengan rantai ideologi. Tokoh yang menitikberatkan pada ekonomi dan duduk kasus agama, berpandangan bahwa untuk melaksanakan perubahan tidak harus dengan cara radikal. Pendangan inilah yang kemudian bisa menarik para mahasiswa sosiologi dijerman.  Goerge Simmel (1858-1918) merupakan tokoh sosiologi yang dikenal bisa menyebarkan kajian sosiologi mikro. Kajian wacana permasalahan interaksi individu dan tipe-tipe orang yang berinteraksi bisa menyebarkan sosiologi di Amerika. Kajian mendalam wacana kemiskinan, pelacuran, orang kikir, pemboros dan orang aneh juga dilakukannya. Kajian simmel wacana fenomena sosial berskala kecil ibarat bentuk-bentuk interaksi dan jenis-jenis orang yang berinteraksi.


Intelektual Inggris dikatakan sebagai pengembang sosiologi yaitu Philib Abrams, herbert spancer. Philib Abrams (1968) merupakan tokoh yang menyebarkan sosiologi di Inggris. Sosiologi di inggris dipakai untuk mengumpulkan dan pembagian terstruktur mengenai data dari realitas yang ada. Namun untuk mengatasi duduk kasus kemiskinan sosial, kebodohan, struktur  perkotaan, sanitasi yang buruk, kejahatan, dan teladan minuman keras diharapkan data yang lebih rinci, pada ketika itulah, sosiologi berkembang pesat di sana untuk kepentingan ekonomi pasar. Herbert spancer (1920-1903) yaitu tokoh menyebarkan sosiologi di inggris untuk mengetahui struktur masyarakat secara menyeluruh, antar kekerabatan bagian-bagian masyarakat, dan kaitan fungsi-fungsi satu sama lain maupun pada sistem sebagai suatu keseluruhan.


Intelektual italia dikatakan sebagai pengembang sosiologi yaitu Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca. Vilfredo Pareto (1848-1923) yaitu tokoh yang memakai sosiologi untuk analisis perubahan sosial di Italia, yang memandang bahwa untuk mencapai perubahan dalam masyarakat terjadi saling ketergantungan ibarat pandangan Parson. Gaetano Mosca (1858-1942) yaitu tokoh yang mengibarkan perubahan sosial dari elite politik yang ada di Italia. Dari dua tokoh itulah, sosiologi berkembang di Italia.


Intelektual masa marxisme eropa dikatakan sebagai pengembang sosiologi yaitu George Lucac’s atau yang dijuluki sebagai bapak pendiri Marxisme barat. Sosiologi di eropa ini kental dipakai untuk pengaturan aturan ekonomi.






  1. Sejarah Perkembangan Sosiologi di Indonesia




Pada bab ini akan dipaparkan bagan singkat perkembangan ilmu sosiologi di Indonesia. Pada bab ini, sumber yang dipakai yaitu dari Soekanto pada buku yang berjudul “Sosiologi Suatu Pengantar” edisi 23 tahun terbit 1997.


Menurut Soekanto (1997;56-61) sosiologi di Indonesia  pada permulaannya hanya dipakai sebagai ilmu bantu dari ilmu-ilmu sosial. Sosiologi di Indonesia dalam perkembangannya, Soekanto membaginya menjadi dua tahap. Pertama, permulaan sosiologi di Indonesia. Kedua, pekembangan  sosiologi di Indonesia setelah perang dunia ke dua.


Tahap permulaan sosiologi di Indonesia oleh Soekanto dirinci lagi dengan mengidentifikasi peristiwa-peristiwa sebagai berikut; Pertama, pedoman Wulang Reh oleh Mangkunegoro IV Surakarta terbukti didalamnya sarat kandungan akan kekerabatan antar golongan (intergroup relation), yang mana kajian kekerabatan antar golongan ini yaitu kajian sosiologi. Kedua, gerakan Pendidikan Nasional yang dipelopori oleh KI Hajar Dewantara yang dalam mengelola organisasi taman siswa, ditemukan sarat pula akan konsep-konsep kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia, yang mana kajian wacana konsep-konsep kepemimpinan dan kekeluargaan yaitu kajian sosiologi pula. Ketiga, banyaknya hasil penelitian wacana masyarakat Indonesia dari sarjana belanda diantaranya; Snouck Hurgronje, C Van Vollenhoven, ter Haar, Duyvendak dan lain-lain. Keempat, diberikan mata kuliah sosiologi pada Sekolah Tinggi Hukum, namun pada perkembangan selanjutnya, mata kuliah sosiologi di hapus lantaran di pandang direlevan dengan pelajaran hukum.


Tahap lanjutan dari perkembangan sosiologi di Indonesia berdasarkan Soekanto yaitu pasca perang dunia dua. Pada tahap ini, perkembangan secara periodik di rinci sebagai berikut; pertama, pada tahun 1948 sarjana sosiologi Indonesia (Soenario Kolopaking) mengatakan kuliah sosiologi pertama kali di  Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta yang kini menjadi Fisipol UGM.  Kedua, pada tahun 1950 diberikan kesempatan mahasiswa Indonesia kuliah ke luar negeri, untuk mempelajari Sosiologi. Ketiga, banyaknya terbitan buku-buku wacana sosiologi berbahasa Indonesia.






  1. Ilmu dan Metode dalam Sosiologi




Menurut Soekanto (1997:15) telah mengungkapkan dengan terang bahwa sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya yaitu masyarakat. Adapun ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu, Soekanto telah menyunting dari pendapat Johson, yaitu sebagai berikut; pertama, sosiologi bersifat empiris lantaran sumbernya didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan logika sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif. Kedua, sosiologi bersifat teoritis hal ini sanggup dilihat dalam menyusun abstraksi selalu dari hasil-hasil  observasi. Abstraksi merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan alasannya yaitu akibatnya, sehingga menjadi teori. Ketiga, sosiologi bersifat spekulatif yang artinya teori-teori sosiologi dibuat atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori yang lama. Keempat, sosiologi bersifat non-etis, yaitu dikaji bukan duduk kasus baik buruknya fakta tertentu, namun mempunyai tujuan untuk memperjelas fakta yang ada secara teoritis.


Setiap ilmu mempunyai metode untuk mendapat sesuatu, untuk mengetahui sesuatu, untuk menemukan sesuatu, untuk menjawab sesuatu, untuk menuntaskan sesuatu,  melalui kajian/penelitian yang dilakukan. Karena sosiologi sebagai ilmu, maka sosiologi juga mempunyai metode ibarat halnya ilmu-ilmu sosial lainnya. Dalam melaksanakan penelitian sosiologi,  berdasarkan Soekanto (1997;48-49) metode penelitian sosiologi tedapat dua macam, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode penelitian kualitatif yaitu mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau verbal dari orang-orang dan sikap yang sanggup diamati (Bogdan & Taylor, 1995 dalam Utomo, 2004;2). Sedangkan metode penelitian kuantitatif yaitu penelitian mengenai masalah alam, insan dan sosial, yang didasarkan atas pengujian suatu teori (yang dirumuskan dalam kaitan antar variabel), diukur dengan angka-angka, dan dianalisis melalui mekanisme statistik, dalam memilih apakah generalisasi yang diprediksikan dari suatu teori sanggup diuji kebenarannya (Sumaryanto, 2006;1).


Metode kualitatif berdasarkan Soekanto (1997:48-49) dibagi lagi menjadi tiga pendekatan, yaitu penelitian kualitatif yang memakai pendekatan analisis historis, komperatif, dan studi kasus. Pendekatan historis merupakan model analisis  atas peristiwa-peristiwa sosial masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Model analisis komperatif yaitu sebuah analisis perbandingan antara majemuk permasalahan sosial. Serta pendekatan analisis studi masalah yaitu mempelajari sedalam-dalamnya salah satu duduk kasus sosial. Adapun untuk kajian metode penelitian sosiologi di dingklik Sekolah Menengan Atas ini, akan difokuskan pada metode kualitatif, lantaran penelitian ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi siswa lantaran tidak menjenuhkan, tanpa hitungan angka-angka serta data sanggup diperoleh dengan cara wawancara, pengamatan, kepustakaan dan dokumentasi yang mendukung kompetensi siswa dalam pencapaian kompetensi yang ada di mata pelajaran sosiologi.


Menurut Rahman (2004,2) dalam melaksanakan penelitian perlu dirancang sistematika penelitian. Sistematika penelitian kualitatif setidaknya tersusun atas beberapa komponen, yaitu: judul penelitian,  latarbelakang, perumusan masalah,  tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, anggota peneliti, kegiatan pelaksanaan, asumsi biaya, daftar pustaka dan lain-lain yang dianggap perlu. Khusus untuk metode penelitian kualitatif,  komponen yang ada didalam dalam penyusunan anjuran penelitian yaitu; dasar penelitian, fokus penelitian, lokasi penelitian, sumber data penelitian, keabsahan data dan metode analisis data. Untuk melaksanakan penelitian sosiologi, perlu diketahui ruang lingkup  kajian sosiologi, sehingga dengan mengetahui ruang lingkup sosiologi, sanggup dilakukan sebuah perumusan masalah yang akan diteliti.


Dengan demikian, sosiologi sanggup dikatakan sebagai metode ketika sosiologi dipakai untuk melaksanakan penelitian wacana permasalahan sosial yang dipilih atau terpilih.






  1. Fungsi Sosiologi dalam Lingkungan Masyarakat




Sosiologi dikatakan mempunyai fungsi untuk mengkaji kekerabatan masyarakat dengan lingkungannya, ketika teori-teori sosiologi dipakai sebagai analisis dalam permasalahan penelitian yang dipilih. Soekanto (1997; 406-435) memaparkan banyak sekali masalah sosial penting yang sanggup dikaji dengan ilmu sosiologi.


Masalah sosial penting itu diantaranya; kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi muda  dalam masyarakat modern. Peperangan, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, masalah kependudukan, masalah lingkungan dan birokrasi.


Namun masalah sosial yang penting tentunya tidak hanya yang tertulis di atas, masih banyak lagi masalah sosial penting selain di atas. Hal ini dikarenakan sosiologi bersifat dinamis lantaran menitikberatkan akan realitas sosial. Jika realitas sosial itu selalu dinamis, maka kajian duduk kasus juga dinamis pula.




Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sosiologi Tentang Sejarah Perkembangan Sosiologi Di Dunia dan Di Indonesia


Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!




Baca Artikel Lainnya:




Sumber aciknadzirah.blogspot.com