Sunday, April 1, 2018

√ Bicara


Ada satu dongeng wacana si 'banyak bicara' dan si 'jarang bicara'.

Sama halnya dengan si 'banyak bicara', orang-orang pun akan sadar bila suatu ketika si 'jarang bicara' menghilang. Perbedaannya hanya terletak di seberapa cepat orang-orang akan peka.
Dan seberapa besar perbedaan bila salah satu diantara mereka tidak ada.  

Sebagian besar menyampaikan orang-orang akan lebih cepat menyadari bila si 'banyak bicara' menghilang daripada si 'jarang bicara'.
Dan perbedaannya akan lebih terasa bila yang lebih banyak bicara menghilang daripada yang tidak.

Lalu mana yang kau pilih?
Si 'banyak bicara' yang lebih banyak 'dianggap' oleh orang-orang, atau si 'jarang bicara' yang bila ia menghilang orang bahkan seringkali tidak menyadarinya?

Aku tidak ingin menjadi si 'banyak bicara' yang justru malah sebagian besar omongannya tidak perlu didengar. 
Aku tidak butuh kepekaan orang-orang akan keberadaanku sendiri.
Kadang, ketika orang-orang kehilangan si 'banyak bicara', kita perlu telaah lagi apakah itu benar-benar rasa kehilangan atau malah sebuah helaan nafas lega.

Ada yang mengatakan; jangan mengerti apa yang kau dengar, dan jangan memahami apa yang kau lihat. Mengertilah apa yang tidak dikatakan, dan pahamilah apa yang tidak terlihat.

Tapi toh, kita cuma insan biasa. Bukan para yang kuasa yang bisa membaca pikiran manusia.

Namun biasanya, si 'jarang bicara' bisa melaksanakan hal ini.
Karna sejujurnya, ia pun sering melakukannya. Ia sendiri pun jarang menyampaikan apa yang sebetulnya ia rasakan. Ada kemungkinan si 'jarang bicara' tahu, bahwa tidak semua orang perlu tahu apa yang sebetulnya terjadi. 


Dan ia tidak keberatan, bila suatu ketika kepergiannya tidak disesali atau disyukuri oleh siapapun.

Sumber http://kickfahmi.blogspot.com