
Sobat mungkin sudah sering mendengar gosip atau pembicaraan wacana kenapa pendidikan di Indonesia sanggup terpuruk kalau dibandingkan dengan pendidikan di luar negeri, tidak perlu jauh-jauh, kita mengintip saja ke negara tetangga terdekat kita yang beberapa kali sempat bertengkar dengan negara kita, Malaysia. Ibu aku pernah berkata, dulu guru-guru dari Indonesia dikirim untuk mengajar di Malaysia, aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak tapi lantaran bukan hanya ibu aku yang berkata demikian maka aku asumsikan hal itu benar, tetapi kini kita lihat sama-sama bagaimana jadinya kalau Indonesia dibandingkan dengan Malaysia dari segi kemajuan pembangunan, kesejahteraan, pendidikan dan lingkungan hidup. Baiklah tidak perlu yang berat-berat yang kita tinjau, contohnya saja kartun Upin dan Ipin yang laku ditonton belum dewasa di negeri kita, kartun buatan Les' Copaque Malaysia ini salah satu mengambarkan kalau Malaysia lebih maju 1 langkah dari kita dalam hal pembuatan animasi. Oke, kembali ke yang dari awal aku ingin bahas yaitu wacana pendidikan Indonesia. Ada beberapa penyebab hal ini sanggup terjadi.
1. Biaya Pendidikan Mahal
Rasanya masih hangat perbincangan ketika kurun SBY wacana pendidikan gratis, sobat yang lahir tahun 90-an niscaya tau. Meskipun faktanya kini pendidikan negeri sudah benar-benar gratis tapi apakah benar di mata masyarakat pendidikan itu gratis? Kalau kalian punya waktu untuk jalan-jalan ke kawasan pedalaman, anak putus sekolah sudah biasa dijumpai. Jangan tanya apa alasan dibalik semua itu, kebanyakan wacana biaya.Lalu apakah salah kalau masyarakat beropini "sekolah cuma buang-buang waktu dan menghabiskan biaya, dan belum tentu kalau lulus sanggup mampu kerja!". Faktanya masyarakat menyebabkan jenjang pendidikan sebagai tolak ukur untuk jenis pekerjaan yang akan didapatkan di masa depan.
2. Mindset Masyarakat wacana Pendidikan
Saat ini sebagian besar masyarakat di kawasan perkotaan mempunyai pemikiran wacana pendidikan akan menjadi satu-satunya kunci kesuksesan di masa depan, tetapi melihat kenyataan bahwa pelajar-pelajar berlomba menuntut pendidikan setinggi-tingginya demi menjadi: pejabat pemerintah, PNS, pegawai, guru, dosen, dokter, polisi dan entah profesi-profesi apa lagi yang justru menciptakan aku merasa miris. Pertanyaannya kenapa malah jadi miris!? Jika pendidikan hanya untuk menghasilkan ratusan ribu lulusan calon "pegawai", lantas kapan Indonesia sanggup jadi negara maju???Begini teman-teman, ini untuk yang belum tahu saja, suatu negara dikatakan negara maju kalau terdapat 2% dari penduduk produktifnya berprofesi sebagai wirausahawan, mungkin nanti akan aku bahas wacana lebih baik menjadi wirausahawan. Nah, kita cuma butuh 2%, tetapi aku masih ingat semenjak aku belum sekolah, Indonesia ditetapkan sebagai negara berkembang bahkan hingga hari ini hingga goresan pena ini selesai dibentuk Indonesia masih disebut sebagai negara berkembang, itu artinya selama rentang waktu tersebut negara kita tidak pernah mempunyai 2% wirausahawan dan negara kita tidak pernah menjadi negara maju.
Akibatnya jumlah pengangguran di Indonesia terus bertambah lantaran lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah maupun swasta tidak sanggup menampung sekian banyak lulusan yang ada setiap tahunnya. Namun mindset menyerupai itu masih lebih baik kalau dibandingkan dengan yang terjadi di kawasan pedalaman menyerupai kawasan tempat tinggal saya. Saya akan menceritakan sebuah kisah yang terjadi di kampung saya. Suatu ketika tiba seorang sarjana yang telah menuntaskan pendidikannya, entah tidak menerima pekerjaan di kota atau ingin mencari pekerjaan di kampung sehingga ia kembali, namun apa yang beliau kerjakan di kampung, menjadi seorang petani. Tetangganya hanya berkata, "saya tidak perlu sekolah untuk sanggup tahu wacana ilmu pertanian". Apa artinya ini? Orang berpikiran bahwa seorang yang berpendidikan hanya akan bekerja dengan pekerjaan yang tidak mengandalkan tenaga, hanya mengandalkan otak. Di kampung aku orang berpendidikan tidak sedikit yang menjadi pengangguran saja, kesudahannya masyarakat beranggapan bahwa sekolah tidak ada gunanya lantaran ujung-ujungnya kalau tidak menjadi pengangguran, maka akan menjadi orang yang bekerja serabutan.
3. Sistem Pendidikan di Indonesia
Sistem pendidikan yang di anut Indonesia berdasarkan aku mempunyai banyak kekurangan, kalaupun sobat tidak sepemikiran dengan pendapat saya, hal ini aku dasari dengan fakta yang telah aku ungkapkan sebelumnya, yaitu wacana bagaimana kelihatannya pendidikan di Indonesia, bagaimana hasil yang diperlihatkan oleh sistem pendidikan di Indonesia.Salah satu yang berdasarkan aku paling fundamental ialah sistem pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai, serta ujian menjadi penentu wacana seberapa jauh ilmu seorang pelajar. Apa akhir dari hal ini? Faktanya nilai dianggap sebagai hal yang paling berharga bahkan nilai tampaknya dianggap sebagai Tuhan bagi pelajar. Saya ingin mengembangkan pengalaman kepada teman-teman, mempelajari sesuatu tanpa tekanan dan sasaran tertentu akan menciptakan kita gampang dan lebih memahami apa yang dipelajari tersebut. Misalnya saja sobat mencar ilmu wacana kalkulus lantaran tertarik dengan limit atau integral, maka sobat akan lebih gampang memahami ketimbang mencar ilmu lantaran besoknya akan ada ujian kalkulus.
4. Kurikulum Pendidikan Indonesia
Teman-teman, aku tidak tahu negara kita ini negara dengan pergantian kurikulum terbanyak atau cuma salah satu negara dengan kurikulum terbanyak tapi dengan seringnya pergantian kurikulum pendidikan di Indonesia dan fakta wacana bagaimana pendidikan di Indonesia rasanya menciptakan aku miris, mau dibawa kemana pendidikan di negeri ini, mau jadi apa penerus-penerus bangsa nanti? Lihat saja hasil pencarian Google dengan keyword kurikulum di indonesia.
Sebenarnya aku agak kaget ketika mengetahui bahwa Indonesia ternyata sudah sering melaksanakan pergantian kurikulum alasannya yang aku tau hanya dua kurikulum yang dipakai ketika masa sekolah saya, yaitu kurikulum KTSP 2006 dan kurikulum 2013. Namun maksud aku begini teman-teman, aku tidak tahu apa kendalanya tetapi mengapa Indonesia tidak mencoba menerapkan sistem pendidikan menyerupai di salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik, contohnya saja Finlandia yang berdasarkan aku menarik lantaran menitik-beratkan pada kompetensi guru sehingga seorang guru benar-benar bertujuan untuk menciptakan penerima didiknya paham dengan bahan pelajaran dan di dukung acara praktik yang memfokuskan pemecahan problem sendiri dan juga kurikulum pendidikan yang fleksibel.
Mungkin cukup sekian yang sanggup aku sampaikan, lebih dan kurangnya mohon di maafkan, kalau ada yang kurang nanti dilengkapi kalau ada yang lebih nanti dibagi-bagi. Akhir kata aku berharap biar pendidikan di Indonesia sanggup menjadi lebih baik di usia Indonesia yang kini telah mencapai 71 tahun. Indonesia #AyoBerubah, kalau problem pelajaran pada dasarnya seorang pelajar paham dengan bahan pelajaran bagaimanapun cara memahaminya bagaimanapun citra yang diberikan. Sekian dan demikian.
Sumber http://www.maringngerrang.com/