Virus sanggup masuk ke dalam sel flora melalui luka yang terjadi secara mekanis atau yang disebabkan oleh serangga vektor (Akin, 2006). Virus tumbuhan sanggup masuk ke dalam jaringan tumbuhan dengan beberapa macam cara. Virus masuk melalui luka mekanis atau oleh vektor atau masuk ke dalam jaringan embrio dari biji yang terinfeksi.
Infeksi virus pada tumbuhan tergantung pada terjadinya perkembangan (multiplikasi) dan penyebaran virus dalam sel tumbuhan inang, lantaran bisul tidak akan terjadi kalau virus tidak sanggup bermultiplikasi dalam sel tumbuhan (Hadiastono. 1998). Nimfa N. virescens dilaporkan tidak menularkan virus-virus tungro sehabis ganti kulit, tetapi kemampuannya itu akan tiba kembali sehabis mencucuk dan mengisap cairan tumbuhan sakit (makan perolehan/akuisisi virus). Waktu yang diperlukan serangga ini untuk menularkannya sangat singkat di mana waktu minimum untuk makan akuisisi dan makan inokulasi (penularan virus pada tumbuhan sehat), masing-masing lima dan tujuh menit. Walaupun sanggup bertahan dalam badan vektor dua sampai enam hari (masa retensi), virus-virus tungro tidak terbukti masuk dan mengikuti sirkulasi darah vektor; hubungan virus-vektor demikian disebut nonsirkulatif. Para peneliti menganggap bahwa virus-virus yang tergolong nonpersisten atau semipersisten menghuni atau melekat pada penggalan alat verbal (cucuk) serangga vektor atau ”stylet-born” (Hibino, 1995). Hasil penelitian terkini pada caulimovirus, anggota dari famili Caulimoviridae, menawarkan bahwa antara protein virus P2 dan reseptor dari sel vektor berinteraksi di penggalan ujung dari cucuknya (Uzest et al., 2007).
Sumber http://kickfahmi.blogspot.com