Sunday, June 24, 2018

√ Apa Fungsi Stratifikasi Sosial

Fungsionalis struktural beropini bahwa ketidaksetaraan sosial memainkan tugas penting dalam kelancaran operasi masyarakat. Tesis Davis-Moore menyatakan bahwa stratifikasi sosial mempunyai konsekuensi yang menguntungkan bagi aktivitas masyarakat. Davis dan Moore beropini bahwa pekerjaan yang paling sulit di masyarakat mana pun ialah yang paling diharapkan dan membutuhkan imbalan dan kompensasi tertinggi untuk memotivasi individu secara memadai untuk mengisinya.


Pekerjaan tertentu, ibarat memotong rumput atau membersihkan toilet, sanggup dilakukan oleh hampir semua orang, sementara pekerjaan lain, ibarat melaksanakan operasi otak, sulit dan membutuhkan orang yang paling berbakat untuk melakukannya.


Untuk memikat orang-orang paling berbakat menjauh dari pekerjaan yang kurang penting, suatu masyarakat harus mengatakan hadiah dan insentif kepada orang-orang itu. Davis dan Moore selanjutnya mengklaim bahwa masyarakat mana pun sanggup sama, tetapi hanya sejauh orang bersedia membiarkan siapa pun melaksanakan pekerjaan apa pun. Ini juga akan menuntut bahwa mereka yang melaksanakan pekerjaannya dengan jelek akan dihargai secara sama. Lantas apa yang akan menjadi insentif bagi orang untuk melaksanakan yang terbaik jikalau semua orang diberi penghargaan yang sama?


Stratifikasi dan Konflik


Ahli teori konflik sosial tidak oke bahwa stratifikasi sosial berfungsi untuk suatu masyarakat. Sebaliknya, mereka beropini bahwa stratifikasi sosial menguntungkan beberapa dengan mengorbankan yang lain. Dua andal teori, Karl Marx dan Max Weber, ialah kontributor utama untuk perspektif ini.


Karl Marx ialah seorang filsuf, sosiolog, ekonom, dan sosialis revolusioner Jerman. Ia mendasarkan teorinya pada gagasan bahwa masyarakat mempunyai dua kelas orang: borjuasi dan proletariat. Kaum borjuis ialah pemilik alat-alat produksi, ibarat pabrik-pabrik dan bisnis-bisnis lain, sedangkan kaum proletar ialah para pekerja. Marx beropini bahwa kaum borjuis (pemilik) memberi kaum proletar (pekerja) cukup untuk bertahan hidup, tetapi pada karenanya kaum buruh dieksploitasi.


Sebagai hasil dari eksploitasi ini, Marx meramalkan revolusi buruh. Dia percaya bahwa penindasan dan kesengsaraan pada karenanya akan mendorong lebih banyak didominasi pekerja untuk bersatu dan menggulingkan kapitalisme. Hasilnya ialah utopia sosialis di mana perbedaan kelas yang ekstrem ibarat itu akan lenyap. Terlepas dari prediksi Marx, kapitalisme masih berkembang.


Max Weber, juga spesialis teori konflik, oke dengan Marx bahwa stratifikasi sosial menjadikan konflik sosial. Tidak ibarat Marx, ia menggambarkan stratifikasi sosial sebagai peringkat multidimensi daripada hierarki dua kelas yang jelas. Weber melihat tiga dimensi stratifikasi sosial dalam hal kontinum. Kelas sosial untuk Weber termasuk kekuasaan dan prestise selain harta atau kekayaan. Saat ini, sosiolog memakai istilah status sosial ekonomi (SES) untuk merujuk peringkat ini menurut banyak sekali dimensi ketidaksetaraan sosial.



Sumber https://infoana.comm