Friday, June 29, 2018

√ Budidaya Dan Pemuliaan Tanaman Kelapa


MAKALAH
BUDIDAYA DAN PEMULIAAN TANAMAN KELAPA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   LatarBelakang
Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian, juga menjadi pembawa perubahan teknologi.Peningkatan produksi tumbuhan pangan salah satunya disebabkan oleh penggunaan varitas-varitas unggul disertai teknik budidaya yang lebih baik dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Varitas unggul gres diperoleh melalui pemuliaan tanaman, baik yang dilakukan oleh forum penelitian pemerintah maupun indusrti benih yang mempunyai devisi litbang. Hasil pemuliaan tumbuhan berupa varitas gres mempunyai keunggulan yang harus dipertahankan pada generasi berikutnya melalui perbanyakan yang sekaligus mempertahankan kebenaran genetik dan mutu benihnya.
Bidang produksi benih sanggup dikelompokkan menjadi produksi benih sumber dan produksi benih komersial. Produksi benih komersial perlu didukung dengan aktivitas produksi benih sumber secara terus menerus supaya sanggup menjamin kontinyutas ketersediaan benih bagi petani pengguna. Di Indonesia, untuk benih non bibit unggul dikenal kelas benih yaitu: Benih Penjenis, Benih Dasar, Benih Pokok dan Benih Sebar. Selama produksi benih dilakukan upaya-upaya supaya diperoleh benih dengan mutu yang tinggi.Dalam hal ini tercakup mutu genetik, fisiologis dan fisik.
Mutu genetik meliputi keunggulan varitas tersebut dan kemurniannya tinggi.Mutu fisik dicerminkan dengan bentuk, ukuran, kebersihan, keseragaman, warna dan kecerahan. Mutu fisiologis meliputi kadar air benih, viabilitas dan vigor benih. Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan produksi benih yaitu : mutu benih sumber, areal produksi kondisi iklim dan ekspresi dominan yang tepat, teknik memproduksi benih, penanganan panen dan pasca panen.Semua faktor dan tahap produksi benih perlu dikendalikan supaya diperoleh benih berkualitas tinggi dan jumlah maksimal. Untuk itu perlu diketahui faktor faktor yang sanggup mempengaruhi mutu dan hasil benih sehingga sanggup diterapkan teknik produksi yang tepat.
Dalam kegiatan pengadaan benih, diharapkan jaminan mutu supaya petani terlindungi dari kemungkinan penggunaan benih yang berkualitas rendah.Sistem pengawasan mutu pada beberapa tahun yang kemudian hanya dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertfikasi Benih (BPSB) yang dikenal sebagai pengawasan eksternal.Mulai tahun 2000, perusahaan benih yang mempunyai laboratorium uji yang sistem produksinya telah memenuhi syarat sanggup memperoleh hak untuk memperlihatkan informasi mutu atas produk benihnya, ketika ini hak ini telah diperoleh 5 perusahaan benih.
Kelapa adalahtanamanserbagunakarenasetiapbagiantanamanbermanfaatbagimanusia,sehinggatidaklahmengherankankalautanamankelapadijuluki“Tree of life”. Di beberapaNegaraberkembangbanyakyangmenggantungkankehidupannyapadatanamankelapayaitusebagaisumbermakanan, minuman, bahanbangunan,rumah, obat-obatan, kerajinan tangan, bahkankelapajugadijadikanbahanbakupadasejumlahindustripentingseperti kosmetik, sabun,dll.Walaupunsemuabagiantanaman kelapa dapatdimanfaatkannamunbagian yang paling bernilaiekonomisampaisaatiniadalahdagingbuah.Salahsatujalankeluar yang dapatditempuhuntukpercepatanpeningkatanproduksiadalahpenggunaankelapahibridaintervarietasdalampengembangankelapa.
Tujuanperakitankelapahibridaadalahuntukmendapatkankelapa yang cepatberbuah,berproduksitinggi, tahanterhadaphamapenyakittertentu, spesifiklokasi, dansesuaidengankebutuhankonsumen(pabrikan)

1.2   Tujuan
Tujuan dari penulisan Makalah ini yaitu untuk Mengetahui :
1.      Perkembangan dan sejarah tumbuhan Kelapa di Indonesia.
2.      Morfologi dan sistematik tanamanKelapa.
3.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Dan Hasil Benih.
4.      Prinsip Genetik.
5.      Kelapa Hibrida Genjah >< Kelapa Dalam.
6.      Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana.)
7.      Pengujian mutu genetis.
8.      Pengujian mutu fisiologis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Perkembangan dan Sejarah Kelapa di Indonesia
Sejak dahulu kala kelapa telah dikenal dikepulauan indonesia dan kepulauan dilautan pasifik. Wajarlah bila para andal yang menyampaikan bahwa asal mula tumbuhan kelapa dari tempat lautan pasifik (New Zealand), amerika selatan, atau indonesia, lantaran tumbuhan kelapa terutama tumbuh baik pada tempat katulistiwa dengan suhu sekitar 27oC. Sebelum indonesia merdeka (pada tahun 1940), maka produksi kelapa diluar pulau jawa mencapai 750.000 Ton, yang umumnya diolah menjadi kopra. Sedangkan produksi dari pulau jawa, sekitar 450.000 Ton kebanyakan di pergunakan untuk minyak kampung dan keperluan dapur (konsumsi segar). Apabila kegunaannya selain untuk minyak, sanggup dipergunakan sebagai materi pembuat sabun, lilin, ataupun untuk materi ramuan obat obatan. Oleh lantaran itu, wajarlah bila ketika ini banyak yang mencari bibit kelapa unggul terutama kelapa bibit unggul dari tubuh badan pembuat bibit, contohnya Lembaga Penelitian Industri.

Sebenarnya kelapa bibit unggul sebagai kelapa unggul sudah dikenal lama. Usaha pemulian tumbuhan kelapa di Indonesia melalui proses persilangan (Hibridisasi) mulai di rintis semenjak tahun 1955. Lantaran perjuangan tersebut terbentur sarana dan keuangan maka kegiatannya terputus dan dilanjutkan kembali pada tahun 1973. Badan kerjasama yang menangani yaitu FAO/UNDP dengan pemerintah indonesia.

Lembaga penelitian Tanaman industri mulai pada tahun 1974 melaksanakan survei plasma nutfah guna mendapat pohon induk dan bapak yang memenuhi persyaratan. Pemilihan pohon induk berdasarkan banyaknya produksi buah, ukuran, dan berat buah, tebal daging, kadar kopra, resistensi terhadap hama penyakit dan sifat Fenotip serta genotip yang lain. Survei dilakukan dijawa tengah, jawa barat, aceh sumut, lampung, sulawesi selatan dan kalimantan barat.



2.2  Morfologi dan Sistematik Kelapa
2.2.1        Morfologi Kelapa
Keluarga palmae (Palem) umunya tidak bercabang dan mempunyai berkas daun yang berbentuk cincin. Yang termasuk dalam keluarga palmae yaitu kelapa (Cocos nucifera), sagu (Metroxilon sp.), salak (Salaca edulis), aren (Arenga pinata), dll.
-       Batang
Pada umunya batang kelapa mengarah lurus keatas dan atau tidak bercabang, kecuali pada tumbuhan pinggir sungaii, tebing, dll, pertumbuhan kelapa menyesuaikan arah sinar matahari. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang merupakan jaringan meristem yang berfungsi membentuk daun, batang, dan bunga.karena tumbuhan kelapa termasuk tumbuhan monocotyledoneae pada batangnya tidak terdapat kambium sehingga tidak sanggup tumbuh sekunder. Oleh lantaran itulah tumbuhan kelapa pertumbuhan batangnya akan selalu bertambah panjang atau tinggi.
-       Akar
Tanaman kelapa yang gres bertunas mempunyai akar tunggang. Namun perkembangan akar tersebut makin usang akan dilampaui oleh akar akar yang lain, sehingga fungsi dan bentuknya sama menyerupai akar serabut biasa. Hal ini terjadi pada tumbuhan tanaman monokotil yang lain.
-       Daun
Pertumbuhan dan perkembangan mahkota bunga dimulai semenjak biji berkecambah dan pada tingkat pertama membentuk 4—6 helai daun. Daun tesusun saling membalut satu sisi sama lain merupakaan selubung dan memudahkan susunan forum serta akar menembus sabut pada waktu tumbuh. Daun kelapa bertulang sejajar mempunyai pelepah daun dengan anak daun pada sisi kiri dan kananya. Tajuk daun terdiri 20—30 buah, pada pohon yang sudah remaja panjangnya kurang lebih 5—8 m. Daun yang gampang tumbuhnya tegak, makin besar dan makin bau tanah semakin condong kesannya terkulai dan berguguran.
-       Bunga
Bunga kelapa merupakn bunga berkarang yang disebut “in florescentia” atau dikenal dengan sebutan mayang (manggar). Manggar mempunyai induk tangkai yang bisa bercabang sebanyak 30—40. Setiap cabang ditemui bunga betina pada pangkalnya, sedangkan bunga betina pada ujung ujung cabangnya. Baik bunga jantan maupun betina tidak bertangkai, setiap cabang hanya terdiri dari beberapa bunga betina sedang bunga jantan bisa mencapai 200 buah. Bunga jantan terdiri dari 3 buah kelopak , 3 buah daun mahkota, dan 6 helai benang sari. Di ujungnya mempunyai 3 lembar sirip yang berkelenjar madu, sehingga bisa menarik serangg atau lebah.
-       Buah
Bunga betina yang telah dibuahi mulai tumbuh menjadi buah kira kira 3—4 ahad setelah manggar terbuka. Tidak semua buah ya g terbentuk akan menjadi buah yang  bisa dipetik tetapi diperkirakan buah muda berguguran. Buah kelapa sendiri termasuk buah watu yang terdiri dari kulit luar (Epicarp), kulit tengah atau sabut (Mesocarp), kulit dalam (Endocarp), kulit luar biji yang menempel disebelah dalam dari tempurung, putih forum (Endosperm), air kelapa, dan lembaga.
2.2.2        Sistematik dan Varietas Kelapa
Dalam dunia tumbuhan -tumbuhan, kelapa bisa di golongkan sebagai Divisio Spermatophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Palmales, Familia Palmae, Genus Cocos, Spesies Cocos nucifera, Nama Derah Kelapa, Kelopo, Krambil, Cikal.
Penggolongan varietas kelapa umumnya berdasarkan perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat khusus lainnya.
a.       Menurut bentuk dan ukuran buah
-       Bentuk dan ukuran buah Besar, misal kelapa hijau, kelapa merah, kelapa manis, kelapa bali, dan kelapa lokal.
-       Bentuk dan ukuran buah Kecil, misal kelapa gading, kelapa sriwilan, kelapa raja, kelapa puyuh, nias, malayan dwarf dll.
b.      Menurut umur pohon mulai berbuah
-       Kelapa Dalam, umunya berbuah setelah umur 6 tahun, terdiri dari kelapa var. typica
-       Kelapa genjah, yang berbuah antara umur 3—4 tahun, bentuk buah dan ukurannya kecil. Sedangkan kelapa bibit unggul merupakan kelapa genjah dengan bentuk dan ukuran buah yang besar.
c.       Menurut warna buah
-       Kelapa Gading
-       Kelapa Hijau
-       Kelapa Jingga
d.      Menurut genotipnya
-       Kelapa Dalam
-       Kelapa Genjah
-       Kelapa Hasil persilangan yang lebih dikenal dengan kelapa hibrida
-       Kelapa Abnormal

2.3  Metode Pemuliaan Kelapa
Pemuliaan tumbuhan yaitu salah satu metode yang secara sistematis memanfaatkan keragaman genetic plasma nutfah untuk menghasilkan varietas gres yang lebih baik dari sebelumnya.Pemilihan metode pemuliaan suatu tumbuhan tergantung dari ciri populasi alaminya.Pada prinsipnya metode pemuliaan tumbuhan dibedakan atas metode pemuliaan tumbuhan menyerbuk sendiri dan tumbuhan menyerbuk silang.Tanaman kelapa termasuk tumbuhan yang menyerbuk silang.Metode pemuliaan untuktanaman kelapa berdasarkan Menon dan Pandalai(1960) yaitu sebagai berikut :
-       Introduksi Varietas dan Strain
-       Pemurnian
-       Seleksi Masa
-       Hibridisasi

2.4  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Dan Hasil Benih
Varitas unggul gres yang dihasilkan melalui aktivitas pemuliaan hanya akan bermanfaat apabila benihnya tersedia bagi petani. Benih penjenis yang dihasilkan pemulia jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu.Dilipat gandakan supaya mencukupi kebutuhan benih untuk sejumlah areal tertentu.Pemulia tumbuhan bertanggung jawab atas kebenaran mutu benih tersebut.Benih penjenis yang jumlahnya terbatas tersebut sanggup diperbanyak menjadi Benih dasar, kemudian diperbanyak lagi menjadi benih pokok dan Benih Sebar.Pengawasan mutu ketiga kelas tersebut dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) terhadap produsen-produsen yang belum mempunyai akta dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM).
Tujuan memproduksi benih yaitu memperoleh benih bermutu tinggi dalam jumlah yang maksimal.Beberapa faktor yang sanggup mempengaruhi mutu dan hasil benih sanggup dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal.Dalam prakteknya, beberapa faktor selama memproduksi benih sanggup menimbulkan penurunan mutu benih sehingga perlu memperhatikan semua aspek yang berperan.Secara garis besarnya, kegiatan produksi benih perlu memperhatikan prinsip genetik dan prinsip agronomik.

2.5  Prinsip Genetik.
Selama periode memproduksi benih banyak faktor yang sanggup menimbulkan kemunduran genetik benih, sehingga perlu dilakukan pengendalian yang sempurna supaya diperoleh benih dengan mutu genetik yang tinggi sesuai dengan keunggulan yang dideskripsikan pemulia tumbuhan ketika varitas tersebut dilepas. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama produksi dilapangan yaitu :
1.      Benih Sumber
Dalam kegiatan produksi benih bersetifikat dipakai benih dari kelas yang lebihtinggi dengan mutu yang baik, yaitu memenuhi persyaratan kemurnian, daya berkecambah, bebas dari benih varitas lain, biji gulma dan penyakit yang terbawa benih. Untuk memperoleh benih sebar, dipakai benih sumber, benih Pokok, dan seterusnya untuk kelas benih yang lain.
2.      Sejarah Lahan
Lahan yang akan dipakai untuk areal produksi benih perlu diketahui untuk menghindari munculnya tumbuhan voluntir dan penyebaran penyakit. Tanaman voluntir merupakan tumbuhan dari varitas lain yang tumbuh dari pertanaman yang telah dipanen sebelumnya. Untuk memproduksi benih padi bersertifikat, lahan yang akan dipakai bekas tumbuhan padi maka areal tersebut harus dari varitas yang sama atau bekas varitas lain yang sifat sifat fisiknya gampang dibedakan dengan varitas yang akan ditanam dengan persyaratan :
a)      produsen mau dan mampumengerjakan pengolahan tanah dan melaksanakan roguing secara intensif.
b)      sistem tanam harus tandur jajar.
c)      persemaian dilakukan pada areal yang bebas voluntir. Kepastian benih sumber dan sejarah lahan dilakukan pada ketika investigasi pendahuluan.
3.      Isolasi
Ketentuan isolasi diterapkan untuk menghindari terjadinya penyerbukan silang dari varitas yang berbeda, menghindari tercampurnya varitas lain pada ketika panen, dan penyebaran hama dan penyakit dari tumbuhan inang yang lain. Beberapa jenis isolasi yaitu isolasi jarak, isolasi waktu dan isolasi fisik.
a)      Isolasi Jarak : Areal produksi benih suatu varitas perlu mempunyai jarak dengan pertanaman varitas yang lain supaya tidak terjadi percampuran. Sifat penyerbukan yang menimbulkan perbedaan jarak isolasi. Tanaman yang menyerbuk sendiri tidak perlu diberi jarak isolasi yang jauh, tetapi tumbuhan yang menyerbuk silang harus diberi jarak tertentu supaya tidak terjadi persilangan.
b)      Isolasi Waktu : Diterapkan dengan memperlihatkan selang waktu tumbuhan yang berbeda antara dua varitas dengan blok/areal yang berdampingan sehingga pada ketika pembungaan berbeda (misal minimum 30 hari untuk tumbuhan padi dan jagung). Bila persyaratan isolasi jarak tidak sanggup diterapkan, maka sanggup dilakukan isolasi waktu.
4.      Roguing
Dalam areal produksi benih bersertifikat, tidak dikehendaki adanya tanaman-tanaman yang tidak diizinkan.Tanaman tersebut sanggup berupa tipe simpang, tumbuhan yang berpenyakit berbahaya dan gulma yang berbahaya.Kegiatan reguing yaitu membuang tanaman-tanaman tersebut, yang sanggup dilakukan pada fase bibit, fase vegetatif dan fase reproduktif.Tipe simpang sanggup muncul lantaran tumbuhan mempunyai keragaman yang luas dan benih yang dipakai berasal dari hasil persilangan. Hal hal yang perlu diketahui oleh petugas yang melaksanakan roguing :
a)      karakteristik (diskripsi) varitas.
b)      karakteristik tipe simpang.
c)      penyakit terbawa benih yang sukar dikendalikan dengan perawatan benih.
d)     gulma yang berbahaya.
e)      ketidak normalan tumbuhan (stress hara, suhu dan kelembaban tanah).
f)       pengambilan teladan dan cara penghitungan untuk sertifikasi. Pemeriksaan lapang dilakukan pada fase vegetatif dan generatif.
5.      Pencegahan Kontaminasi Mekanis.
Hal ini penting dilakukan supaya benih tidak tercampur dengan varitas lain melalui percampuran mekanis, contohnya pada ketika panen dan pengolahan. Alat-alat yang dipakai dalam pelaksanaan panen maupun pengolahan perlu perlu dibersihkan supaya tidak terdapat sisa sisa benih dari pengolahan yang lalu.
6.      Wilayah Adaptif.
Areal produksi benih hendaknya berada dalam wilayah produksi benih yang sesuai.Hal ini perlu dilakukan supaya tidak terjadi perubahan secara genetik yang merugikan.Varitas unggul yang dihasilkan pemulia biasanya memuat diskripsi tempat tumbuh, sehingga proposal tersebut perlu diikuti.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Kelapa Hibrida Genjah >< Kelapa Dalam
Hasil survei plasma nutfah in situ di 11provinsi diperoleh tiga aksesi Kelapa Genjah dan22 aksesi Kelapa Dalam. Setelah dievaluasi datakomponen buah dan produksi kopra ditetapkan 4kultivar sebagai calon tetua bibit unggul yaitu GenjahKuning Nias (GKN) asal Sumatera Utara, DalamTenga (DTA) asal Sulawesi Utara, Dalam Bali(DBI) asal Bali dan Dalam Palu (DPU) asalSulawesi Tengah (Liyanage, 1975). Kemudiansejak tahun 1973/1974 dilakukan hibridisasiantara Kelapa Genjah dan ketiga Kelapa Dalamtersebut yaitu GKN x DTA, GKN x DBI dan GKNx DPU (Liyanage, 1974). Ketiga jenis kelapahibrida ini ditanam di dua lokasi yaitu KebunPercobaan Mapanget, Sulut pada ketinggian 80 mdpl dan Kebun Percobaan Pakuwon, Jabar padaketinggian 450 m dpl.
Hasil penelitian di Mapanget memperlihatkan bahwa pembungaan pertama ketiga jenis kelapa bibit unggul ini ternyata lebih awal dibandingkan ketiga tetua Kelapa Dalam yaitu 42 bulan semenjak berkecambah dibandingkan 52-56 bulan pada Kelapa Dalam. Produksi kopra ketiga bibit unggul ini pada umur lima tahun yaitu 1,4-2,0 ton/ha (Novarianto et al., 1984). Pembungaan pertama ketiga kelapa Hibrida yang sama di Pakuwon lebih lambat sekitar 10 bulan sedangkan untuk Kelapa Dalam sekitar 20 bulan dibandingkan jenis yang sama di Mapanget. Produksi kopra pada umur delapan tahun di Pakuwon berkisar 2,2-2,7 ton/ha, pada umur sembilan tahun meningkat antara 3,66-4,22 ton/ha (Novarianto et al., 1992). Pengamatan lebih lanjut terhadap jenis kelapa bibit unggul ini di Mapanget ternyata ketika berumur 10 tahun telah mencapai hasil 4,7-5,0 ton kopra/ha. Analisis daya gabung memperlihatkan imbas heterosis yang konkret pada hasil kopra. Ketiga jenis kelapa Hibrida ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 1984 dengan nama KHINA- 1 untuk silangan GKN x DTA, KHINA-2 untuk silangan GKN x DBI, dan KHINA-3 untuk silangan GKN x DPU.
Hasil observasi yang dilakukan terhadap KHINA-1, 2, dan 3 yang tetuanya diseleksi dari individu tetua betina GKN yang berbunga di bawah 28 bulan, dan tetua jantan DTA, DBI, DPU yang berbunga di bawah 45 bulan, memperlihatkan bahwa pembungaan awal KHINA-1 pada umur 24 bulan, KHINA-2 pada umur 25 bulan, dan KHINA-3 pada umur 23 bulan sedangkan keseluruhan populasi lainnya berbunga masingmasingpada umur 38 , 40, dan 39 bulan (Tenda etal., 1988).
Walaupun kelapa bibit unggul lebih cepat berbuah,ternyata pada 1-3 tahun pertama ditemukanmasalah patah tandan muda.Masalah iniditemukan baik pada kelapa bibit unggul local (KHINA) maupun introduksi (PB-121). Hasilpengamatan buah yang gugur dari tandan yangpatah bermacam-macam antara 5-10 bulan, dan persentasegugur bermacam-macam antara 8,59-29,95%. Penyebabnya yaitu jumlah dan berat buah/tandan.Penanggulanganpatah tandan muda telah berhasilditemukan teknologinya yaitu dengan menggunakantali berpengait (Mahmud et al., 1990).
Lahan pasang surut yang tersebar diSumatera, Kalimantan dan Irian Jaya diperkirakansekitar tujuh juta hektar berpotensi untukpertanian.Salah satu jenis tumbuhan yang berpeluang dikembangkan di lahan ini yaitu kelapa dan telah diusahakan petani semenjak lama.Gambar 2. Penampilan tumbuhan kelapa varietas KHINA-1Foto : PuslitbangbunPerakitan kelapa hibirida intervarietas dan pengembangannya di Indonesia (Elsje T. Tenda) 39Hasil penelitian di lahan pasang surut terhadaplima jenis kelapa bibit unggul di antaranya KHINA-1dan PB-121 ternyata pertumbuhan vegetatif,generatif, jumlah buah dan produksi kopra/hasampai umur lima tahun sama potensinya. Dalamhal komponen buah, berat buah yang terberatadalah Kelapa Hibrida KHINA-1, untuk beratsabut KHINA-1 dan PB-121, berat air buahKHINA-1, berat tempurung KHINA-1 dan PB-121, dan berat daging buah KHINA-1 (Luntunganet al., 1994).
Hasil penilaian Kelapa Hibrida KHINA-1yang ditanam di beberapa lokasi di Minahasa danBolaang Mongondow memperlihatkan bahwadengan pemeliharaan yang sangat terbatas, samadengan Kelapa Dalam rata-rata produksikopra/pohon/tahun di Sidate 20–22 kg,Solimandungan 22 kg, Koka 21,5 kg, Wasian17,81 kg, dan Pandu 27,14 kg. Apabila dikonversike hektar maka produksinya di atas 2,5 ton/ha/tahun (Tenda et al., 1997). Hasil analisis stabilitashasil KHINA dan tetuanya yang diamati selama 5tahun memperlihatkan bahwa KHINA-3 (GKN xDPU) dan DPU bisa mengikuti keadaan padakeadaan ekspresi dominan yang berfluktuasi, sedangkanKHINA-1 (GKN x DTA) tergolong jenis kelapa bibit unggul untuk lingkungan yang spesifik menyerupai diKebun Percobaan Mapanget Sulut mampuberproduksi hingga 2,8 ton kopra/ha/tahuntanpa pemeliharaan yang berarti (Tenda etal.,1998). Hasil penelitian Tampake et al. (2002)menunjukkan bahwa KHINA-1 lebih adaptifdibandingkan PB-121 baik di lahan mineralmaupun di lahan gambut.
Karakteristik daging buah kelapa berhubungandengan pemanfaatannya sebagaibahan baku dalam bidang industri. Galaktomananmerupakan salah satu penyebab sifatkenyal (rubbery) pada kopra. Sifat kenyal akanmenurun sejalan dengan menurunnya kadargalaktomanan. Kopra yang bersifat tidak kenyaldiperoleh dari Kelapa DTA dan KHINA-3 umur12 bulan. Selanjutnya, kelapa dengan kadarfosfolipid yang tinggi tidak diinginkan karenaberhubungan dengan perubahan warna kelapaparut kering (dessicated coconut) selama penyimpanan.Kadar fosfolipid yang rendah diperoleh dari Kelapa KHINA-2 umur 12-13 bulan, KHINA-3 umur 12 bulan, DTA umur 12 bulan, sertaKelapa Hibrida PB-121 yang berumur lebih dari13 bulan (Djatmiko, 1991).

3.2  Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)
3.2.1        Ruang lingkup
Standar ini meliputi istilah dan definisi, syarat mutu, cara investigasi lapangan, carapengambilan teladan benih, cara pengujian mutu, penandaan dan pengemasan untukproduksi benih kelapa genjah.
3.2.2        Pengujian Mutu Benih
Kegiatanmengevaluasi mutu benih oleh analis benih yang meliputi pengujian mutu genetic (penampilan pohon induk dan tingkat kemurnian varietas); pengujian mutu fisiologi (dayaberkecambah dan kecepatan tumbuh) dan pengujian mutu fisik (berat buah, penampilankulit buah, tingkat keseragaman ukuran dan bentuk buah dan kesehatan benih).








3.2.3        Syarat mutu
1.    Persyaratan kebun induk
2.    Persyaratan pohon induk
3.    Persyaratan mutu benih
3.3.4        Pemeriksaan kebun induk
a.       Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh institusi yang berwenang
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan sistem sampling untuk menguji mutu genetis (persyaratan kebun induk, tingkat kemurnian varietas), mutu fisiologi (pengukuran berat buah, pengamatan daya berkecambah, air buah, berat buah, usang penyimpananbenih) dan mutu fisik (penampilan kulit buah dan serangan hama dan penyakit).
b.      Jumlah pohon teladan yang diamati sebanyak 15 pohon dari populasi tumbuhan yangada. Pengambilan pohon teladan dilakukan secara acak sistematis.
3.3.5        Pemeriksaan benih
a.       Cara pengambilan benih contoh
1.      Benih teladan hanya boleh diambil oleh petugas yang berwenang dari lot benih yang lulus investigasi lapangan dengan dokumen investigasi yang jelas.
2.      Benih teladan diambil secara acak dari masing-masing lot benih sesuai dengan metode yang ditetapkan. Jumlah benih teladan untuk pengujian kemurnian varietas, dayaberkecambah, warna kulit buah, keadaan kulit dan air buah serta berat buah sebanyak 25 butir untuk setiap 5.000 benih yang diproduksi. Pengambilan benih dilakukan secara acak.
b.      Cara pengujian mutu benih
1.      Pengujian mutu genetis dilakukan dengan dua cara yaitu
a.       mengamatipenampilan pohon induk di kebun benih
b.      tingkat kemurnian varietas. Penampilan pohon induk dievaluasi dengan mengamati pohon teladan yang diambil secara acak. Pengujian tingkat kemurnian varietas dilakukan dengan membandingkan warna batang semu kecambah dengan warna tangkai daun pohon induk. Prosedur pengujian disajikanpada Lampiran A.
c.       Pengujian mutu fisiologi dilakukan dengan mengamati umur buah ketika panen, warna buah, keadaan air buah kelapa, berat buah, dan daya berkecambah. Prosedur pengujian sanggup dilihat pada Lampiran B.
2.      Pengujian mutu fisik dilakukan dengan mengamati penampilan kulit buah dan tanda-tanda serangan hama dan penyakit pada buah. Prosedur pengujian disajikan padaLampiran C.

3.4        Pengujian mutu genetis
3.4.1        Pemeriksaan kebun induk
a.       Prinsip
Pengamatan aksara vegetatif dan generatif tumbuhan kelapa genjah dibandingkan denganpersyaratan mutu yang ditetapkan.
b.      Bahan dan Peralatan


a.      timbangan kapasitas 2 kg;
b.      hand counter;
c.       oven listrik;
d.      pencungkil;
e.       parang;
f.       desikator;
g.      teropong binokuler;
h.      15 pohon teladan kelapa genjah.


c.       Prosedur investigasi kebun induk
a)      Penentuan pohon contoh
3.      Tentukan 15 pohon teladan secara acak yang mewakili seluruh populasi.
4.      Pohon teladan dicat melingkar dan diberi nomor.
d.      Pengamatan tingkat keseragaman populasi
a)      Warna buah dari setiap pohon diamati dan dikelompokkan ke dalam warna hijau, hijau kekuningan, kuning, merah, dan merah kecoklatan.
b)      Setiap pohon teladan dipanen 2 buah pada tandan terbawah untuk pengamatan beratbuah dan kadar kopra.
c)      Bentuk buah diklasifikasikan atas bundar dan oblong; kemudian dihitung jumlah masingmasing.
e.       Pengamatan produktivitas tanaman
a)      Produksi buah per pohon dihitung dengan cara berikut :
-       Hitung jumlah tandan per pohon (misalkan jumlah tandan = t)
-       Selanjutnya hitung jumlah buah dari 3 tandan terbawah dan rata-ratakan (missalrata-rata jumlah buah dari 3 tandan = b);
-       Produksi buah per pohon per tahun yaitu rata-rata jumlah buah per tandan dikalikan dengan jumlah tandan (yaitu t x b).
-       Jika jumlah buah kurang dari 80 butir per tahun maka kebun benih tersebut tidak layak dijadikan sumber benih.
b)      Timbang berat buah teladan memakai timbangan duduk ukuran 2 kg. Jika rata-rata berat buah kurang dari 500 g dan buah tanpa sabut < 350 g maka buah-buah dalam lot benih tersebut tidak layak dijadikan benih.
3.4.2        Pengujian kemurnian varietas
a.       Prinsip
Tingkat kemurnian varietas diamati berdasarkan kesesuaian warna kecambah dengan warna buah varietas.
b.      Bahan dan Peralatan
a.       Buah kelapa genjah sebanyak 25 butir.
b.      cangkul;
c.       pisau;
d.      parang;
e.       hand counter.
c.       Prosedur pengujian
a.       Buat bedengan pesemaian ukuran 1 m x 1 m x 0.25 m.
b.      Sayat belahan ujung buah teladan berlawanan arah dengan belahan terlebar dari buah.Lebar 5 cm dan dalam 1 cm.
c.       Semai benih di bedengan dengan belahan yang disayat menghadap ke atas.
d.      Beri label bedengan dengan nama varietas kelapa genjah dan tanggal semai.
e.       Siram benih setiap hari.
f.       Amati warna kecambah.
g.      Hitung tingkat kemurnian varietas sebagai berikut :Jumlah benih kecambah dengan warna sesuai tangkai daun pohon induk
Jumlah benih kecambah dengan warna sesuai tangkai
daun pohon induk
Tingkat kemurnian varietas =-------------------------------------------- x 100%
Jumlah benih kecambah
3.5        Pengujian mutu fisiologis
3.5.1        Pemeriksaan umur buah dan usang penyimpanan benih
a.       Prinsip
Umur buah mencerminkan kematangan fisiologi buah.Pada kelapa genjah kematanganfisiologi buah terjadi pada umur 11 bulan – 12 bulan semenjak pembuahan.Pemeriksaan dilakukan berdasarkan warna buah, tebal daging buah dan suara air buah sewaktudiguncang. Lama penyimpanan dicek berdasarkan tanggal panen.
b.      Bahan dan Peralatan
a.       Buah kelapa genjah sebanyak 25 butir.
b.      timbangan kapasitas 2 kg;
c.       sigmat;
d.      parang.
c.       Prosedur pemeriksaan
-       Amati keadaan fisik buah. Buah yang matang fisiologi ditandai oleh ¾ belahan buahtelah mulai mengering, kulitnya tidak keriput, dan suara air nyaring ketika diguncang.
-       Lama penyimpanan dihitung semenjak tanggal panen dimana kecambah belum muncul ke permukaan kulit buah.
-       Buah teladan ditimbang dan dihitung rata-ratanya. Apabila berat buah teladan kurangdari 500 g dan buah tanpa sabut < 350 g maka buah-buah tersebut tidak memenuhisyarat untuk dijadikan benih.
3.5.2        Pengujian daya berkecambah
a.       Prinsip
Daya berkecambah memilih jumlah benih yang diperlukan.Benih kelapa disemai hingga umur tiga bulan dan dihitung jumlah benih yang berkecambah.
b.      Bahan dan Peralatan
a.       Buah kelapa genjah sebanyak 25 butir.
b.      cangkul;
c.       pisau;
d.      parang.
c.       Prosedur pengujian
-       Buat bedengan pesemaian ukuran 1m x 1m x 0.25 m.
-       Sayat belahan ujung buah teladan berlawanan arah dengan belahan terlebar dari buah. Lebar 5 cm dan dalam 1 cm.
-       Semai benih di bedengan dengan belahan yang disayat menghadap ke atas. Kepadatan pesemaian 20 butir per m2 -25 butir per m2.
-       Beri label bedengan berupa nama varietas kelapa genjah dan tanggal semai.
-       Siram benih setiap hari.
-       Jumlah buah yang berkecambah diamati selama 3 bulan di pesemaian. Hitung daya berkecambah sebagai berikut :
Jumlah benih berkecambah
Jumlah benih berkecambah
Daya berkecambah = -------------------------------------------------- x 100 %
25

3.5.3        Pengujian mutu fisik benih
a.       Prinsip
Pengamatan mutu fisik meliputi penampilan kulit buah dan serangan hama dan penyakit. Penampilan kulit buah diamati secara visual yaitu apakah berkeriput atau tidak. Serangan hama dan penyakit pada buah diamati secara kualitatif yaitu ada atau tidak ada serangan.
b.      Bahan dan Peralatan
a.       Buah kelapa genjah sebanyak 25 butir.
b.      hand counter;
c.       alat tulis.
c.       Prosedur pengujian
-       Contoh buah diambil secara acak dalam lot benih sebanyak 25 butir.
-       Hitung jumlah buah kelapa berkeriput. Apabila lebih dari 5 butir berkeriput maka lot tersebut tidak layak dijadikan benih.
-       Amati buah kelapa yang memperlihatkan tanda-tanda terjangkit hama dan penyakitseperti buah berlobang, kulit buah mempunyai bercak putih atau hitam, atau mengeluarkancairan..Hama berbahaya yaitu Sexava sp, Oryctes sp, Brontispa sp, Artona sp, dan Batrachendra sp, sedangkan penyakit berbahaya yaitu yang disebabkan oleh Phytophtora sp dan penyakit layu.Apabila terdapat tanda-tanda di atas, lot tersebut tidak layak dijadikan benih.

DAFTAR PUSTAKA

____­­­­_________. 2006. Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Setyamidjaja, D. 1986. Bertanam Kelapa Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.

Tenda, Elsje T. 2004. Perakitan Kelapa Hibrida Intervarietas dan Pengembangannyadi Indonesia. Manado:Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.

Yunizar,Ir. Ms. 2006. Kajian Perbenihan. Semarang: Balai Pengkajian Teknologi Riau.


Sumber http://kickfahmi.blogspot.com