Tuesday, June 5, 2018

√ Kekerabatan Antara Kualitas Pakan Terhadap Perkembangan Hama

LAPORAN PRAKTIKUM
Ilmu Hama Tanaman
“Hubungan Antara Kualitas Pakan Terhadap Perkembangan Hama”



Nama            :    M Guruh Arif Zulfahmi
Nim            :    105040201111091
Praktikum        :     Rabu 13.00
Asisten        :    R. Ardian Iman

JURUSAN HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
      Hama gudang yakni hama yang merusak  produk pertanian ketika berada di gudang atau pada masa penyimpanan. Menurut (Kertasapoetra, 1991), hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan khususnya biji-bijian setiap ketika sanggup diserang oleh banyak sekali hama gudang yang sanggup merugikan. Hama gudamg mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangant berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya menawarkan imbas factor luar yang terbatas pula.
    Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, lantaran ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya, yang masing-masing mempunyai sifat sendiri, pembagian terstruktur mengenai atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih gampang mempelajarinya telah dilakukan oleh para hebat taxonomi.
      Produk pasca penen merupakan kepingan tumbuhan yang dipanen dengan banyak sekali tujuan terutama untuk menawarkan nilai tambah dan laba bagi petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari problem organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tumbuhan ketika di lapang.
      Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya menyerang produk yang gres saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tumbuhan yangdisimpan dalam gudang yang sering terjangkit hama tidak hanya terbatas pada produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu contohnya kayumanis, kulit kina, dan lainnya (Kartasapoetra, 1987).
      Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di banyak sekali kawasan di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama Sitophilus oryzae bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya.Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi lantaran ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terjangkit menjadi gampang pecah dan remuk ibarat tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akhir serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama


Tujuan
Untuk mengetahui hubungan antara kualitas pakan terhadap perkembangan hama.
Untuk mengetahui faktor lingkungan yang menghipnotis atau menghambat perkembangan hama.

Manfaat
Dapat mengetahui tingkat perkembangan hama pada kualitas pakan yang berbeda.
Dapat mengetahui faktor lingkungan yang menghambat perkembangan hama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Faktor Hambatan Lingkungan
      Faktor lingkungan sering menjadi pembatas peningkatan populasi maka disebut sebagai kendala lingkungan(Hidayat&  Sartiami, 2013).Di alam populasi organisme tidak sanggup meningkat secara eksponensial lantaran adanya kekuatan lain yang melawan atau menghambat yang disebut Perlawanan Lingkungan atau Hambatan Lingkungan. Kekuatan ini yang akan menghambat populasi suatu organisme untuk bertambah dan meningkat sesuai dengan kemampuan biotiknya (Untung, 2010).

Faktor Hambatan Lingkungan

Faktor Tergantung Kepadatan
      Faktor tergantung kepadatan yakni faktor pengendali alami yang mempunyai sifat pemfokusan terhadap populasi organisme yang semakin meningkat pada waktu populasi semakin tinggi, dan sebaliknya pemfokusan lebih longgar pada waktu populasi semakin rendah. Kalau dihubungkan antara mortalitas yang disebabkan oleh faktor FTK dengan populasi hama contohnya sanggup diperoleh garis regresi.
       Faktor tergantung kepadatan terbagi menjadi faktor yang timbal balik dan tidak timbal balik. FTK yang timbal balik terutama yakni musuh alami hama ibarat predator, parasitoid, dan patogen. Timbal balik di sini berarti bahwa hubungan antara populasi dan mortalitas oleh FTK sanggup berjalan dari kedua arah. FTK yang tidak timbal balik misalkan masakan dan ruang, jumlahnya terbatas yang ditempati oleh populasi organisme yang saling berkompetisi untuk masakan dan ruang yang sama. Proses FTK di sini sanggup dijelaskan sebagai berikut: Bila populasi A semakin tinggi, persaingan antar FTK yang tidak timbal balik misalkan masakan dan ruang, jumlahnya terbatas yang ditempati oleh populasi organisme yang saling berkompetisi untuk masakan dan ruang yang sama (Untung, 2010).

Faktor Bebas Kepadatan
      Faktor Bebas dari Kepadatan (FBK) atau "Density Independent Factor" merupakan faktor mortalitas yang daya penekanannya terhadap populasi organisme tidak tergantung pada kepadatan populasi organisme tersebut. Faktor abiotik ibarat suhu, kebasahan, angin merupakan FBK yang penting. FBK adakala sanggup membawa populasi semakin menjauh (lebih atau kurang) dari aras keseimbangan. Misal jikalau keadaan suhu tidak sesuai bagi kehidupan serangga sanggup mengakibatkan populasi serangga menurun menjauhi garis keseimbangannya. Setelah hal itu terjadi faktor FBK akan bekerja mengangkat kembali populasi ke aras keseimbangannya. Bila keadaan cuaca sangat menguntungkan bagi kehidupan dan perkembanganbiakan suatu hama, sanggup mendorong populasi hama tersebut meningkat cepat menjauhi aras keseimbangannya. Namun, peningkatan populasi tersebut juga tidak akan berjalan terus, lantaran FTK ibarat musuh alami akan mengencangkan penekanannya sehingga populasi kembali lagi ke aras keseimbangannya (Untung, 2010).


Sitophilus oryzae
Klasifikasi
Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
Kingdom         :  Animalia
Filum               :  Antropoda
Kelas               :  Insect
Ordo                :  Coleopteran
Famil               :  Cureulionidae
Genus              :  Sitophilus
Spesies            :  Sitophilus oryzae (Sulistyowati et. al., 2005)

Ekologi
      Inang S. oryzae yakni gandum, gaplek, Vermicelli dan macaroni. kerusakan yang timbul akhir serangan S. oryzae pada komoditas yang diserang yakni terjadi lubang dan bertepung. Larva menggerogoti kepingan dalam biji atau buah selama 18 hari. Pupa S. oryzae tergolong dalam pupa telanjang. Fase pupa terjadi selama enam hari. Serangga berakal balig cukup akal akan tinggal didalam buah selama buah mengeras dan mulai matang (Koehler, 2012).

Morfologi
      Kumbang muda dan berakal balig cukup akal berwarna cokelat agak kemerahan, sesudah bau tanah warnanya berkembang menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap kepingan depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang badan kumbang berakal balig cukup akal ± 3,5-5 mm, tergantung dari kawasan hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak ibarat kumbang dewas
      Kumbang betina sanggup mencapai umur 3-5 bulan dan sanggup menghasilkan telur hingga 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan pinjaman moncongnya yakni telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan pribadi menggerek butiran beras yang menjadi kawasan hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan diruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Sulistyowati et. al., 2005)
       S. oryzae berukuran kecil sekitar 2 – 3 mm dan berpenampilan kuat atau kokoh. Serangga ini berwarna coklat kemerahan agak hitam dengan empat garis kuning atau bintik kemerahan pada ujung elitranya. Moncongnya mempunyai panjang 1 mm hampis seper tiga panjang tubuhnya. Kepala dengan moncongnya mempunyai panjang yang sama dengan protoraks atau elitra. Protoraksnya sangat kuat dan elitranya mempunyai kolom cekungan. Larva tidak berkaki dan bertahan di dalam buah (Koehler, 2012).

Siklus Hidup
      S. oryzae betina berakal balig cukup akal sanggup bertelur rata – rata empat telur per hari dan sanggup hidup empat hingga lima bulan. Siklus hidup penuh S. oryzae berkisar antara 26 hingga 32 hari selama trend panas. Pada trend hambar siklus hidup ini akan semkain panjang. Telus akan menetas sesudah berumur tiga hari (Koehler, 2012).
      Rata-rata masa hidup imago  selama 4 hingga 5 bulan, tetapi beberapa individu bisa hidup hingga satu tahun. Betina bertelur selama hidupnya dengan frekuenditas total  300-400 butir , tetapi hanya ±150 telur yang diletakkan dengan puncak oviposisi pada umur imago 4-5 minggu.  Rentang waktu perkembangan pradewasa bergantung pada kualitas beras dan suhu lingkungan penyimpanan. Telur menetas 3 hingga 6 hari, larva tidak bertugkai (apoda), dan melalui empat instar selama ±25 hari (3-4 minggu) sebelum menjadi pupa. Pada suhu 180 C, stadia larva berlangsung selama ±98 hari. Setelah tujuh hari sebagai pupa, imago muncul dan hanya menyisakan selaput kulit luar beras (Syarief dan Halid, 1993). 

BAB III
METODOLOGI

Alat dan Bahan
Alat
Fial film       : sebagaitempatuntukmembiakkanSitophilus oryzae.
Kainkasa      : untukmenutup fial film yang sudahdiisiSitophilus oryzae.
Karetgelang :  untukmengikatkankainkasapadafial film.
Label            :untukmenandaitiapperlakuan.
Petridish      : kawasan mengidentifikasi Sitophilus oryzae jantan dan betina.
Lup              : untukmelihatperbedaanSitophilus oryzae jantan dan betina.

Bahan
Beras jatah/raskin      : sebagai pakan untuk Sitophilus oryzae
Beras IR64                  : sebagai pakan untuk Sitophilus oryzae
Beras pandan anyir   : sebagai pakan untuk Sitophilus oryzae
Sitophilus oryzae        : hama yang akan diamati.

Cara Kerja

  1. Menyediakan 9 buah fial film.
  2. Masing-masing fial film diisi dengan beras Raskin, IR64, dan Pandan Wangi (1/2 bagian, 3 ulangan).
  3. Fial film diberi label sesuai dengan varietas pakan.
  4. Memasukkan 2 pasang imago Sitophilus oryzae (jantan dan betina).
  5. Menutup fial fim dengan kain kasa dan diikat memakai karet gelang.
  6. Diamati.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan

Varietas                 UL1        u    UL2            UL3  
Pengamatan ke-    1    2    1    2    1    2    
Beras Jatah   
    ∑ Telur             3     -    -    -     2     -      
    ∑ Larva             -     -    -    -     -      -      
    ∑ Nimfa            -     -    -    -      -      -      
    ∑ Imago            2    1    2    4    2    3      
Beras IR 64   
    ∑ Telur              -     -    -     -    -    -      
    ∑ Larva             -     -     -     -    -    -      
    ∑ Nimfa            -     -     -     -    -    -      
    ∑ Imago            2    2    3     3    4    4      
Beras Pandan Wangi   
    ∑ Telur              -    -    -    -    -    -      
    ∑ Larva             -    -    -    -    -    -      
    ∑ Nimfa            -    -    -    -    -    -      
    ∑ Imago            3    3    7    5    4    3   



Pembahasan
      Setelah melaksanakan pengamatan selama 21 hari, maka diperoleh pertumbuhan rata-rata individu Sitophilus oryzae yang berbeda-beda pada tiap perlakuan. Untuk mengetahui pertumbuhan Sitophilus oryzae pada setiap perlakuan sanggup dilihat pada Tabel hasil pengamatan. Berdasarkan data hasil pengamatan maka sanggup diketahui bahwa pengamatan pertama, pada beras jatah (raskin) terdapat 3 telur dan 2 imago pada ulangan pertama, ulangan kedua tidak ditemukan telur dan jumlah imago hanya dua, sedangkan pada ulangan ketiga ditemukan 2 telur dan 2 imago. Pengamatan beras IR64 ulangan 1 ditemukan 2 imago, pada ulangan 2 terdapat 3 imago, sedangkan pada ulangan 3 ditemukan 4 imago. Pengamatan beras pandan anyir ulangan 1 ditemukan 3 imago, ulangan 2 ditemmukan 7 imago, dan pada ulangan 3 ditemukan 4 imago.  Sedangkan pada pengamatan kedua beras jatah, pada ulangan 1 jumlah imago hanya satu, ulangan dua imago yang ditemukan bertambah menjadi empat, sedangakan ulangan tiga jumlah imago yaitu tiga. Pada beras IR64 jumlah imago yang ditemukan masih sama dengan pengamatan pertama. pada beras pandan anyir jumlah imago ulangan 1 tetap yaitu 3 ekor, sedangakan pada ulangan 2 dan 3 turun, masing-masing menjadi 5 dan 3. Kumbang muda dan berakal balig cukup akal berwarna cokelat agak kemerahan, sesudah bau tanah warnanya berkembang menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap kepingan depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang badan kumbang berakal balig cukup akal ± 3,5-5 mm, tergantung dari kawasan hidup larvanya.                                    
      Kumbang betina sanggup mencapai umur 3-5 bulan dan sanggup menghasilkan telur hingga 300-400 butir. telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan pinjaman moncongnya yakni telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan pribadi menggerek butiran beras yang menjadi kawasan hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang.
      Sitophilus oryzae sanggup berkembang dengan baik pada beras pandan wangi, lantaran imago yang ditemukan pada beras pandan anyir paling banyak dibandingkan dengan beras jatah atau beras IR64. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Sitophillus oryzaeakan menyukai jenis beras yang mempunyai kualitas beras yang baik (Kartasapoetra, 1991). Menurut Suyono dan Sukarno (1985), Kualitas dan kuantitas masakan kuat terhadap preferensi serangga. Agar masakan tersebut memberi imbas baik, maka harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan kandungan nutrisinya sesuai dengan yang dibutuhkan. Keadaan biji ibarat bentuk biji, kekerasan kulit, warna dan adanya kandungan zat kimia tertentu kuat pula pada preferensi serangga.

BAB V
KESIMPULAN

     Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan maka sanggup ditarik sebuah kesimpulan bahwa Sitophilus oryzae sanggup berkembang dengan baik pada beras pandan wangi, dibandingkan dengan  beras jatah atau beras IR64. Meski begitu  kerusakan akhir Sitophilus oryzae  paling besar justru terjadi pada beras jatah. Kerusakan yang terlihat mengindikasikan bahwa beras jatah banyak dimakan oleh Sitophilus oryzae. Tingkat kesukaan Sitophilus oryzae terhadap beras yang dimakan sangat dipengaruhi oleh mutu beras yang berbeda ibarat bentuk beras, kekerasan beras, warna dan adanya kandungan zat kimia. Dan pada hasilnya sanggup saya ketahui bahwa perbedaan masakan sangat kuat terhadap perkembangan Sitophilus oryzae.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Purnama & Sartiami, Dewi. 2013.Perlindungan Tanaman. http://ipb.ac.id/ phidayat /perlintan. Diakses 27 April 2013.
Kartasapoetra, A.G., 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Jakarta: Rineka Cipta .
Kartasapoetra, A.G., 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta: Jakarta.
Kartasaputra. A.G. 1987. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Bumi Aksara Ikhtiar:  Jakarta.
Koehler. 2012. Sitophillus oryzae. http://edis.ifas.ufl.edu/ig120. diakses pada tanggan 27 April 2013.
Sulistyowati, E. S. Wardani dan E. Mufrihati, 2005. Pengembangan Teknik Pemantauan Hama Bubuk Beras (Sitophylus oryzae Linn). Ahli Peneliti, Peneliti dan Teknisi (Senior Researcher, Researcher and Tecnision): Pusat Peneliti Gabah dan Beras.
Suyono dan Sukarno, 1985. Preferensi Kumbang C. analis F. Pada Beberapa Jenis Kacang-Kacangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.
Untung, Kasumbogo. 2010. Diktat Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM: Yogyakarta.
Sumber http://kickfahmi.blogspot.com