Sunday, June 24, 2018

√ Laporan Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Aspek Hama Penyakit Tanaman Komoditas Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.)


LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
ASPEK HAMA PENYAKIT TANAMAN
KOMODITAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)

Oleh :
Muhammad Guruh Arif Zulfahmi (105040201111091)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang

Kacang tanah merupakan salah satu tumbuhan kacang-kacangan yang banyak dibutuhkan dalam sajian kuliner sehari-hari dan materi baku industri. Konsumsi kacang tanah semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, peningkatan gizi, diversifikasi pangan dan peningkatan kapasitas industri pangan dan pakan ternak.
Sebagai materi pangan dan kuliner yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40 – 50%), protein (27%), karbohidrat dan vitamin (Suprapto, 1999). Di Indonesia kacang tanah ditanam pada lahan sawah dan lahan kering dengan rata-rata produksi 1,0-2,0 ton/ha pada lahan sawah dan 0,5-1,5 ton/ha pada lahan kering (Harsono et al., 1997), sedangkan rata-rata produksi di tingkat petani di bawah 1,0 ton/ha (Barus et al., 2000).
Menurut Arsyad dan Asadi (1993) hasil kacang tanah sanggup mencapai 2,0 ton/ha di lahan sawah, bahkan berdasarkan Adisarwanto et al. (1993), Sudaryono dan Indrawati (2001) potensinya sanggup mencapai lebih dari 4 ton/ha.
Meskipun kacang tanah bagi petani merupakan tumbuhan penghasil pendapatan tunai, tetapi petani tetap mengutamakan tumbuhan jagung atau padi sebagai materi pangan sumber karbohidrat dan pakan ternak. Oleh lantaran itu selain ditanam secara tunggal, kacang tanah juga ditanam bersama dengan tumbuhan pangan lain menyerupai jagung secara tumpangsari atau tumpanggilir.
Gomez dan Gomez (1983) mendefinisikan tumpanggilir (relay cropping) sebagai menanam dua atau lebih tumbuhan secara tolong-menolong pada sebidang lahan dimana tumbuhan kedua ditanam sehabis tumbuhan pertama berbunga. Penanaman dengan sistem tumpanggilir telah usang dilakukan petani, khususnya yang mempunyai lahan relatif sempit sebagai perjuangan untuk mengintensifkan penanaman baik berdasarkan ruang maupun waktu, menganekaragamkan materi pangan dan pakan, mengurangi resiko kegagalan panen, meningkatkan pendapatan petani dan memperluas lapangan pekerjaan.
Pada tumpanggilir, selain kompetisi yang terjadi antar komponen tumbuhan penyusun pada ketika tumbuh bersamaan, tumbuhan juga akan menghadapi kompetisi dengan gulma, baik kompetisi terhadap unsur hara, cahaya, air maupun ruang tumbuh.
Kompetisi antar komponen penyusun tumpangilir sanggup diminimalkan dengan pemilihan tumbuhan dan pengaturan populasi tanaman. Dalam hal jagung sebagai tumbuhan kedua, populasinya perlu diatur supaya tidak merugikan tumbuhan kacang tanah sebagai tumbuhan utama. Hasil penelitian Ridwan dan Dahono (1989) mengatakan bahwa pada tumpanggilir kacang tanah dan jagung dengan populasi kacang tanah 160.000 tanaman/ha dan jagung33.333 tanaman/ha tidak kuat terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah maupun jagung. Berarti hingga pada populasi tersebut belum terjadi persaingan antar keduanya. Penelitian tersebut juga mengatakan tidak ada efek perbedaan waktu tanam jagung pada tumpanggilir kacang tanah dan jagung terhadap tinggi tumbuhan dan bobot 100 biji. Tetapi waktu tanam sangat kuat terhadap jumlah cabang, jumlah polong bernas dan polong hampa. Makin jauh jarak waktu tanam jagung dengan kacang tanah mengatakan tendensi jumlah cabang dan jumlah polong berisi yang makin meningkat, sebaliknya jumlah polong hampa menurun. Hal ini mengatakan bahwa penanaman jagung dan kacang tanah secara bersamaan kurang menguntungkan bagi kacang tanah lantaran pertumbuhan jagung lebih cepat sehingga kacang tanah tidak mendapat cahaya yang cukup akhir dari penaungan.
Kompetisi tumbuhan dengan gulma merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil tanaman. Penurunan hasil lantaran adanya persaingan dengan gulma berkisar 47% pada kacang tanah (Moenandir et al., 1996), sedangkan pada jagung 50 – 60% (Jaya et al., 1994), oleh lantaran itu pengendalian gulma menjadi sangat penting untuk meningkatkan hasil tanaman.
Penanaman intensif menyerupai sistem tumpanggilir merupakan salah satu alternatif yang sanggup dipakai untuk mengendalikan gulma lantaran terjadi peningkatan efektivitas perembesan cahaya matahari oleh komponen tumbuhan penyusun pada ketika tumbuhan tumbuh bersama sehingga menekan pertumbuhan gulma.
Palaniappan (1985) menyatakan bahwa pementingan gulma dalam penanaman yang intensif termasuk sistem tumpanggilir ditentukan oleh komponen tumbuhan penyusun, kerapatan tumbuhan dan teknis budidaya. Jika kerapatan tumbuhan dalam sistem tumpanggilir lebih besar daripada pertanaman tunggalnya (additive), maka kemampuan tumbuhan untuk bersaing dengan gulma juga meningkat sehingga mengurangi bobot gulma dan menyebabkanpergeseran komposisi gulma. Hal ini sejalan dengan pernyataan Mercado (1979) yang menyatakan bahwa perubahan sistem pertanaman dari pertanaman tunggal ke pertanaman ganda menyerupai tumpangsari dan tumpanggilir sanggup menghipnotis spesies gulma yang tumbuh sehingga menimbulkan perbedaan interaksi dalam kompetisi gulma dan tanaman. Perubahan spesies gulma disebabkan terjadinya perubahan dalam pengelolaan tanaman, antara lain pengaturan air dan pemupukan serta adanya perbedaan aksara morfologis dari komponen tumbuhan penyusun yang sanggup merubah mikroklimat sehingga menimbulkan respon yang berbeda dari setiap spesies gulma.

1.2   Tujuan
·         Untuk mengetahui teknologi produksi komoditi kacang tanah
·         Untuk mengetahui penggunaan takaran yang tepat dalam penanaman kacang tanah
·         Untuk mengetahui penggunaan inokulan dalam penanaman kacang tanah
·         Untuk mengetahui pemeliharaan kacang tanah

1.3   Manfaat
Mahasiswa diharapkan sanggup mengetahui bagaimana teknologi produksi pada kacang tanah yang mencakup budidaya kacang tanah, penggunaan takaran pupuk yang tepat, penggunaan inokulan dan juga pemeliharaan tumbuhan kacang tanah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Sejarah Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan tumbuhan pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku orisinil bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal masa ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Nama lain dari kacang tanah yaitu kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah yaitu “peanut” atau “groundnut”.

2.2  Karakteristi Kacang Tanah
  • Akar
            Sistem akar merupakan akar tunggang yang telah berubah menjadi baik dengan banyak akar-akar lateral, tidak mempunyai rambut akar, dan mempunyai bintil akar untuk mengikat nitrogen.
o   Batang
      Berbentuk cabang percabangan terdiri dari dua jenis yaitu dengan cabang vegetatif dan cabang reproduktif. Cabang vegetatif dicirikan dengan adanya daun sisik yang disebut katofil yang terdapat pada 2 buku pertama pada cabang. Cabang vegetatif sekunder dan tertier sanggup berkembang dari cabang vegetatif primer.
  • Daun  
Daun pada batang utama tersusun spirat, pada cabang vegetatif primer tersusun berseling, berdaun 4, dengan 2 pasang daun duduk berhadapan berbentuk membundar telur sungsang berukuran 3 – 7 cm x 2 – 3 cm, panjang tangkai daun 3 – 7 cm, terdapat penggalan yang menggembung pada dasar tangkai daun pada dasar setiap daun. Hal ini merupakan ciri adanya pergerakan pada malam hari yaitu tangkai daun akan menggulung ke bawah dan daun akan menggulung ke atas hingga keduanya bersentuhan.

  • Bunga
           Cabang perbungaa berbentuk tunggal pada katafil dan ketiak daun pada cabang vegetatif dan ada beberapa yang tumbuh pada buku teratas pada batang. Pada setiap perbungaan terdapat 2 – 5 bunga, bunga duduk berwarna kuning muda hingga jingga kemerahan.
  • Buah
                        Buah polong berbentuk silindris, berisi 1 – 6 biji buah yang siap dipanen mempunyai ciri warna coklat kehitam-hitaman.
  • Biji
                       Setiap biji diliputi oleh selaput biji tipis berwarna antara putih hingga merah muda, merah, ungu, coklat kemerahan dan sedikit kecoklatan. Setiap biji mempunyai dua keeping biji yang lebar, epikotil dengan daun dan tunas primordial, hipokotil dan akar primer. Biji yang akan dijadikan benih yang baik mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
    •  Berasal dari tumbuhan yang gres dan varietas unggul
    •  Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat
    •  Kulit benih mengkilap, tidak keriput, dan cacat
    •  Murni atau tidak bercampur dengan varietas lain
    •  Kadar air benih berkisar 9 – 12 %
Pertumbuhan dan Perkembangan Biji
o   Perkecambahan
            Pertumbuhan awal tumbuhan berbiji dimulai dari biji. Biji mengandung potensi yang dibutuhkan untuk tumbuh menjadi individu baru, contohnya embrio, cadangan makanan, dan calon daun. Biji mempunyai kandungan air yang sangat sedikit. Pada ketika biji terbentuk, air didalamnya dikeluarkan sehingga biji mengalami dehidrasi. Akibat ketiadaan air, biji tidak sanggup melangsungkan proses metabolisme sehingga menjadi tidak aktif (dormansi).
            Bila kondisi lingkungan sesuai, beberapa biji segera mengalami perkembangan sehingga memungkinkan untuk berkecambah. Perkecambahan yaitu proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Awal perkecambahan dimulai dengan berakhirnya mada dormansi pada biji. Berakhirnya masa dormansi ditandai dengan masuknya air kedalam biji yang disebut dengan imbibisi yang terjadi melalui mikropil. Air yang masuk kedalam kotiledon mengakibatkan volumenya bertambah, kesannya kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya mengakibatkan pecahnya testa.
        Air dalam jumlah yang cukup didalam biji akan mengaktifkan enzim dan hormon di dalam kotiledon atau endosperma. Enzim amylase segera bekerja mengubah molekul protein menjadi asam amino. Asam amino dipakai untuk menciptakan molekul protein gres bagi membran sel dan sitoplasma. Timbunan pati akan diuraikan menjadi maltosa kemudian menjadi glukosa. Sebagian glukosa akan diubah menjadi selulosa, yaitu materi untuk menciptakan dinding sel bagi sel-sel yang baru. Bahan kuliner terlarut berupa maltosa dari asam amino akan nerdifusi ke embrio. Setelah beberapa hari, plumula tumbuh di atas permukaan tanah, dan radikula memanjang menjadi akar.

2.3    SYARAT TUMBUH
1.      Iklim
·         Curah hujan yang sesuai untuk tumbuhan kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan menjadikan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
·         Suhu udara bagi tumbuhan kacang tanah tidak terlalu sulit, lantaran suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–32 oC. Bila suhunya di bawah 10 oC mengakibatkan pertumbuhan tumbuhan sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
·         Kelembaban udara untuk tumbuhan kacang tanah berkisar antara 65-75 %. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman.
·         Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tumbuhan kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.      Media Tanam
·         Jenis tanah yang sesuai untuk tumbuhan kacang tanah yaitu jenis tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur.         
·         Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah yaitu pH antara 6,0–6,5.
·         Kekurangan air akan mengakibatkan tumbuhan kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diharapkan tumbuhan berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

3.      Ketinggian Tempat
·         Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tumbuhan kacang tanah yaitu pada ketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu sanggup ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk sanggup tumbuh optimal.

2.4       Teknologi Produksi Kacang Tanah
Kacang tanah sanggup dibudidayakan di lahan kering (tegalan) maupun di lahan sawah sehabis padi. Kacang tanah sanggup ditanam pada tanah bertekstur ringan maupun agak berat, yang penting tanah tersebut sanggup mengatuskan air sehingga tidak menggenang. Akan tetapi, tanah yang paling sesuai yaitu tanah yang bertekstur ringan, drainase baik, remah, dan gembur.
Di tanah berat (lempung), bila terlalu  becek, tumbuhan mati atau tidak berpolong. Dalam kondisi kering, tanah lempung juga terlalu keras, sehingga ginofor (calon polong) tidak sanggup masuk dalam tanah, perkembangan polong terhambat dan pada ketika panen banyak polong tertinggal dalam tanah. Pada tanah yang kandungan materi organiknya tinggi (>2%) polong yang dihasilkan berwarna kehitaman sehingga menjadi kurang menarik.
Kacang tanah masih sanggup berproduksi dengan baik pada tanah yang berpH rendah atau tinggi. Tetapi pada pH tanah tinggi (7,5–8,5) kacang tanah sering mengalami klorosis, yakni daun-daun menguning. Apabila tidak diatasi, polong menjadi hitam dan hasil menurun hingga 40%.
1.    Varietas
o    Gunakan varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi, ukuran biji seragam, sehat dan terang asal usulnya. Biji kacang tanah yang gres dipanen sangat baik untuk dijadikan benih.
o   Pemilihan varietas sebaiknya memperhatikan kesesuaian lingkungan, ketahanan terhadap hama/penyakit, dan kebutuhan pasar. Untuk keperluan pasokan industri kacang garing, biasanya dipakai varietas berbiji dua. Untuk keperluan lain bisa dipilih kacang tanah biji 3 atau 4 menyerupai Kelinci, Singa, Turangga, dan Domba  yang hasilnya lebih tinggi.
2.  Penyiapan Lahan
o   Tanah dibajak 2x sedalam 15–20 cm, kemudian digaru, dan diratakan, dibersihkan dari sisa tumbuhan dan gulma, dan dibentuk bedengan selebar 3–4 meter.
o   Antar bedengan dibentuk saluran drainase dalam 30 cm dan lebar 20 cm yang berfungsi sebagai saluran drainase pada ketika becek, dan sebagai saluran irigasi pada ketika kering.
o   Jika tanah sudah gembur, tidak perlu diolah sempurna, cukup dilakukan penyemprotan herbisida untuk membersihkan gulma kemudian dilakukan pengolahan tanah minimal (minimum tillage) sepanjang barisan/alur yang akan ditanami.
3.    Cara Tanam
o   Penanaman secara baris tunggal dengan tugal atau alur bajak dengan jarak tanam 35–40 cm x 10–15 cm, satu biji/lubang sehingga populasi sekitar 250.000 tumbuhan per hektar. Kebutuhan benih antara 90–100 kg biji/ha.
o   Penanaman juga sanggup dilakukan secara baris ganda (50 cm x 30 cm) x 15 cm, satu biji/lubang.
4.    Pemupukan
o   50 kg Urea/ha atau 100 kg ZA/ha, diberikan bersamaan tanam atau ketika tumbuhan umur antara 7–15 hari. Pemupukan paling efisien dilakukan secara larik atau tugal.
o   Bila kandungan P rendah (P-Bray I <12 ppm P), perlu diberikan 80–100 kg SP36/ha pada ketika tanam. Bila sudah tinggi (>12 ppm) tidak perlu dipupuk P.
o   Jika kandungan K tersedia dalam tanah kurang dari 0,3 me/100 g tanah, maka perlu dipupuk dengan KCl sebanyak 33–50 kg/ha (45% K2O) atau 25–38 kg KCl (60% K2O). Pupuk K sanggup diberikan bersamaan tanam dengan cara disebar.
o   Pada tanah dengan kandungan Ca rendah (Ca-dd <1 me Ca/100 g tanah), maka perlu diberi dolomit sebanyak 300–500 kg/ha bersamaan tanam dengan cara disebar atau larikan pada fase pembentukan polong. Pada tanah masam, tunjangan dolomit sangat membantu pembentukan dan pengisian polong.
o   Pada tempat yang endemik klorosis (gejala kuning) lantaran pH tanahnya tinggi (>7,4) perlu ditambahkan debu sulfur sebesar 300–400 kg/ha dengan cara mencampur rata dengan tanah atau diberikan pada alur tumbuhan sebelum tanam atau diberikan bersama pengolahan tanah. Bila tidak tersedia debu belerang, bisa diganti dengan 2,5–5 ton/ha pupuk kandang.
o   Gejala kuning juga sanggup diatasi dengan penyemprotan larutan yang mengandung 0,5–1% FeSO4, 0,1% asam sitrat, 3% ammonium sulfat (ZA), 0,2% Urea pada umur 30, 45, dan 60 hari untuk mempercepat pemulihan klorosis.
5.    Pengendalian Hama dan Penyakit
o   Hama utama kacang tanah antara lain wereng kacang tanah (Empoasca fasialin), penggerek daun (Stomopteryx subscevivella), ulat jengkal (Plusia chalcites) dan ulat grayak (Prodenia litura). Hama tersebut sanggup dikendalikan dengan insektisida endosulfan, klorfirifos, monokrotofos, metamidofos, diazinon, (seperti Thiodan, Dursban, Azodrin, Tamaron, dan Basudin). Untuk pencegahan, pestisida sanggup diaplikasikan pada umur 25, 35, dan 45 hari.
o   Penyakit utama kacang tanah antara lain layu basil (Pseudomonas solanacearum), bercak daun (leafspot), penyakit karat (Puccinia arachidis). Pengendalian sanggup dilakukan dengan menanam varietas tahan atau memakai fungisida benomil, mankozeb, bitertanol, karbendazim, dan klorotalonil (seperti Benlate, Dithane M-45, Baycor, Delsane MX 200, dan Daconil). Untuk pencegahan, fungisida tersebut sanggup diaplikasikan pada umur 35, 45, dan 60 hari.
6.    Penyiangan dan Pembumbunan
o   Penyiangan gulma dilakukan sebelum tumbuhan berbunga. Setelah ginofor masuk ke dalam tanah dilarang disiang  lantaran mengakibatkan kegagalan pembentukan polong.
o   Pembumbunan sanggup dilakukan bersamaan penyiangan I.
7.   Pengairan
o   Bila tersedia pengairan, dilakukan pengairan pada periode kritis tumbuhan yaitu pada periode pertumbuhan awal (umur hingga 15 hari), umur 25 hari (awal berbunga), umur 50 hari (pembentukan dan pengisian polong), dan umur 75 hari (pemasakan).
8.    Panen dan Pascapanen
o   Umur panen tergantung varietas dan animo tanam. Tanda-tanda tumbuhan siap panen: kulit polong mengeras, berserat, penggalan dalam berwarna coklat, jikalau ditekan polong gampang pecah. Jika biji telah penuh, harus segera dipanen, lantaran bila terlambat, biji sanggup tumbuh di lapang.
o   Setelah panen polong segera dirontokkan, dikeringkan hingga kadar air 12% yang ditandai oleh gampang terkelupasnya kulit ari. Membiarkan polong dalam kondisi berair lebih dari 24 jam mengakibatkan polong berlendir, gampang terinfeksi jamur Aspergillus flavus dan terkotori aflatoksin yang mengakibatkan kacang menjadi pahit dan beraroma tengik.
Varietas KELINCI (valencia)
1.      Potensi hasil 4, 3 t/ha polong kering                          
2.      Biji sedang (45 g/100 biji)
3.      Umur panen 95 hari
4.      Agak tahan penyakit layu bakteri
5.      Tahan karat daun, Toleran bercak daun


BAB III
METODOLOGI

3.1  ALAT, BAHAN DAN FUNGSI
Ø  Alat:
        - Cangkul        : untuk menggemburkan dan membubun tanah
        - Baskom         : sebagai wadah pencampuran inokulan
        - Cetok                        : untuk membubun tanah dan membalik gulma
        - Gembor         : untuk menyiram tumbuhan kacang
        - Rafia             : sebagai penanda dan pembatas sampel tanaman
        - Tonggak Kayu: sebagai penanda dan pembatas sampel tanaman
        - Penggaris      : untuk mengukur pertumbuhan panjang dan tinggi tanaman
        - Alat tulis       : untuk menulis hasil pengukuran tanaman
        - Buku catatan : untuk menulis hasil pengukuran tanaman
Ø  Bahan:
          - Benih kacang varietas kelinci           : materi tanam praktikum utama
          - Inokulan                                : sebagai pemicu pertumbuhan tanaman
-Pupuk Urea, SP36 & KCl      : sebagai suplemen unsur N,P,K yang dibutuhkan tanaman
          - Air                                         : sebagai pencampur inokulan

Cara Kerja

Mempersiapkan bedengan dengan luas 4,3 x 2,7 m

Membuat lubang tanam dengan jarak 30 x 20 cm dan lubang pupuk di samping
kiri dan kanan lubang tanam sekitar 5 cm dari lubang tanam
 

Rendam biji kacang tanah dengan inokulum selama 15 menit
(dengan adonan air dan 4 g gula pasir)
 

Tiriskan selama 5 menit

Tanam 2 biji kacang tanah per lubang tanam
 

Beri pupuk KCl dan SP36 di samping kiri lubang tanam dan Urea pada kanan
lubang tanam
 

Tutup lubang tanam dengan lubang pupuk dengan tanah
 

Siram dengan air setiap minggu
 

Amati pertumbuhan dan perkembangannya setiap minggu
 

Dokumentasi


3.2  PERLAKUAN
Jarak Tanam   : 30 x 20 cm
G1         :
o   Tanpa Inokulan
o   Pemupukan
·         SP36      : 200 kg/ha
·         KCl        : 100 kg/ha
·         Urea       : 25 kg/ha
G2         :
o   Inokulan 4 g/kg
·         Campur air dengan 4 g gula pasir
·         Rendam benih kacang tanah dalam air gula selama 15 menit
·         Kering anginkan kacang tanah di tempat yang teduh selama 15 menit
·         Campur dengan inokulan

o   Pemupukan
·         SP36      : 200 kg/ha
·         KCl        : 100 kg/ha
·         Urea       : 25 kg/ha
G3         :
o   Tanpa Inokulan
o   Pemupukan :
·         SP36    : 200 kg/ha
·         KCl     : 100 kg/ha
·         Urea    : 50 kg/ha
G4         :
o   Inokulan 4 g/kg     
·         Campur air dengan 4 g gula pasir
·         Rendam benih kacang tanah dalam air gula selama 15 menit
·         Kering anginkan kacang tanah di tempat yang teduh selama 15 menit
·         Campur dengan inokulan
o   Pemupukan
·         SP36    : 200 kg/ha
·         KCl     : 100 kg/ha
·         Urea    : 50 kg/ha


3.3  PERBANDINGAN METODE PRAKTIKUM DENGAN UNIVERSAL
Pada penanaman kacang tanah kelompok G4 perlakuan yang dilakukan pertama yaitu mempersiapkan bedeng lahan yang luasnya 4,3 x 2,7 m. kemuadian jarak tanam kacang tanah 30 x 20 cm. Per lubang ditanami 2 biji kacang tanah yang sebelumnya telah direndam dengan inokulan selama 15 menit yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan kacang tanah/ mempercepat proses perkecambahan/ mematahkan masa dormansi biji. Pembuatan inokulan yaitu dengan mencampurkan air dengan 4 g gula pasir di dalam wadah. Setelah biji kacang tanah direndam kemudian ditiriskan selama 15 menit supaya tidak terlalu berair ketika ditanam. Pada sisi kanan dan kiri lubang tanam dibentuk lubang pupuk yang berjarak sekitar 10 cm dari lubang tanam.
Untuk pupuk, kelompok ini mendapat perlakuan 50 kg/ha urea. Untuk pupuk KCl dan Sp36 masing-masing mendapat 116 g/ bedeng dan 232 g/bedeng. Pada lubang yang pertama diisi dengan adonan pupuk SP36 dan KCl, masing-masing lubang diberi sekitar 1,20 g SP36 dan 0,60 g KCl. Sedangkan pada lubang satunya diberi pupuk urea sebanyak 0,31 g per lubang. Setelah tunjangan pupuk urea harus segera ditutup lantaran pupuk ini cepat menguap jikalau tidak dipendam dalam tanah.
Pada pemupukan kedua dilakukan 1 ahad sehabis tanam, yaitu urea 23,22 g/bedeng, SP36 87,1 g/bedeng, dan KCl 58,05 g/bedeng. Untuk tunjangan pupuk sama dengan pemupukan yang pertama, yaitu dengan dibentuk lubang di sisi kanan dan kiri tumbuhan dan kemudian pupuk KCl dan SP36 dimasukkan dalam 1 lubang yang sama sedangkan urea dimasukkan pada lubang yang lain, kemudian kemudian pupuk ditutup dengan tanah supaya tidak menguap. Untuk pemupukan ketiga hanya diberika pupuk urea sebanyak 11,61 g per bedeng.
Pada ahad pertama sehabis tanam dilakukan penyulaman bagi biji yang tidak tumbh ataupun pada tumbuhan yang mati. Dalam hal pemeliharaan setiap minggunya dilakukan penyiangan, pembumbunan, penyiraman dan pengamatan pada tanaman. Penyiangan dilakukan supaya menghilangkan hama yang nantinya supaya tidak terjadikompetisi unsur hara, air dan cahaya dengan tumbuhan kacang tanah. Pembumbunan sanggup dilakukan bersamaan dengan penyiangan, pembumbunan dilakukan untuk menutup penggalan perakaran supaya terbentuknya polong yang tepat di dalam tanah. Sedangkan pengamatan yang dilakukan yaitu untuk mengamatipertumbuhan tumbuhan kacang tanah.
Menurut literatur yang didapat, terdapat beberapa perlakuan yang berbeda. Perlakuannya sebagai berikut:
Cara tanam 
Penanaman dilakukan dengan memakai tugal sedalam 3 cm dengan 2 butir benih perlubang dan jarak tanam 40 cm x 10 cm. Kemudian lubang tanam ditutup tanah secara tipis. 
Pemeliharaan Tanaman
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan memakai pupuk Urea, SP36 dan KCI dengan takaran 60-90 kg Urea, 60-90 kg SP36 dan 50 kg KCI. Per hektar.  Pemupukan dilakukan dengan memasukkan pupuk kedalam lubang tugal disisi kiri kanan lubang tanam atau disebar merata kedalam larikan. 
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan dengan menciptakan lubang tanam gres pada bekas lubang tanam terdahulu. Tujuan dari penyulaman ini yaitu untuk mempertahankan populasi. 
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali. Penyiangan pertama dilakukan pada ketika tumbuhan berumur 21 hari sehabis tanam dan penyiangan kedua dilakukan pada umur 40 bari sehabis tanam. Pada penyiangan kedua ini juga dilakukan pembumbunan yaitu tanah digemburkan kemudian ditimbun didekat pangkal batang tanaman. Pembumbunan bertujuan memudahkan bakal buah menembus permukaan tanah sehingga pertumbuhannya optimal. 
Pengairan
Tanaman kacang tanah tidak menghendaki air yang menggenang. Fase kritis untuk tumbuhan Kacang Tanah yaitu rase perkecambahan, rase pertumbUhan dan rase pengisian polong. Waktu pengairan yang baik yaitu pagi atau sore hari dengan cara dileb hingga tanah cukup basah.


3.4            PENJELASAN PERLAKUAN KELOMPOK
Sebelum biji ditanam, perlu dibentuk Inokulan terlebih dahulu yaitu dengan mencampur air dan 4 gram gula pasir, kemudian biji direndam kacang tanah dalam inokulan selama 15menit. Lalu  dikeringanginkan ditempat teduh selama 15 menit. Dilakukan penanaman dimana dalam 1 lubang 2 biji kacang tanah. Dengan memakai jarak tanam 30 x 20 cm. Setelah penananam, dilakukan pemupukan dengan urea 60 gram, KCl 116 gram, SP36 236 gram. Pada ketika 1 ahad sehabis tanam dilakukan penyulaman dengan memakai cara yang sama dengan waktu tanam pertama, 2 ahad sehabis tanam dilakukan pemupukan lagi dengan : Urea 0.31gram (per tanaman), Kcl 0,60gram, SP36 1,20gram, selanjutnya dilakukan pengamatan dan perawatan dengan cara pembubunan, pengairan dan pemberantasan gulma. Pengamatan mencakup : Pengukuran jumlah daun, tinggi tumbuhan dan panjang tanaman. Pengamatan dilakukan 1 ahad sehabis tanam hingga 8 ahad sehabis tanam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan
·         Data Pengamatan G1
Minggu ke
Rata-Rata Panjang (cm)
Rata-Rata Tinggi (cm)
Rata-Rata Jumlah Daun
1
10
8,5
3
2
12,8
11,8
8
3
20,8
19,8
16
4
28,5
27,16
23
5
36,28
34,3
31
6
44,4
42,4
41
7
52,1
50,1
50
8
59,1
56,6
57

·         Data Pengamatan G2
Minggu Ke
Rata – Rata
Rata – Rata
Rata – Rata
Panjang (cm)
Tinggi (cm)
Jumlah


Daun
1
10,05
9,4
4,6
2
12,02
11,2
9,1
3
16,9
15,95
17,6
4
22,9
21,55
24,75
5
34,6
32,1
29,9
6
40,1
35,45
34,45
7
50,9
50,25
39,45

·         Data Pengamatan G3
Minggu ke
Rata-Rata Panjang (cm)
Rata-Rata Tinggi (cm)
Rata-Rata Jumlah Daun
1
10,31
4,3
5
2
11,9
8,5
8
3
16,05
11,5
14
4
24
16,9
17
5
32,9
25,2
21
6
38,01
31,6
30
7
47,9
41,3
34
8
60,1
55,09
36

·         Data Pengamatan G4
Minggu ke
Rata-Rata Panjang (cm)
Rata-Rata Tinggi (cm)
Rata-Rata Jumlah Daun
1
9
6
5
2
11,5
6,8
7
3
6,2
9,3
12
4
24,25
17,5
16
5
30,6
25,5
22
6
34,8
31,25
24
7
39,8
35
29
8
45,8
39,6
31

·         Data Pengamatan U1 Gribisnis
Ø  Tabel Rata-rata U1 kacang tanah agribisnis kelas U
Perlakuan 1 N 310 (urea 75 kg/ha, inokulen 0g/kg)
Rata-rata tamat U1



Variabel
bedengan 1
bedengan 2
bedengan 3
Rata-rata
Panjang
25,76
19,460
21,005
22,07
Tinggi
23,5875
15,6
19,8682
19,69
jumlah tangkai
46,3
29,14
40,0998
38,51
jumlah bunga
8,25
9,733
14
10,66


Ø  Tabel Rata-rata U2 kacang tanah agribisnis kelas U
Perlakuan 2 N311 (urea 75 kg/ha, inokulan 4g/kg)
Rata-rata tamat U2



Variabel
bedengan 1
bedengan 2
bedengan 3
Rata-rata
Panjang
23,28
17,950
42,764
28,00
Tinggi
21,936
16,33
37,927
25,40
jumlah tangkai
40,673
28,618
54,036
41,11
jumlah bunga
10,9997
6,367
26,485
14,62


Ø  Tabel Rata-rata U3 kacang tanah agribisnis kelas U
Perlakuan 3 N 410 (urea 100kg/ha, inokulen 0gr/kg)
Rata-rata tamat U3


Variabel
bedengan 1
bedengan 2
bedengan 3
Rata-rata
Panjang
23,77
19,116
17,958
20,28
Tinggi
20,96
17,976
18,778
19,24
jumlah tangkai
34,24
35,83
30,28
33,45
jumlah bunga
27,667
13,667
5,467
15,60


Ø  Tabel Rata-rata U4 kacang tanah agribisnis kelas U
Perlakuan 4 N 411 (urea 100kg/ha, inokulen 4gr/kg)
Rata-rata tamat U4



Variabel
bedengan 1
bedengan 2
bedengan 3
Rata-rata
Panjang
22,36
17,134
20,742
20,08
Tinggi
18,068
16,232
18,522
17,61
jumlah tangkai
44,95
27,068
34,506
35,51
jumlah bunga
21,04
6,5
6,3
11,28


Ø  Tabel Rata-rata U1-U4 kacang tanah agribisnis kelas U
Rata-rata satu kelas (U1-U4)




variabel
Rata-rata U1
Rata-rata U2
Rata-rata U3
Rata-rata U4
Rata-rata Satu Kelas
Panjang
22,07
28
20,28
20,08
22,6075
Tinggi
19,69
25,4
19,24
17,61
20,485
Jumlah tangkai
38,51
41,11
33,45
35,51
37,145
Jumlah bunga
10.66
14,62
15,6
11,28
13,83333333


4.1.2 Grafik

4.2 Pembahasan



4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kacang Tanah
a. Abiotik
·         Suhu
·         Intensitas Cahaya Matahari
Intensitas cahaya matahari merupakan faktor yang sangat menghipnotis proses fotosintesis bagi tanaman. Fotosintesis merupakan proses yang signifikan bagi tumbuhan lantaran menghasilkan kuliner bagi tumbuhan itu sendiri dengan materi CO2 + H2O dan dibantu cahaya matahari kemudian ditangkap oleh klorofil. Hasil fotosintesis (fotosintat) berupa O2 dan ATP. O2 sanggup dipakai untuk respirasi.
·         Air
Air sangat dibutuhkan tumbuhan untuk memulai perkecambahan, untuk mengaktifkan enzim sehingga biji kacang tanah sanggup berkecambah. Selain itu, bila tumbuhan kekurangan air sanggup mengakibatkan layu pada tumbuhan dan akhirnya mati.
·         Tanah
Tanah merupakan faktor penting yang menghipnotis produktivitas tanaman. Kesuburan tanah sangat menghipnotis perkecambahan, pertumbuhan, perkembangan hingga hasil produksi tanaman. Karena di dalam tanah terdapat unsur hara dan mineral-mineral yang sanggup dipakai untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
·         Kelembaban

b. Biotik
·         Hama
Hama merupakan organisme pengganggu tumbuhan yang mengakibatkan kerusakan tumbuhan secara fisiologis, menurunkan kualitas dan kuantitas tumbuhan serta menurunkan secara ekonomi. Bila serangan hama besar, maka produktivitas tumbuhan akan menurun.
·         Penyakit
Penyakit yaitu patogen yang


DAFTAR PUSTAKA

                                                                                    


Sumber http://kickfahmi.blogspot.com