Thursday, September 27, 2018

√ Siapakah Al-Ikhwan Al-Muslimun????

Al-Ikhwanul muslimun yaitu salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, menyerupai yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang higienis menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam budi dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), sikap dan politik. Mereka berdakwah kepada Allah. Komitmen dengan firman Allah Taala,

“Serulah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik” (An-Nahl:125)

Dialog yang konstruktif, sebagai jalan menuju kepuasan dan memperlihatkan kepuasan bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq (logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil).

Kebebasan yaitu keniscayaan, hak fundamental yang telah Allah anugerahkan kepada setiap hamba-Nya, meski kulit, bahasa dan aqidah mereka berbeda; Kebebasan berkeyakinan, beribadah, mengungkapkan pendapat, berpartisipasi dalam menciptakan keputusan, dan hak untuk menentukan dari beberapa pilihan secara bebas dan bersih, sehingga dilarang ada pengekangan hak untuk mendapat kebebasan, hak mendapat ketenangan, sebagaimana seseorang dilarang berdiam diri dan pasrah pada setiap permusuhan atau pengekangan terhadap kebebasannya.

Ilmu merupakan salah satu pondasi tegaknya daulah Islamiyah, berprestasi tinggi bab dari kewajiban setiap umat supaya sanggup bersedekah menuju pengokohan kepercayaan dan sarana kemajuan umat, mendapat ketenangan, mencicipi kebebasan, menghadang permusuhan, menunaikan risalah alamiyah (da’wah) menyerupai yang telah Allah gariskan, memantapkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran perdamaian, menghadang kediktatoran, imperialisme, kezhaliman, dan perampasan kekayaan bangsa.

Dasar dari pendidikan, konsep, akhlaq, fadhail, undang-undang, sistem, jaminan, nilai-nilai, dan perbaikan yaitu Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya yang jikalau keduanya dipegang oleh umat maka tidak akan sesat selamanya.

Islam berdasarkan pemahaman Al-Ikhwanul Muslimun yaitu sistem yang mengatur segala urusan kehidupan berbangsa dan bernegara, mengatur hajat hidup insan sepanjang masa, waktu dan tempat. Islam lebih tepat dan lebih mulia dibanding embel-embel kehidupan dunia, khususnya pada duduk masalah duniawi, alasannya Islam meletakkan kaidah-kaidah secara tepat pada setiap bagiannya, memperlihatkan petunjuk ke jalan yang lurus dijadikan sebagai manhajul hayat (life style), dipraktekkan dan selalu berada di atas relnya.

Jika shalat merupakan tiang agama, maka al-jihad yaitu puncak kemuliaannya, Allah yaitu tujuan, Rasul yaitu teladan, pemimpin dan panutan, sedangkan mati di jalan Allah yaitu impian yang paling mulia.

Jika keadilan berdasarkan Al-Ikhwan yaitu salah satu tonggak setiap negara, maka persamaan merupakan bab dari karakteristiknya, dan undang-undang yang bersumber dari syariat Allah; supaya sanggup merealisasikan keadilan yang mempertegas adanya persamaan.

Hubungan antara bangsa, negara, dan umat insan yaitu relasi gotong royong, saling membantu, dan bertukar pikiran, sebagai jalan dan sarana kemajuan berdasarkan persaudaraan, tidak ada intervensi, tidak ada pemaksaan kehendak, kekuasaan dan kediktatoran atau pengkerdilan hak orang lain.

Al-Ikhwanul Muslimun yaitu jamaah yang mempunyai cita-cita, mengasihi kebaikan, bangsa yang tertindas, dan umat Islam yang terampas hak-haknya.

Dakwah mereka yaitu salafiyah, alasannya mereka selalu mengajak umat untuk kembali kepada Islam, kepada penuntunnya yang suci, kepada Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Sebagaimana Al-Ikhwan yaitu thariqah sunniyah (beraliran sunni), alasannya membawa jiwa mereka pada perbuatan dan dalam segala urusan sesuai dengan sunnah yang suci khususnya pada duduk masalah aqidah dan ibadah.

Al-Ikhwan yaitu jamaah shufiyah, mereka memahami bahwa dasar kebaikan yaitu kesucian jiwa, kebersihan hati, kelapangan dada, kewajiban beramal, jauh dari akhlaq tercela, cinta alasannya Allah dan ukhuwah alasannya Allah.

Al-Ikhwan juga merupakan jamaah yang bergerak dalam bidang politik, yang menuntut ditegakkannya reformasi dalam pemerintahan, merevisi relasi negara dengan yang lainnya, dan membina umat pada kemuliaan dan kehormatan diri.

Al-Ikhwan yaitu jamaah yang mempunyai vitalitas tinggi, memperhatikan kesehatan, menyadari bahwa mukmin yang kuat lebih baik dari mukmin yang lemah, dan berkomitmen dengan sabda nabi saw, “Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu”, dan menyadari bahwa kewajiban-kewajiban dalam Islam tidak akan terlaksana kecuali dengan fisik yang kuat, hati yang penuh dengan iman, budi yang diisi dengan pemahaman yang benar.

Al-Ikhwan yaitu jamaah persatuan keilmuan dan tsaqafah, alasannya ilmu dalam Islam merupakan kewajiban yang harus dikuasai, dicari walau hingga ke negeri cina, negara akan bangun alasannya kepercayaan dan ilmu.

Al-Ikhwan yaitu jamaah yang mempunyai ideologi kemasyarakatan, memperhatikan penyakit-penyakit yang menjangkit masyarakat dan berusaha mengobati dan mencari solusinya serta menyembuhkannya.

Al-Ikhwan yaitu jamaah yang mempunyai kebersamaan ekonomi, alasannya Islam yaitu agama yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan harta dan cara memperolehnya, nabi saw bersabda, “Sebaik-baik harta yaitu milik orang yang shalih. Barangsiapa yang pada sore harinya mencari nafkah dengan tangannya sendiri maka ampunan Allah baginya.”

Pemahaman ini menegaskan kesempurnaan makna Islam, keuniversalan dalam segala kondisi dan sisi kehidupan, pada segala urusan dunia dan akhirat.

II. Prinsip-Prinsip Al-Ikhwanul Muslimun

Sejak 1400 tahun lalu, nabi Muhammad bin Abdullah menyeru masyarakat di kota Makkah, di atas bukit Safa:

“Wahai sekalian manusia, bersama-sama saya yaitu utusan Allah kepada kalian semua yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tiada Tuhan selain Dia, Yang sanggup Menghidupkan dan Mematikan, maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-nya yang ummi, yang beriman kepada Allah dan ayat-ayat-Nya dan ikutilah dia supaya kalian mendapat petunjuk”. (Al-A’raf:158)

Dakwah menjadi pemisah dalam kehidupan secara menyeluruh, antara kehidupan masa kemudian yang penuh dengan kezhaliman, masa depan yang cemerlang dan gemerlap, dan masa sekarang yang penuh dengan kesenangan, pemberitahuan yang gamblang dan transparan akan sistem yang baru. Pembuat syariatnya yaitu Allah, Yang Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Penyampai risalahnya yaitu nabi Muhammad saw, pembawa kabar gembira dan peringatan. Kitab dan undang-undangnya yaitu Al-Quran yang terang dan terang. Tentaranya yaitu para salafush shalih, generasi pendahulu dari golongan Muhajirin dan Anshar serta mereka yang tiba dengan kebaikan. Itulah shibghah Allah. Dan manakah shibghah yang terbaik selain shibghah Allah?!

“Padahal sebelumnya kau tidak tahu mana al-kitab dan mana kepercayaan yang benar, namun Kami jadikan kepadanya cahaya yang memperlihatkan petunjuk kepada siapa yang Kami Kehendaki dari hamba-hamba Kami. Dan bersama-sama kau akan memperlihatkan petunjuk ke jalan yang lurus. Jalan Allah yang mempunyai apa yang ada di langit dan yang ada di bumi, ketahuilah hanya kepada Allah kembali segala urusan”. (As-syura:52-53)

Al-Quran yaitu kumpulan dasar-dasar kebaikan pada seluruh sisi kehidupan, kumpulan banyak sekali prinsip yang memisahkan masyarakat pada jalannya menuju ketenangan, keamanan, kemajuan dan kepemimpinan. Allah telah memperlihatkan dalam Al-Quran kepada umat klarifikasi terhadap segala sesuatu, dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang menjadi sumber kekuatan dan potensi.

Beberapa prinsip yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya saw yang harus dipegang teguh oleh insan muslim, rumah tangga Islami, masyarakat Islami, negara dan umat Islam adalah:

1. Rabbaniyah; segala orientasi individu, sosial atau negara, segala perbuatan, perilaku, pandangan dan politik harus berkomitmen dengan apa yang diridhai Allah, mentaati perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

2. Menjaga jati diri insan dari hal-hal yang sanggup menciptakan Allah murka, mulia dari segala yang rendah, dan berusaha menggapai tingkat kesucian diri (ikhlas).

3. Beriman pada hari berbangkit, hisab, pembalasan dan siksa.

4. Bangga dengan ikatan ukhuwah sesama insan dan melaksanakan hak-haknya.

5. Perhatian dengan tugas perempuan dan pria sebagai sekutu yang tidak sanggup dipisahkan dalam membangun masyarakat, komitmen dengan kesempurnaan, persamaan, dan menegaskan akan pentingnya tugas keduanya dalam pembangunan dan kemajuan masyarakat.

6. Kemerdekaan, kepemilikan dan musyarakah, hak untuk hidup, bekerja, dan mendapat ketenangan yaitu hak fundamental setiap warga, di bawah naungan keadilan, persamaan dan undang-undang secara adil.

7. Nilai-nilai dan akhlaq merupakan jaminan ketenangan dan tegas dalam memerangi kemungkaran, kerusakan dan pengrusakan.

8. Kesatuan umat merupakan hakikat yang harus diwujudkan dan direalisasikan.

9. Jihad merupakan jalan satu-satunya bagi umat.

10. Umat yang berambisi menggapai ridha ilahi dalam sikap dan perbuatan, politik dan orientasi, setiap individu besar hati dengan ikatan ukhuwah yang sanggup menyatukan dan menyambung tali persaudaraan di antara mereka, berusaha untuk hidup dengan bebas tidak pengkebirian dan penindasan, pemahaman yang utuh, kesadaran dan keseriusan dalam merealisasikan prinsip-prinsip, melebihi pemahaman dan perbuatan:

a. Umat sebagai sumber kekuasaan

b. Keadilan sebagai tujuan aturan dalam banyak sekali tingkatannya bahkan pada tingkat dunia

c. Syura sebagai asas dalam mengambil banyak sekali keputusan, tidak ada kediktatoran, individualisme dalam kekuasaan, besar hati dengan kebebasan dan berusaha mempertahankannya dan menjadikannya sebagai hak setiap umat insan sebagai anugerah dan karunia dari Allah untuknya.

Sebagaimana beberapa prinsip yang menjamin keabsahan di bidang ekonomi:

1. Tidak boleh menjadi perpanjangan tangan orang-orang kaya dan mengindahkan fakir miskin

2. Diharamkannya riba

3. Diharamkannya menimbun harta

4. Diharamkannya monopoli

5. Memberikan penghargaan terhadap kepemilikan langsung yang dipergunakan untuk jamaah dan sesuai dengan syariat Allah

III. Misi dan Tujuan Al-Ikhwan Al-Muslimun

Imam Al-Banna memberikan misi dan tujuan yang ingin dicapai jamaah, dia berkata:

“Kami menginginkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan dakwah kepada Allah sehingga dunia mendapat ketenteraman dengan ajaran-ajaran Islam.”

Sebagaimana dia juga memfokuskan dua sasaran utama:

“Saya ingatkan untuk kalian dua tujuan utama:

1. Membebaskan negeri Islam dari kekuasaan asing, alasannya merupakan hak alami setiap insan yang dilarang dipungkiri kecuali orang yang zhalim, jahat atau biadab.

2. Mendirikan negara Islam, yang bebas dalam menerapkan aturan Islam dan sistem yang Islami, memproklamirkan prinsip-prinsip yang mulia, memberikan dakwah dengan bijak kepada umat manusia. Jika hal ini tidak terwujudkan maka seluruh kaum muslimin berdosa, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung alasannya keengganan mendirikan daulah Islam dan hanya berdiam diri.”

Imam Syahid juga memberikan tujuan periodik yang harus dicapai oleh kaum muslimin, atau kaum muslimin sanggup meraih dua tujuan besar dengan teliti dan jelas:

1. Membentuk sosok muslim yang berbadan kuat, berakhlaq sejati, berpikiran luas, bisa bekerja dan mencari nafkah, beraqidah suci, beribadah yang benar, berjiwa sungguh-sungguh, arif mengatur waktu, disiplin dalam segala urusannya, dan bermanfaat bagi orang lain, masyarakat dan negaranya.

2. Membentuk rumah tangga Islami; memelihara adab-adab dan akhlaq-akhlaq Islami dalam segala aspek kehidupan rumah tangga dan masyarakat. Jika sosok muslim itu baik secara aqidah, tarbiyah dan tsaqafah, maka akan baik pula dalam menentukan pasangan, bisa menunaikan hak dan kewajibannya, dan berperan serta dalam training belum dewasa dan bergaul dengan orang lain, serta berpartisipasi dalam kebaikan di tengah masyarakat dan umat.

Jika terbentuk rumah tangga Islami, maka akan terwujud pula masyarakat muslim yang menyebar ke segala penjuru dan aspek dakwah yang mengajak pada kebaikan dan memerangi keburukan dan kemungkaran, memotivasi perbuatan baik dan produktif, mempunyai sifat amanah, memberi dan itsar.

Mencapai pada masyarakat Islami hingga pada tahap pemilihan pemerintahan yang Islami, komitmen dengan syariat Allah, menjaga hak-hak Allah dalam berbangsa dan bernegara, menjaga dan memelihara hak-hak-Nya, komitmen dengan undang-undang kebebasan, keamanan, amal dan perubahan, mengungkapkan pendapat dan mengikutsertakannya dalam musyarakah dan mengambil keputusan.

Pemerintahan Islam yang didukung oleh masyarakat muslim, menunaikan kiprahnya sebagai khadimul ummah, digaji dengannya, bergerak demi kebaikannya, pemerintahan ini membentuk anggotanya komitmen dengan Islam dan ajarannya, menunaikan kewajibannya, membantu non-muslim dari banyak sekali golongan masyarakat; demi merealisasikan keberadaan umat dan persatuannya.

Berdirinya pemerintahan Islam yang dipilih oleh masyarakat muslim secara bebas, pemerintahan yang komitmen dengan syariat Allah sehingga melahirkan negara Islam yang diidamkan, negara yang memimpin negara-negara Islam lainnya, menyatukan perpecahan, mengembalikan kemuliaan dan harga dan mengembalikan negara mereka yang telah terampas.

Kepemimpinan negara Islam terhadap negara yang dipimpin harus mempunyai karakteristik, kemampuan dan pondasi kepemimpinan, bukan hanya sekadar tuntutan namun sebagai realisasi dengan baik dan mempunyai pertanggungjawaban yang besar. Membentuk persatuan umat Islam yaitu suatu keniscayaan bukan kemustahilan, khususnya dalam bidang politik, ekonomi, dan militer yang tidak ternilai.

Berdirinya daulah Islamiyah yang bersatu atau kesatuan negara-negara Islam, mengembalikan keberadaan negara kepada umat, mengokohkan kiprahnya dalam peradaban dan perdamaian serta ketenteraman di seluruh dunia, tanpa memakai kekuasaan dari kekuatan lainnya.

Imam syahid berkata, “Sesungguhnya seluruh kaum muslimin akan berdosa dan bertanggung jawab di hadapan Allah yang Maha Tinggi dan Bijaksana alasannya keculasan mereka dalam menegakkan daulah Islamiyah dan berdiam diri tidak mau mewujudkan negara Islam dan berpangku tangan dari kezhaliman dan kejahatan sekelompok insan di dunia ketika ini, berdiri dengan arogan di hadapan negeri-negeri dan dunia Islam, menyerukan prinsip-prinsip kezhaliman, meneriakkan bunyi kekejian, dan merampas hak-hak asasi manusia, sehingga tidak ada yang mau berkorban untuk membebaskan umat dan melaksanakan perlawanan demi berdirinya negara yang penuh dengan kebenaran, keadilan, perdamaian, ketenteraman dan kebebasan.

Adapun tujuan yang ingin dicapai negara Islam bersatu yaitu tersebarnya Islam ke seluruh penjuru dunia dan dakwah yang mempunyai nilai-nilai, akhlaq dan adab, mengokohkan nilai-nilai kebebasan, keadilan dan persamaan, nrimo menghadap Allah… begitu berat beban dan begitu agung tugas yang dipandang orang sebagai khayalan… padahal berdasarkan kaum muslimin yaitu merupakan kenyataan; alasannya umat Islam tidak mengenal putus asa… tidak berhenti dalam berjalan, bekerja, dan memberi untuk mencapai tujuan; demi mengharap keridhaan Allah Taala.

Kami berada pada prinsip:

1. Bahwa kami yaitu umat yang tidak mempunyai kemuliaan dan izzah kecuali dengan Islam baik aqidah, ideologi dan perbuatan.

2. Bahwa Islam yaitu solusi dari segala permasalahan umat; politik, ekonomi masyarakat; internal dan external.

3. Bahwa dengan Islam akan menimbulkan setiap orang bekerja, setiap pelajar membutuhkan uang, setiap petani membutuhkan tanah, setiap warga membutuhkan kawasan tinggal dan pasangan, kemapanan untuk hidup layak dari setiap manusia.

4. Bahwa penjajahan dan perampasan suatu negeri tidak akan selesai kecuali dengan mengangkat bendera Islam dan mengikrarkan jihad.

5. Bahwa persatuan negara Arab tidak terwujud kecuali dengan Islam. Demikian halnya dengan tauhid dan persatuan kaum muslimin tidak akan tepat kecuali dengan Islam. Dan perubahan neraca demi kebaikan kaum muslimin bukan masalah tidak mungkin jikalau ada komitmen dengan Islam.

6. Bahwa usaha untuk mendirikan pemerintahan Islami yaitu kewajiban. Persatuan berdasarkan asas Islam yaitu kewajiban. Dan setiap persatuan yang mengarah pada diskriminasi tidak dibolehkan, alasannya itu harus ditolak dalam pemahaman dan ideologi insan muslim.

7. Bahwa mendirikan negara Islam merupakan keniscayaan dibanding yang lainnya. Jika para pelaku kejahatan, para penyembah berhala (benda mati), insan atau binatang berusaha mengubah segala sesuatu, maka bagaimana mungkin seorang muslim menghindar dari mendirikan daulah Islam di bumi Islam?

8. Islam memperlihatkan pada setiap warganya hak dalam beribadah, merdeka, keamanan, dan beraktivitas serta bebas dalam mengungkapkan pendapat dan argumentasi.

9. Bahwa hanya dengan penerapan Islam menimbulkan persatuan umat mempunyai derajat kekuatan yang tinggi dalam bidang materi dan immateri, produksi dan kontribusi, dan distribusi secara merata terhadap kekayaan dan mempunyai tingkat kelembutan yang tinggi.

IV. Sarana Al-Ikhwan Al-Muslimun

Berbicara perihal tujuan berdasarkan Al-Ikhwan Al-Muslimun dekat hubungannya dengan sarana yang membantu dan membuka jalan supaya tercapai tujuan yang diharapkan.

Insan Muslim

Jika pembentukan insan muslim mempunyai tugas yang sangat fundamental dari beberapa misi dan tujuan berdasarkan Al-Ikhwan Al-Muslimun - maksud dari insan di sini yaitu sosok pria dan perempuan, anak kecil pria dan perempuan, cowok dan pemudi - maka sarana untuk membentuk insan yang mempunyai abjad sejati dalam aqidah, keimanan, pemahaman, amal dan kontribusinya yaitu terangkum pada beberapa hal berikut:

1. Murabbi yang bergerak dalam training dan pembentukan.

2. Metode yang tersusun dan manhaji.

3. Lingkungan yang mempunyai ideologi dan kemampuan memadai.

Jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap tarbiyah; alasannya hal itu merupakan jalan menuju orisinalitas pemahaman, pembenaran dan pendisiplinan gerak dan perbuatan, menjelaskan yang halal dan yang haram, yang wajib dan urgensi kebangkitan dengannya; guna meraih ganjaran dan pahala dari sisi Allah. Sebagaimana hal tersebut untuk mengokohkan dan memurnikan nilai-nilai dan abjad ukhuwah, tsiqah dan ribat (hubungan erat); alasannya penopangnya yaitu Al-Quran dan Sunnah. Jika ada kesalahan pada salah satu dari tiga hakikat tersebut di atas maka akan merusak semuanya, alasannya tidak ada keraguan dalam menelurkan langsung muslim dan wajihah yang mempunyai konsern dalam memberi dan memantau (mutabaah) terhadap tarbiyah kecuali dengan pemahaman yang benar dan utuh, mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk menerapkan pemahamannya tersebut.

Ukuran dan tegaknya tarbiyah yang benar dan muntijah yang sesuai dengan kapasitas budi insan dan hatinya pada ilmu, dzikir, amal dan kontribusi. Karena semua itu merupakan neraca kecemerlangan yang seyogianya menjadi bab dari kesetiaan dan loyalitasnya dalam wirid harian, i’tikaf tahunan, qiyamullail, dan kesungguhannya terhadap akhlaq yang mulia, tajarrud (ikhlas) dalam melaksanakan kegiatan kemaslahatan umum dan menghindar dari kemaslahatan pribadi, mempunyai prestasi yang baik dalam ilmu dan pengetahuan, dan kesungguhannya dalam menunaikan kiprahnya di tengah keluarga dan masyarakatnya, di rumah dan kawasan kerjanya.

Tentunya juga perhatian dan semangat terhadap hafalan Al-Quran dan Hadits, mensinkronkan antara hafalan dan pengamalan serta keagamaan yang mempunyai perhatian yang sangat besar oleh Al-Ikhwan Al-Muslimun, komitmen dengan manhaj yang bersumber dari Al-Quran dan sunnah, perhatian dalam membangun dan mendidik para pemuda, orang bau tanah dan belum dewasa terhadap tanzhim dan tartib (sistem dan keteraturan), yang diiringi oleh amal tarbawi; semangat dalam meraih sasaran yang diinginkan dan ditentukan.

Rumah Tangga Muslim

Jika rumah tangga muslim sebagai tujuan kedua dari beberapa tujuan yang diinginkan oleh jamaah, maka sarana yang sanggup direalisasikan kepada pengaplikasian dan perwujudannya di muka bumi ini yang menjadi perhatian jamaah yaitu merealisasikan hal-hal yang sanggup menuju pada tujuan tersebut, di antaranya:

1. Memberikan kepada setiap muslim perhatian yang diinginkan terhadap rumah tangganya baik terhadap suami atau istri atau anaknya.

2. Memberikan kegiatan kewanitaan haknya dalam membaca, menulis, liqa dan halaqah kewanitaan, dan kegiatan yang dibutuhkan oleh kaum wanita.

3. Memilih pasangan perempuan yang shalihah dan pasangan lelaki yang shalih.

4. Mengikutsertakan anak pada kegiatan dan kegiatan yang bermanfaat.

5. Membuat dan membentuk perangkat yang sanggup memelihara agenda keluarga dari banyak sekali tingkatannya, merinci peranan perempuan muslimah dalam banyak sekali kegiatan, kegiatan dan pembinaan.

6. Membersihkan suasana rumah tangga muslim dari pelanggaran-pelanggaran, dalam bingkai sumbangan pengetahuan yang benar terhadap norma-norma dan pesan yang termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah.

7. Membuat dalam kelompok dan halaqah kewanitaan perpustakaan khusus wanita.

8. Berusaha menyingkirkan penghalang yang sanggup merubah rumah tangga muslim, materi dan non-materi.

Masyarakat atau Bangsa yang Islami

Adalah sesuatu yang sulit untuk diwujudkan atau dihadirkan penerapan pedoman Islam ke tingkat aturan dan pemerintahan, kecuali melalui rakyat yang digerakkan oleh iman, memahami tujuan dan misinya melalui Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya dan mengamalkan keduanya. Pemerintahan yang Islami tidak akan berdiri dengan sendirinya namun harus bersandarkan pada keimanan, dan pondasi dari pemahaman yang benar akan mengintensifkan aktivitas, usaha dan usaha; mengharap ganjaran dan tanggapan yang besar dari Dzat yang telah menurunkan Islam kepada Rasul-Nya SAW, untuk disampaikan kepada insan sehingga merasuk ke dalam jiwa mereka keimanan yang murni, ke dalam budi dan pikirannya pemahaman yang utuh, serta ke dalam al-jawarih dalam setiap perbuatan, perilaku, dan politik baik perbuatan dan praktek.

Banyak tujuan utama yang diajukan oleh imam Al-Banna, menguatkan pandangannya terhadap permasalahan dari banyak sekali segi dan tingkatan, sebagaimana dia mengungkapkan, “Harus ada fatrah (masa) dalam rangka mensosialisasikan prinsip-prinsip yang dipelajari dan diamalkan oleh bangsa, sehingga sanggup memperlihatkan dampak dalam kebaikan secara umum dan tujuan yang agung terhadap kebaikan individu dan tujuan yang minimal.”

Beliau juga berkata, “Sarananya bukanlah dengan kekuatan, alasannya dakwah yang benar yaitu memberikan dakwah ke dalam ruh/jiwa sehingga masuk ke dalam sanubari, mengetuk pintu hatinya yang menutupi jiwanya. Mustahil jikalau memakai tongkat atau menggapai tujuan dengan memakai panah yang tajam, namun sarana yang utama berada dalam hati dan pemahaman, supaya menjadi konkret dan gamblang.

Eksistensi masyarakat muslim atau bangsa muslim yaitu melalui pengenalan dan pembentukan. Rasulullah saw pernah menfokuskan dakwahnya pada setiap jiwa para sahabat, ketika dia mengajaknya untuk beriman dan beramal, menyatukan hati mereka dalam cinta dan persaudaraan, hingga bersatu kekuatan aqidah menjadi kekuatan persatuan, demikian pula seharusnya yang dilakukan para dai yang mengikuti jejak nabi saw, mereka menyeru dengan ideologi dan menjelaskannya, mengajak mereka kepada dakwah; supaya beriman dan menerapkannya, bersatu dalam aqidah sehingga wawasan mereka terus bersinar dan menyebar ke segala penjuru, ini semua merupakan sunnatullah dan tidak ditemukan dari sunnah Allah perubahan.”

Jadi cara untuk mengeksistensikan bangsa muslim yaitu pengenalan terhadap Islam dan jamaah, membentuk akhlaq dan nilai-nilai Islam, etika dan perilaku, melalui halaqah, sarana komunikasi, melalui kitab, risalah, obrolan dan dakwah fardiyah… urgensi fokus tarbiyah berdasar orisinalitas dan ta’ziz (pengokohan) nilai-nilai pengorbanan dan kontribusi.

Pemerintahan Islami

Cara mencapai pemerintahan Islami:

Al-Ikhwan mengangkat syiar dan komitmen dengannya melalui pemahaman mereka terhadap Islam, pengaplikasian dan komitmen dengan nilai-nilainya. Hal ini menyerupai yang telah digariskan oleh imam Syahid dalam ungkapannya, “Al-Ikhwan Al-Muslimun tidak menuntut diterapkannya aturan Islam untuk diri mereka sendiri, jikalau ada dari segolongan umat yang siap mengemban amanah yang berat ini dan bisa menunaikan amanah dan aturan dengan manhaj Islam dan Al-Quran, maka mereka yaitu prajurit dan tentara penolongnya. Al-Ikhwan bukan para pencari aturan atau dunia, aturan berdasarkan mereka bukan tujuan utama, namun sebagai wasilah dan amanah, tanggung jawab dan beban yang berat.” Beliau menambahkan, “Ikhwan sangat piawai dan cerdas dari mendahulukan terhadap aturan dan umat, maka harus diberikan waktu untuk bisa mengembangkan prinsip-prinsip yang sanggup diketahui oleh bangsa; bagaimana bisa memperlihatkan dampak terhadap maslahat umum, bagaimana bisa bangun dengan perannya.” Maknanya yaitu bahwa bangsa yang Islami yaitu sarana menuju pemerintahan Islami, dan bangsa yang Islami mempunyai hak dalam menentukan pemerintahannya, dan memberikannya kepada siapa saja yang diinginkan.

Negara Islam

Tujuan kelima dan besar lengan berkuasa yaitu daulah Islam yang membimbing negeri-negeri Islam kepada persatuan, menyatukan perpecahan umat Islam, mengembalikan negeri mereka yang terampas, sarana untuk mendirikannya harus melalui agenda yang tersusun rapi. Karena itu dakwah yang satu, tanzhim yang satu, konsep yang terpadu dan tarbiyah yang satu yang bersumber dari Kitabullah dan sunnah nabi-Nya; tauhid, tanzhim, tertata dalam barisan, tersusun secara rapi, bersatu dalam tujuan dan misi, berpedoman pada sarana yang kokoh guna mencapai kepada negara yang diidamkan.

Negara Islam yang satu

Tujuan keenam yaitu mendirikan negara Islam yang bersatu, atau perserikatan negara-negara Islam, yang tergabung dalam negara lebih banyak didominasi muslim. Negara yang satu di bawah pemimpin tunggal, yang berperan dalam pengokohan komitmen terhadap syariat Allah dan penerapannya, memuliakan risalah-Nya, besar hati dengan keberadaan Islam di kancah dunia. Adapun sarananya yaitu melalui pendahuluan yang benar, berdasar pada kaidah-kaidah yang higienis dan baik, sehingga menjadi bab dari kemunculan wacana Islam di setiap negeri hingga pada balasannya sanggup merealisasikan agenda terbesar.

Negara Islam Internasional

Adapun tujuan ketujuh yaitu usaha menegakkan daulah Islamiyah secara internasional, sehingga sanggup mengokohkan hak setiap insan dimana mereka berada –baik kebebasan, keamanan, mengeluarkan pendapat dan ibadah, hingga mencapai pada berdirinya negara Islam bersatu– memperlihatkan sarana penjamin terealisasinya agenda utama. Hal tersebut bukanlah mimpi namun kenyataan yang telah diberitakan oleh Rasulullah saw.

Jika daulah Islam dibangun atas dasar keimanan dan bangun berdasarkan keimanan, sebagaimana potensi yang membentang dengan kekuatan dan kemampuan menuju jalan dan tujuan, berpedoman pada ilmu sebagai dasar dan sarana menggapai kemajuan, filter dan kesejahteraan umat. Kemajuan ilmu dan teknologi yang dibanggakan oleh Amerika secara khusus dan dunia Arab dan kaum muslimin menjelaskan akan urgensi ilmu dalam melengkapi persenjataan modern, guna menjaga dan melindungi diri dari musuh, menghadapi rekayasa dan politik kekuasaan, dan mengungkap kekerdilan pemerintahan negara Arab dan umat Islam, ketika tunduk pada blokade, ketika mereka berkomitmen dengan perjanjian padahal musuh-musuhnya tidak pernah komitmen dengannya sehingga kekuatan berada pada mereka dibanding negara Arab dan umat Islam.

Islam menimbulkan ilmu sebagai kewajiban, memotivasi umat untuk menuntutnya dan menguasainya sekalipun tidak berada di negerinya sendiri. Rasulullah saw bersabda, “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim pria dan perempuan”. Dan sebagaimana disabdakan, “Tuntutlah ilmu walau hingga ke negeri China.”

Imam Ibnu Taimiyah berkata, dan dia mempunyai sanad yang shahih dari syariat Allah yang menimbulkan ilmu yaitu wajib, memotivasi untuk menuntutnya dan menguasainya, “Jika non-muslim maju dalam keilmuan dan seni… maka semua umat Islam berdosa.”

V. Manhaj Al-Ikhwan Al-Muslimun

Manhaj Al-Ikhwan Al-Muslimun sejalan dengan watak dakwah. Al-Ikhwan Al-Muslimun yaitu salah satu jamaah dari kaum muslimin yang sejak berdirinya berusaha untuk memperbaharui Islam dan merealisasikan misinya pada tingkat regional dan internasional, dengan memperhatikan kondisi zaman menuju pemahaman tsaqafah dan wawasan kekinian, memelihara orisinalitas dan obsesi.

Misi dan tujuan jamaah meliputi pada tsaqafah yang sanggup merealisasikan misi dan tujuan tersebut. Islam modern dan orisinalitas yang memadai demi terealisasinya tujuan merupakan dua rukun utama dari banyak sekali manhaj lain. Matangnya syakhshiyah Islamiyah merupakan sarana yang tidak bisa terwujud tanpa mempunyai wawasan Islam yang tepat berpedoman pada konsep dasar dan tsawabut, mengenal kondisi zaman, bersungguh-sungguh dalam mengokohkan obsesi.

Manhaj Al-Ikhwan mempunyai keistimewaan, mempunyai kesungguhan dalam memperlihatkan filter kepada insan muslim terhadap sesuatu yang sanggup menjauhkan dirinya dari guncangan jiwa dan fitnah, atau tipuan dan terpedaya dengan ideologi yang tidak seimbang. Karena itu yaitu penting jikalau Ikhwan menegaskan bahwa Al-Quran dan sunnah yaitu sumber manhaj mereka; berusaha membentuk azimah yang kuat yang dimiliki oleh insan muslim, pelaksanaan yang mantap bukan sekadar wacana dan tipuan, pengorbanan yang luhur, memahami prinsip-prinsip yang membedakan antara ashalah (orisinalitas) dan kepalsuan, kebenaran dan kepalsuan, semua itu harus berdasar pada keimanan yang sanggup melindunginya dari kesalahan, menjauhkannya dari ketergelinciran, memperlihatkan kepadanya keikhlasan dan zuhud, melahirkan sifat memberi dan berkorban.

Pada bidang inilah tampak peranan pengajaran dan lembaga-lembaganya, peranan tsaqafah dengan banyak sekali sumber dan yayasan-yayasannya, peranan informasi dengan banyak sekali sarananya.

Sebagaimana jamaah juga memperhatikan manhajnya dalam meletakkan keseimbangan kepada setiap muslim dalam banyak sekali aktivitasnya, pada setiap insiden dan benturan yang menghadangnya, dalam sikap kekuatan yang berbeda dan berseberangan, memperlihatkan kepada muslim wawasan keislaman yang optimis terhadap segala sesuatu dan urusan. Al-Quran dan sunnah yaitu bashirah yang memperlihatkan keterbukaan hati setiap muslim, membuka matanya sehingga keseimbangan dan kebijaksanaannya lebih teliti dan detail terhadap setiap permasalahan dan problema, demikian pula sebuah negara dan bagian-bagiannya yang dibangun atas dasar Islam, komitmen dengan syariat Allah dan berusaha merealisasikan misi-misinya.

Opini umum terhadap ilmu-ilmu Islam harus mengacu pada manhaj-manhaj ini, alasannya ada sebagian ilmu yang merupakan kewajiban individu (fardhu ‘ain), ada tsawabit, ada spesialisasi, ada pembaharuan, ada juga ilmu-ilmu yang diharamkan dan makruh (dibenci).

Merupakan hak setiap muslim mendapat ilmu-ilmu yang diwajibkan dan mengetahui kaidah-kaidahnya, sebagaimana ilmu spesialisasi yang menjadi suatu kewajiban bagi para spesialis.

Pada setiap fase dari kehidupan insan mempunyai manhaj yang sesuai dengan kehidupannya, sebagaimana pada setiap fase ada gerak dan kegiatan yang mempunyai manhaj sesuai dengan kebutuhannya dan memperlihatkan wawasan yang bersih.

Sebagaimana keistimewaan manhaj yang para Ikhwan komitmen dalam bidang yaitu dengan selalu mengedepankan dan memadukan pemahaman, mempersatukannya dalam satu wawasan; sehingga Islam tidak menjadi gambar/bentuk yang masuk ke dalam jiwa insan sebagai hasil dari hilangnya manhaj yang benar, alasannya itu selalu disosialisasikan manhaj Islam secara ilmiah dan amaliyah sebagai kegiatan dakwah Ikhwan. Merubah insan dari tidak Islami menjadi Islami; dari tidak komitmen dengan Islam menjadi sadar, paham, dan komitmen dengan Islam, sebagai kegiatan yang menyeluruh dan urgen; alasannya itu harus komitmen dengan manhaj yang memadai dan mewujudkan perubahan yang diidamkan.

Manhaj Islami juga tidak meninggalkan lubang yang sanggup dimasuki kesesatan atau kerancuan budi pikiran atau hati setiap muslim, alasannya dia manhaj yang berambisi menutup segala lubang dan kawasan masuknya fitnah dan keraguan. Dan pada waktu yang bersamaan menggerakkan muslim untuk siap menghadapi serangan, berinteraksi dengannya didukung dengan pemahaman yang benar dan kesadaran yang matang.

Komitmen dengan manhaj Islam menghasilkan abjad tersendiri yang dimiliki seorang muslim dan jamaah muslimah. Pada tiap fase yang dimiliki mempunyai abjad dan syiar. Sebagaimana pada setiap jamaah mempunyai syiar yang menimbulkan pada setiap marhalah dan fase berjalan sesuai dengan manhajnya, berlalu sesuai dengan perjalanan jamaah melalui jalan, sarana, misi dan tujuan-tujuannya, menyerupai syiar yang hingga sekarang masih dikumandangkan dan diulang serta selalu diserukan; Allah yaitu tujuan, Rasulullah yaitu pemimpin dan imam dan jihad yaitu jalan satu-satunya.

Manhaj yang dimiliki oleh jamaah menegaskan akan nizham dan ketertiban, komitmen dengan jalannya, semangat dalam memperlihatkan kritik yang konstruktif, menghargai pendapat orang lain, siap melaksanakan perubahan dan pembaharuan, mengakui aturan tadarruj (hukum berjenjang) dan tidak berlebih-lebihan.

Manhaj Al-Ikhwan dalam melaksanakan perbaikan masyarakat dan tarbiyah tampak pada abjad tujuan asasi yang menjadi fokus dan perhatian jamaah, di antaranya adalah:

1. Rabbaniyah.

2. Bersentuhan dengan jiwa kemanusiaan.

3. Meyakini adanya ganjaran dan balasan.

4. Memproklamirkan persaudaraan insani.

5. Laki-laki dan perempuan bersatu dalam berkontribusi membangun masyarakat, mempunyai porsi masing-masing supaya lebih fokus dan kuat terhadap misinya masing-masing.

6. Tawazun (seimbang) dalam memenuhi hajat ruh dan jasad.

7. Memberikan jaminan kepada masyarakat hak untuk hidup, mendapat keamanan, kebebasan, pemilikan, aktivitas, kesehatan dan mengeluarkan pendapat.

8. Menegaskan pentingnya persatuan, dan tercelanya perpecahan, berusaha menghilangkan khilaf dan perdebatan.

Manhaj ini mengajak untuk bersikap optimis menyerupai yang difirmankan Allah Taala, “Jangan merasa hina dan sedih” (Ali Imran:139), memotivasi dalam menjalankan kehidupan, kekuatan, bekerja dan produktif serta menegaskan akan jati diri, jati diri seorang muslim yang bersumber pada kemuliaan Tuhannya, “Dan kemuliaan hanyalah Milik Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman.” (Al-Munafiqun:8)

Sebagaimana menegaskan akan kepemimpinan dan kebaikan, “Kalian yaitu umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.” (Ali Imran:110), mengajak untuk mempunyai sifat aib menyerupai yang diajarkan oleh Rasulullah saw dan menjadikannya bab dari iman.

Adapun motivasinya dalam kekuatan ditegaskan dalam ayat Allah,
Sumber http://frequencia89.blogspot.com