Saturday, December 8, 2018

Pelajar Swedia Tuai Kebanggaan Dunia Berkat Gerakan Absen Sekolah Demi Agresi Perubahan Iklim

Perubahan iklim didunia ini memang tak sanggup ditebak. Di Indonesia sendiri demam isu hujan kadang tiba di demam isu kemarau ataupun sebaliknya. Bahkan masih segar diingatan kita wacana cuaca ekstrim di Australia beberapa waktu kemudian yang alasannya ialah saking panasnya mengakibatkan kebakaran hutan hingga jalanan aspal meleleh. Begitupula dengan cuaca ekstrim di Amerika yang yang mengalami demam isu salju yang amat dingin. Bahkan air mendidihpun dikala dilempar ke udara eksklusif menjadi butiran-butiran salju.


Dua hal tersebut ialah sebagian kecil dari krisisnya iklim didunia ini. Berbagai macam efek mematikan alasannya ialah global warming juga menjadi momok yang paling seram untuk para makhluk hidup didunia ini. Berkurangnya oksigen alasannya ialah pencemaran udara hingga menumpuknya sampah dilautan yang menciptakan biota maritim tersiksa merupakan kesalahan insan sendiri yang hasilnya berdampak pada mereka.


Semua orang didunia ini pastinya mengetahui wacana hal tersebut, namun banyak dari mereka yang seolah menutup mata dan pendengaran mereka akan darurat iklim tanpa memikirkan anak cucu mereka di kemudian hari yang pastinya akan tersiksa dan menderita hidup di bumi yang telah darurat ibarat kini ini.


Namun untungnya, banyak juga dari penduduk didunia ini yang sadar akan darurat iklim yang sedang mengancam planet bumi kita. Nah salah satunya ialah seorang siswi berumur 15 tahun asal Swedia yang sungguh-sungguh melaksanakan agresi untuk menyelamatkan bumi ini.


Ialah Greta Thunberg pelajar berumur 15 tahun dari Swedia yang mangkir sekolah dan duduk di depan DPR pada September tahun kemudian alasannya ialah negaranya tidak ikut menyepakati Kesepakatan Iklim Paris.


Perubahan iklim didunia ini memang tak sanggup ditebak Pelajar Swedia Tuai Pujian Dunia Berkat Gerakan Bolos Sekolah Demi Aksi Perubahan Iklim


photo via : swedesinthestates.com


Awalnya, ia mangkir sekolah untuk berunjuk rasa di depan DPR Swedia terkait pemilihan mendatang tetapi ia tetapkan untuk melanjutkannya hingga ada kemajuan yang signifikan mengenai problem ini. Thunberg mendokumentasikan pemogokan di halaman Twitter-nya, Thunberg menerima legalisasi internasional dan diundang untuk berbicara pada Konferensi Perubahan Iklim PBB di Katowice, Polandia, pada Desember 2018 lalu.




class="adsbygoogle"
style="background:none;display:inline-block;width:300px;height:600px;max-width:100%;"
data-ad-client="ca-pub-9314037868717527"
data-ad-slot="3133381919"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">



Saat itu, dengan disaksikan oleh dunia, remaja 15 tahun ini dengan tegas menuduh para pemimpin dunia belum cukup remaja untuk menyampaikan apa adanya wacana keadaan darurat bumi dikala ini. Mereka hanya membicarakan wacana pertumbuhan ekonomi dan takut tidak menjadi populer. Menurut Thunberg pemerintah hanya berbicara wacana bergerak maju dengan ide-ide yang jelek yang justru membawa generasi penerus kedalam kekacauan. Bahkan satu-satunya hal yang masuk logika untuk dilakukan ialah untuk mendeklarasikan darurat iklim, para pemerintah justru tidak cukup remaja untuk mengatakannya ibarat apa adanya. Bahkan beban itu nantinya akan mereka serahkan kepada generasi penerus, dalam hal ini anak dan cucunya kelak.


Dalam pidatonya, Greta Thunberg mengungkapkan bahwa ia tidak peduli menjadi populer, yang ia pedulikan ialah wacana keadilan iklim dan planet yang hidup. Peradaban kita dikorbankan demi kesempatan sejumlah kecil orang untuk terus menghasilkan uang dalam jumlah besar. Biosfer kita dikorbankan sehingga orang-orang kaya di banyak sekali negara sanggup hidup mewah. Itu sama saja senang diatas penderitaan orang.





Sejak dikala itu, Thunberg menjadi ujung tombak gerakan remaja dan secara teratur menghadiri pemogokan hari Jumat di banyak sekali negara Eropa. Puluhan ribu anak di Belgia, Jerman, Swedia, Swiss, dan Australia terinspirasi untuk menggelar demonstrasi serupa di negara mereka masing-masing.


Aksi terbesar di Inggris digelar di London, Brighton, Oxford, dan Exeter. Jaringan Iklim Pelajar Inggris yang membantu mengoordinasikan agresi protes tersebut mengajukan empat tuntutan utama. Pertama, pemerintah harus mendeklarasikan kondisi darurat iklim dan memprioritaskan sumbangan kehidupan bumi, mengambil langkah aktif untuk mencapai keadilan iklim.


Kedua, pemerintah juga harus merombak kurikulum pendidikan dan mulai menyertakan pelajaran soal krisis ekologis. Ketiga, pemerintah harus memberi informasi kepada publik wacana darurat iklim dan imbauan untuk bertindak aktif dalam merespons informasi tersebut. Keempat, pemerintah harus tahu bahwa kaum muda ialah kunci masa depan, sehingga penting melibatkan kaum muda dalam memilih kebijakan negara dan menurunkan batas minimum pemilih (16 tahun).




class="adsbygoogle"
style="background:none;display:inline-block;width:300px;height:250px;max-width:100%;"
data-ad-client="ca-pub-9314037868717527"
data-ad-slot="3892123021"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true">



Para siswa-siswi di Ingris berdemonstrasi di Southampton menyampaikan kepeduliannya wacana masa depan yang alasannya ialah tanggapan perubahan iklim menciptakan mereka banyak kehilangan. Salah satunya akan kehilangan hewan yang mereka cintai dalan 50 tahun ke depan.


Perubahan iklim didunia ini memang tak sanggup ditebak Pelajar Swedia Tuai Pujian Dunia Berkat Gerakan Bolos Sekolah Demi Aksi Perubahan Iklim


photo via : cyprus-mail.com


Namun seorang juru bicara Perdana Menteri Inggris Theresa May menyampaikan mangkir sekolah berarti membuang-buang waktu pelajaran yang sudah dipersiapkan para guru yang akan sangat penting bagi pendidikan dan akan membantu menuntaskan problem iklim dalam jangka panjang.


Mendengar hal ini Greta Thunberg, yang menjadi aktivis agresi ini mencuit wacana protes di Inggris di akun Twitter-nya, dirinya menulis: “PM Inggris menyampaikan bahwa belum dewasa yang mogok sekolah ‘membuang-buang waktu pelajaran’. Itu sanggup jadi masalah. “Tapi sekali lagi, para pemimpin politik telah menyia-nyiakan 30 tahun tidak bertindak. Dan itu sedikit lebih buruk.”


Melalui cuitan Greta Thunberg tersebut, aktifis berusia 15 tahun ini seakan menyindir pemerintah yang mengecam tindakan para pelajar ini sebagai tindakan yang jelek dengan menelantarkan kewajiban utama mereka yakni belajar, tanpa menyadari bila tindakan pemerintah dengan menyia-nyiakan waktu 30 tahun terakhir untuk melaksanakan perubahan demi alam ialah tindakan yang lebih jelek dari sekedar mangkir sekolah.


Perubahan iklim didunia ini memang tak sanggup ditebak Pelajar Swedia Tuai Pujian Dunia Berkat Gerakan Bolos Sekolah Demi Aksi Perubahan Iklim


photo via : www.commondreams.org


Sementara itu, agresi dari remaja-remaja tanggung ini memang tak main-main, bahkan jumlah peserta gerakan terus meningkat. Setiap minggu, puluhan ribu remaja dan anak muda mangkir sekolah, sebagian besar pada hari Jumat yang dijuluki “Jumat demi Masa Depan.” Protes-protes itu diperkirakan akan meluas ke banyak negara pada 15 Maret 2019, menjadikannya pemogokan sekolah internasional yang terbesar.


Dikutip dari Line Today, Harian The Guardian menerbitkan surat terbuka kelompok koordinasi global. Yang mengumumkan unjuk rasa di setiap benua. Pada 15 Maret siswa-siswa Amerika diperkirakan akan bergabung dalam gerakan ini secara besar-besaran.


Atas perjuangan dan jerih payahnya mengkampanyekan kesadaran akan perubahan iklim dan pemanasan global, Greta Thunberg pun dinominasikan sebagai salah satu akseptor Nobel Perdamaian. Hal ini disampaikan oleh salah satu anggota DPR Norwegia Freddy Andre Ovstegard ibarat yang BlogUnik kutip dari Kompas.com. Ovstefard mengatakan, tiga anggota DPR mengajukan Greta untuk Nobel Perdamaian sebelum batas waktu 31 Januari 2019.


Nah bagaimana berdasarkan kalian guys? Menginspirasi bukan? Apakah kalian akan mengikuti jejak Greta Thunberg?



Sumber http://blogunik.com