Sistem saraf parasimpatis selalu bekerja saat badan beristirahat. Sistem Saraf Parasimpatis berasal dari sumsum tulang belakang dan medula oblongata (medula otak, bukan medula adrenal). Sistem menstimulasi saraf kranial (khususnya saraf 3, 7, 9, dan 10). Saraf ini juga mempunyai neuron preganglionik yang terbuat dari serat kolerginik (dikenal sebagai serat preganglionik).
Serat-serat preganglionik ini menjulur ke arah ganglia (kelompok sel saraf) untuk mencapai organ sasaran mereka. Ganglia ditempatkan di ganglion. Pada ganglion, serabut preganglionik sinaps dengan neuron postganglionik memakai neurotransmitter asetilkolin.
Neuron postganglionik kemudian memakai neurotransmitter asetilkolin lagi untuk menciptakan sinapsis dengan organ yang ditargetkan. Ini, pada gilirannya, menstimulasi respons yang diinginkan dalam organ yang ditargetkan.
Jadi, sementara kedua sistem awalnya memakai asetilkolin sebagai neurotransmitter mereka, sistem saraf simpatik memakai neurotransmitter sekunder yang disebut norepinefrin juga. Sedangkan sistem saraf parasimpatis hanya memakai asetilkolin sebagai neurotransmitter.
Sistem saraf parasimpatik dipakai untuk mengisi kembali energi dan glukosa yang terkuras oleh sistem saraf simpatis. Ini memungkinkan organ-organ internal untuk beristirahat dan pulih, tetapi sistemnya lambat dalam mengembalikan badan kembali ke homeostasis.
Ini alasannya ialah hormon yang dilepaskan eksklusif ke pedoman darah oleh sistem saraf simpatik membutuhkan waktu usang untuk dipakai oleh badan atau dilawan oleh sistem saraf parasimpatis.
Sumber https://infoana.comm