Tuesday, February 28, 2017

√ Teknik Memakai Lampu Sein Yang Tepat

Adanya piranti keselamatan di kendaraan beroda empat menjadi satu keharusan. Lampu sein salah satu di antaranya. Lampu yang didesain berkedip-kedip berwarna kuning tersebut diciptakan untuk mencegah kecelakaan dikala kendaraan beroda empat hendak berbelok atau pindah jalur.

Kegunaan lampu sein tidak hanya tanda untuk belok atau pindah jalur. Lampu sein juga sanggup dipakai untuk memberitahukan kepada pengendara lain jikalau Anda ingin tetap berada di jalur tersebut, atau sanggup juga membuktikan jikalau di depan ada kendaraan berlawanan dikala Anda ingin menyalipnya.

Untuk mengoperasikan piranti keselamatan tersebut pengemudi punya tugas utama dan penting. Sayangnya masih banyak yang belum tahu dan paham wacana teknik yang sempurna dikala menyalakan lampu sein.


"Ada teknik yang sempurna dikala menyalakan lampu sein. Sebaiknya menyalakan lampu sein 5-6 detik atau 30 meter sebelum kendaraan beroda empat berbelok, berhenti atau menyalip. Ini dimaksudkan biar pengendara lain sanggup mengatur kecepatan dan sanggup menawarkan kesempatan," terang Instruktur Safety Institute Indonesia, Dhany Ekasaputra.

Penggunaan lampu sein juga telah diatur dalam UU no 22/2009 Pasal 112 yang berbunyi, "Pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah wajib mengamati situasi kemudian lintas di depan, di samping, dan di belakang kendaraan. Selain itu, pengemudi menawarkan aba-aba dengan lampu penunjuk arah atau aba-aba tangan."

"Lampu sein dihentikan mati. Jika hal itu hingga terjadi, kendaraan beroda empat yang ada di depan maupun belakang tidak tahu kendaraan beroda empat Anda akan berbelok atau menyalip," tutup Dhany.

Selain itu menyalakan flash hazard kendaraan beroda empat ialah cara unik gres untuk menyatakan terima kasih. Bisa jadi alasannya ialah Anda telah menawarkan kesempatan bagi mereka untuk lebih dulu memakai jalan di persimpangan dan lain sebagainya.

Namun patut diketahui, bahwa kedipan lampu hazard yang diberikan hanya dua kali, yang berarti terima kasih atau dalam bahasa Inggris thank you. Bukan lebih dari itu atau untuk terus-terusan. Apakah ini sanggup diterapkan di Indonesia dan menjadi bahasa baku bagi kalangan pengendara? tampaknya menarik.

Sumber : kompasiana

Sumber http://www.blogotech.net