Saturday, July 1, 2017

√ Model Model Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran tematik merupakan model aktivitas pembelajaran dengan memadukan materi antar mata pelajaran (mengabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema tertentu). Jenis Pelaksanaan aktivitas pembelajaran  dengan cara ini sanggup dilakukan dalam dua cara. Yaitu Cara pertama, dengan menyajikan beberapa mata pelajaran dalam proses pembelajaran pada tiap pertemuan. Adapun cara yang kedua, yaitu dengan manyajikan satu mata pelajaran saja pada setiap kali pertemuan (pemisahan mata pelajaran). Untuk membuat keterkaitan antar mata pelajaran tersebut khususnya pada cara kedua ini keterpaduannya diikat dengan memilih satu tema yang yang sanggup menyatukan semua konsep keterkaitan antar mata pelajaran tersebut (pemersatu).  dalam menciftakan keterikatan ini, harus dipahami bahwa keterpaduannya ini tidak hanya mencakupi meteri asuh saja akan tetapi juga mencakupi penggunaan media asuh menyerupai LCD, media computer dan aneka macam media lainnya baik yang elektronik ataupun median sederhana. Dengan alasan di atas tersebut maka jenis pembelajaran tematik ini sering juga dinamakan sebagai pembelajaran terpadu (integrated learning).

 Model pembelajaran tematik merupakan model aktivitas pembelajaran dengan memadukan materi  √ Model Model Pembelajaran Tematik
Model Model Pembelajaran Tematik 

Satu hal yang harus dipahami kalau cara yang dipakai oleh pendidik dalam megemaskan pengalaman berguru sangat besar lengan berkuasa terhadap kebermaknaan proses berguru tersebut bagi akseptor didik. Adapun Pengalaman berguru yang dirancang oleh pendidik ini yang menandakan keterkaitan unsur-unsur konseptual antar mata pelajaran tersebut, sanggup mengakibatkan pembelajaran lebih efektif bagi akseptor didik. Hasil Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, dan kebulatan pandangan wacana kehidupan konkret hanya sanggup direfleksikan melalui pembelajaran tematik(terpadu) (William dalam Udin Sa’ud, 2006).

Forgaty (1991) mengemukakan bahwa cara memadukan konsep, keterampilan, topic dan unit tematisnya dalam pembelajaran tematik ini sanggup diterapkan dengan mengunakan cara-cara atau model dalam merencanakan pembelajaran tematik. Adapun model tersebut yakni sebagai berikut:

1. Model Sequenced (Urutan/Rangkaian)
Adapun Model sequenced ini merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel. Sebagai pola yakni memadukan pada mata pelajaran IPA dan matematika wacana dalam meteri pengukuran pengukuran. Untuk meteri pembelajaran Pelajaran IPA mengunakan suhu(Kelvin, derajat, Fahrenheit, Reamur sebagai tema pelajaran tersebut. sedangkan untuk mata Pelajaran matematika mengunakan cara pengolahan data sebagai tema pembelajaran, yang meliputi cara penambahan, pengurangan,  pembagian, dan perkalian. Kaprikornus keterikatan kedua materi tersebut saling barkaitan dalam hal perhitungan. Perkalian dan pengurangan yang meliputi pengkukuran hasil suhu yang disajikan dalam pembelajaran IPA.
Adapun yang menjadi Kelebihan dari model ini yakni dalam hal penyusunan urutan topic, dimanan pendidik mempunyai kebebasan untuk memilih sendiri menurut prioritas dan tidak dibatasi oleh ketetapan yang sudah ditentukan dalam kurikulum. Sedangkan kelebihan modil ini dari sudut pandang akseptor didik, pengurutan topic yang bekerjasama dari disiplin yang berbeda (anatar disiplin ilmu) akan memudahkan akseptor didik untuk memahami isi mata pelajaran. Mengenai Kelemahan dari model sequencedini  antara lain yakni dibutuhkan kerjasa yang erat antara guru-guru bidang studi yang terkait dalam hal pengurutan materi ajar, dengan tujuan untuk membuat kesesuaian antara konsep konsep materi asuh yang diajarkan. 

2. Model shared
Jenis Model pembelajaran model Shared ini merupakan mode pembelajaran berbentuk pemaduan pembelajaran yang diakibat adanya “overlapping” konsep atau inspirasi pada dua mata pelajaran atau lebih. Adapun continhya yakni menyerupai menggabungkan 2 mata pelajaran atau lebih dalam satu tema, menyerupai pemeblajaran mengenai konsep pelajaran Iman dalam pelajaran Akhidah Akhlaq akan sanggup bertumpang tindih dengan konsep pembelajaran  Rukun keyakinan dalam pendidikan Ilmu Fiqih dan lain sebagainya. Yang menjadi kelebihan dari konsep model pembelajaan ini yakni dalam hal mentransfer konsep konsep tersebut secara lebih terperinci sehingga akseptor didik menjadi lebih gampang memhahami dan melaksanakan konsep sonsep tersebut. adapun Kelemahan dari model ini yakni dibutuhkan kerja ekstra dari para pendidik antar mata pelajaran yang terkait tersebut untuk mendiskusikan dan menyatukan konsep pemikiran dalam menyususun planning model pembelajaran ini. 

3. Model Jaring Laba-laba (Web)
Sebenarnya model pembelajarn ini agak bertolak belakang dengan konsep pendekatan tematis sebagai pemadu materi dan aktivitas palaksanaan aktivitas pembelajaran. Jenis model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman berguru melalui keterpaduan tema ajar, dan fungsi dari tema tersebut yakni sebagai pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Permulaan dari model pendekatna ini dimulai dengan memilih tema pembelajaran tertentu. Adapaun penentuan tema pembelajaran ini sanggup ditetapkan dengan cara melaksanakan negoisasi dengan akseptor didik, dan juga sanggup dilakukan dengan cara diskusi anatar sesama pendidik. Jika penentuan tema tersebut sudah disepakati, kemudian dilanjutkan dengan menyebarkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya tersebut dengan bidang studi lainnya. Kemudian dari Dari sub-sub tema inilah aktifitas berguru dikembangkan dengan melibatkan akseptor didik sebagai objek.  Sebagai contoh, tema yang sudah ditentukan bersama yakni “Keluarga”. Dari tema keluarga ini dikembangkan dan dipadukan menjadi sub-sub tema yang ada pada beberapa mata pelajaran tertentu, menyerupai pelajaran IPS dengan Standar Kompetensi yakni “mendeskripsikan lingkugan rumah”,  Peserta didik diajarkan untuk mendeskripsikan lingkungan rumahnya masing-masing.

(Baca Definisi dan Karekteristik Pembelajaran Tematik )
(Baca Landasan Pembelajaran Tematik )

Adapun Kelebihan dari pendekatan tematik ini sanggup memotivasi akseptor didik untuk melaksanakan penyeleksian tema sesuai dengan minat mereka. adapun Kekurangan dari model ini yakni kesulitan bagio pendidik dalam memilih tema pembelajaran, para pendidik lebih suka menetukan tema pembelajaran yang lebih gampang mereka ajarkan (tema yang tidak begitu dalam) sebagi konsekwensinya tema tersebut menjadi kurang berkesan ataupun bermanfaat bagi akseptor didik.

4. Model Threaded 
Model Threaded merupakan model pembelajaran yang menyebarkan pokok gagasan dengan berfokus pada meta curriculum (metakurikulum). Contohnya untuk melatih keterampilan berfikir akseptor didk (problem solving) dari beberapa mata pelajaran maka ditentukanlah beberapa kepingan materi yang merupakan kepingan dari pokok matari yang menyajikan problem solving. Sebagai pola Seperti materi komponen memprediksi, meramalkan insiden yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan, hipotesis laboratorium dan lain sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan. Adapun jenis Keterampilan yang dipakai dalam model threaded diubahsuaikan dengan tingkat perkembangan usia akseptor didik.

5. Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated sanggup di jabarkan senagai model Pembelajaran yang memadukan sejumlah tema/topik dari mata pelajaran yang berbeda tetap memepertahankan esensinya. Secara khusus model integrated ini yakni model pembelajaran terpadu yang memakai pendekatan antar bidang studi tertentu. Jensi Model ini merupakan model yang menggabungkan bidang studi dengan cara memutuskan prioritas kurikuler, keterampilan, konsep dan perilaku yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran tertentu. Dalam memilih tema pembelajaran, pendidik diharuskan untuk melekukan penyeleksian terlebih dahulu terhadap konsep dari beberapa mata pelajaran yang ditentukan, untuk selanjutnya maka ditentukanlah satu tema tertentu yang sanggup memayungi dari beberapa mata pelajaran tersebut dalam satu paket pembelajaran dari tema yang sudah ditentukan tersebut. Adapun yang menjadi kelebihan dari model integrated ini yakni akseptor didik akan termotivasi dalam berguru dikarenakan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar aneka macam disiplin ilmu (mata pelajaran), disamping juga sanggup memperluas wawasan mereka terhadap materi yang disam;paikan tersebut. adapun yang menjadi Kelemahan dari model ini yakni pendidik akan membutuhkan waktu yang usang untuk memilih kesesuaian antar mata pelejaran tersebut, kerana kesulitan dalam mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang mata pelajaran lainnya baik dari segi keterikatan keterampilan, konsep dan sikap. 

6. Model Networked 
model pembelajaran yang mengendalikan kemungkinan pengubahan konsep, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan gres sehabis siswa mengadakan studi lapangan dan situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda. Model Networked merupakan model pembelajaran yang melibatkan kerjasama antara akseptor didik siswa dengan spesialis (expert) yang berposisi sebagai nara sumber dalam mencari data, keterangan, atau lainnya yang terkait dengan meteri pelajaran. Moel pembelajarn netwoworked ini memungkinkan akseptor didik untuk mengendalikan kemungkinan adanya pengubahan konsep, bentuk pemecahan masalah, ataupun tututan kentrampilan gres sebagai hasil dari mengadakan studi lapangan. Adapun nara Sumber/sumber yang dipakai sanggup berupa buku bacaan, internet, kanal radio, TV, atau mahir lainya yang sesui dengan tuntutan materi pembelajaran. Peserta didik sanggup memperluas pola pikir belajarnya sendiri, dalam artian artinya akseptor didik akan termotivasi berguru lantaran adanya rasa ingin tahunya yang besar pada diri mereka sendiri.Yang menjadi kelebihan dari model pembelajaran networked ini yakni akseptor didik sanggup memperluas cakrawala berpikirnya yang meliputi aspek pengetahuan tertentu disamping jiga sanggup meningkatkan rasa ingin tahunya terhadap objek yang disajikan dalam materi pembelajaran. Salah satu Kelemahan dari model ini yakni adanya kesulitan pendidik dalam menyediakan nara sumber sebagai objek akseptor didik dalam menggali konsep pengetahuan yang disebabkan oleh lantaran keterbatasan akomodasi yang dimiliki oleh sekolah ataupun para mahir pada bidang tertentu yang ada di sekitar lingkungan sekolah. 


Sumber http://www.pondok-belajar.com/