Tokoh Aliran Fisafat Pendidikan Humanistik
1. MASLOW
Maslow (1969) menyebutkan psikologi humanistic sebagai "koalisi banyak sekali sempalan psikologi ke dalam suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu, sebagaimana disebutkan Maslow, berwujud akreditasi bahwa species insan mempunyai ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang unik ; terdapat nilai-nilai utama universal yang menjadi bab dari alam biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari ; tujuan utama segenap upaya insan ialah realisasi diri atau aktualisasi diri - yakni pengungkapan dan penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan secara penuh. Dia memberi pengutamaan pada spontanitas, kendali internal, dan keunikan mahusia, serta pada masalah-maslah existensial, dan memnerikan konsep tantang insan sebagai makluk yang creative yang dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan dari luar maupun oleh kekuatn-kekuatan tidak sadar melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan sendiri.
![]() |
Pendapat Tokoh Aliran Fisafat Pendidikan Humanistik |
2. ROGER
Roger beropini bahwa proses mencar ilmu mengajar akan optimal apabila siswa terlibat secara penuh atau eksklusif dan sungguh serta berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses mencar ilmu mengajar. Proses pendidkan berpusat pada anak didik, dalam hal ini tugas guru dalam proses pendidikan adlah sebagai pasilitator dan proses pembelajaran dalam konteks proses inovasi yang bersipat mandiri. Searah dengan pendangan tersebut maka hakikat pendidikan ialah fasilitator baik dalam aspect kognitif, afektive, dan psikomotorik, untuk itu seorang pendidik harus bisa menbangun suasana mencar ilmu yang aman untuk mencar ilmu mandiri. Proses mencar ilmu hendaknya merupak acara untuk mengexploritasi di yang memungkinkan pengembangan keterlibatan secara aktif subject didik untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamn belajar.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka system mencar ilmu yang cocok untuk pendidikan humanis ini ialah Enquiry Discovery yakni mencar ilmu penyelidikan dan penemuan. Dalam proses mencar ilmu mengajar system Enquiry Discovery ini guru tidak akan menyajikan materi pelajaran dalam bentuk final, dengan kata lain guru hanya menyajikan sebagian, selebihnya siswa yang mencari atau menemukan sendiri.
Adapun tahapan dalam mekanisme Enquiry Discovery adalah:
1. simulation (simulasi/pemberi rangsangan), yakni melalui acara proses mencar ilmu mengajar dengan mengajukan pertanyaan, usulan membaca buku, aktifitas mencar ilmu lainyan yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2. Problem statement (pernyataan / identifikasi masalah), yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasikan sebanyak mungkin agenda-agenda dilema yang relevan dengan materi pelajaran, kemudian dipilih salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3. Data collection (pengumpulan data), yakni memberi kesempatan kepad para siswa untuk mengumpulkan gosip sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
4. Data prosesing (pengolahan data), yakni mengolah data dan gosip yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sabagainya kemudian ditafsirkan.
5. Verification (pentahkikan), yakni melaksanakan investigasi secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dihubungkan dengan data prosesing.
6. Generalization (generalisasi), yakni menarik sebuah kesimpulan yang sanggup dijadikan sebuah kesimpulan yang sanggup dijadikan prinsip umum.( Syah, Muhibbin,2004)
3. ARTHUR W. COMBS
Arthur W. combs beropini bahwa pendidikan yang baik ialah dengan mengunakan pendekatan tingkah laris (behavioristict approach) terhadap ilmu psycholog yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan tehnik inferential) guru berperan memahami tingkah laris anak didik sehingga memudahkan guru untuk mengikuti keadaan dengan dilema pembelajaran yang disertai kebanggaan dan hukuman. Disini guru harus memahami individu anak didik semoga hubungan dengan siswa lebih hangat dan lebih manusiawi, dengan memahami bagaimana tumpuan pikir siswa, perasaan, perasan, namun lebih menekankan kepada rangsangan pengembangan tumpuan pikir anak didik.
4. FANTINI.
Menurut Fantini Tujuan pedidikan yang tolong-menolong ialah berdasarkan sebuah kurikulum yang berlandaskan tujuan dari pendidikan tersebut. Lebih jauh beliau menjelaskan, pendidikan pada masyarakat biasa seharusny. harus dititik beratkan pada dilema kemanusian, dengan cara yang terbaik berdasarkan tujuan dari pada pendidikan tersebut. Dewasa ini kebanyakan sekolah rancangan kurrikulum didasarkan pada kepentingan disiplin ilmu (content), jarang sekali kurrikulum itu di rancang sesuai dengan keadaan anak didik, yang sesuai dengan tumpuan pikir, interest, tingkah laris dan motovasi anak didik. Kaprikornus disini Fantini menekankan rancangan pedidikan harus relavant dengan keadaan anak didik, dimana siswa yang kurang berprestasi di berikan materi yang relavant dengan tumpuan pikirnya untuk meningkatkan prestasi merek. Kaprikornus disini guru harus memahami subject yang diberikan terhadap tumpuan pikir anak sebelum membawa merekan kedalam proses mencar ilmu mengajar.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran berdasarkan pandangan psikologi humanistic yaitu:
1. Setiap individu mempunyai kemampuan bawaan untuk belajar.
2. Belajar akan bermanfaat bila siswa menyadari manfaatnya.
3. Belajar akan berarti bila dilakukan lewat pengalaman sendiri dan uji coba sendiri.
4. Belajar dengan prakarasa sendiri penuh kesadaran dan kemampuan sanggup berlangsung lama.
5. Kreatifitas dan kepercayaan dari orang lain tumbuh dari suasana kebebasan.
6. Belajar akan berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktif dan disiplin setiap acara belajar.
Setelah kami menandakan pendapat keempat tokoh aliran humanistic kurrikulum sebagaiman yang dijelaskan di atas, maka berdasakan citra diatas sanggup disimpulkan bahwa konsep aliran pendidikan ini sangat menitik beratkan pada keadaan, tumpuan pikir, interest dan kondisi anak, maksudnya kurikulum yang di rancang harus sesuai dengan aspek-aspek perkembangan anak didik (peserta didik). Disamping itu tumpuan aliran ini juga sangat memperhatikan tumpuan perkembangan psychology anak, dan lingkungan keberadaan anak didik (peserta didik). Disamping itu jenis filsafat pendidikan humanistik ini boleh dikatagorikan kedalam bentuk perancangan kurikulum yang merujuk kepada anak didik (student center) dimana anak didik akan mengikuti proses pembelajaran mereka sesuai dengan apa yang mereka inginkan (interest).
Sumber http://www.pondok-belajar.com/