Contoh PTK (Penerapan Model Pembelajaran Sanggar Sastra dalam Mengapresiasi Puisi pada Siswa kelas IX SMP Negeri 2 Pasie Raja)
Latar Belakang Masalah
Ruang lingkup pengajaran bahasa Indonesia pada tingkat SMP (SMP) sesuai dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) meliputi aspek penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami, kemampuan mengapresiasi, dan kemampuan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bila ditinjau dari aspek pembelajaran tersebut, pengajaran bahasa Indonesia di SMP meliputi duduk masalah kebahasaan dan sastra.
![]() |
Contoh Penelitian Tindakan Kelas |
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di SMP bukan hanya membekali para siswa dengan aneka macam keterampilan berbahasa semata, melainkan juga dengan aneka macam ilmu pengetahuan dan pengalaman sastra. Dalam hal pengajaran sastra, siswa diperlukan bisa menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk berbagi kepribadian dan memperluas wawasan kehidupan.
(Baca The Validity of Research (Writing Thesis and Dessertation)
(Baca Petunjuk Penulisan Proposal Penelitian)
Pendidikan dan pengajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan haruslah menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan dalam bidang tertentu sesuai dengan jenjang pendidikannya. Pengajaran bahasa Indonesia haruslah memperhatikan hakikat bahasa dan sastra sebagai sebuah sarana komunikasi dan pendekatan pembelajaran yang dipakai harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada satu sisi bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi dan sastra merupakan salah satu hasil budaya yang memakai bahasa sebagai sarana utama dalam berkreativitas. Kita tahu bahasa dan sastra Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa dengan memakai pendekatan tertentu yang sesuai dengan hakikat dan fungsi yang tepat.
Dasar pijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam bidang sastra cukup tegas. Bidang sastra yaitu penggalan dari pendidikan humaniora yang berpedoman pada tujuan KTSP. Setiap langkah yang menyangkut metode pengajaran sastra akan diarahkan pada keberhasilan pengajaran KTSP sastra. Oleh alasannya itu, pengajaran sastra pun dituntut sesuai dengan tujuan KTSP. Oleh lantaran sastra yaitu seni yang banyak memainkan aspek subyektif, tentu pemahaman setiap individu menjadi syarat penting dalam pengembangan KTSP sastra.
Sastra merupakan suatu bentuk sistem tanda karya seni yang memakai media bahasa. Sastra tersebut hadir untuk dibaca dan dinikmati serta selanjutnya dimanfaatkan, antara lain untuk berbagi wawasan kehidupan. Ini berarti bahwa pembelajaran sastra seharusnya ditekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan salah satu bentuk karya seni yang sanggup diapresiasikan/dipentaskan kepada klayak ramai.
Pembelajaran sastra tidak sanggup dipisahkan dari empat aspek yaitu; mendengar (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Materi pembelajaran sastra dalam keempat aspek tersebut meliputi memahami dan mengapresiasikan ragam sastra, mendiskusikan ragam karya sastra, membaca, dan mengapresiasikan karya sastra yang diminati (puisi, prosa, dan drama) dalam bentuk sastra tulis yang kreatif serta sanggup menulis kritik dan esai menurut ragam sastra yang sudah dibaca.
Salah satu ragam karya sastra yaitu puisi. Puisi yaitu ragam sastra yang unik dan mengandung nilai estetika yang tinggi. Melalui puisi, penyair sanggup menuangkan semua perasaan dan keinginaannya melalui kata-kata puitis sehingga pembaca memperoleh citra wacana kehidupan penyairnya.
Pengajaran puisi pada siswa SMP terdiri atas lima kompetensi dasar yaitu, mendengarkan puisi yang disampaikan secara eksklusif ataupun melalui rekaman kemudian mengungkapkan unsur-unsur puisi, membacakan puisi, menulis puisi, membacakan dan menanggapi puisi, dan membacakan puisi karya sendiri. Kelima kompetensi dasar tersebut diajarkan dari kelas VII hingga kelas IX pada semester I dan sebagian lagi pada semester II.
Pembelajaran puisi tidak hanya terbatas pada teori wacana puisi, sekurang-kurangnya membutuhkan penghayatan dan kecintaan terhadap puisi. Selain itu dalam mempelajari dan mengapresiasi puisi dibutuhkan talenta dan pemahaman akan puisi. Oleh alasannya itulah, pengajar harus menanamkan kecintaan dan pemahaman apresiasi puisi kepada siswa melalui aneka macam metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan KTSP.
Selama ini pengajaran puisi di sekolah masih belum maksimal. Kekurangan pengajaran tersebut sebagian besar menyangkut duduk masalah seni administrasi pembelajaran. Padahal pembelajaran sastra mutakhir sanggup dilakukan dengan memakai aneka macam model pembelajaran. Endraswara (2003:85-195) menyampaikan ada lima model yang mungkin dipakai dalam pembelajaran dan pengajaran sastra yang berbasis KTSP, yaitu: model sanggar sastra, model worksop sastra dan bengkel sastra, model laboratorium sastra, model pragmatik sastra, dan model Literature Based Thematic.
Pengajaran sastra yang diperlukan yaitu terciptanya pengalaman sastra. Pengalaman bersastra lebih berharga dibanding pengetahuan bersastra. Untuk itu, pengajaran KTSP sastra berusaha menanamkan pengalaman kasatmata dan bukan sekedar memberi pengetahuan sastra semata. Sistem dan seni administrasi pengajaran yang efektif dan efisien selalu diupayakan dan dilakukan oleh guru dengan beberapa model pengajaran yang sesuai dengan KTSP sastra. Model-model sebagaimana yang disebut oleh Endraswara di atas, lebih lanjut akan diuraikan dalam penggalan II skipsi ini.
Sehubungan dengan model-model tersebut, peneliti telah menentukan dan menerapkan salah satu model pembelajaran dan pengajaran sastra yang dikemukakan oleh Endraswara. Model yang dimaksud yaitu model sanggar sastra. Model sanggar sastra merupakan pilihan (model) pengajaran KTSP sastra yang cocok menjadi jalur alternatif pengajaran sastra di sekolah biar siswa menerima pengalaman bersastra secara mendalam. Melalui sanggar sastra, siswa juga akan diajak mengelola organisasi berjulukan sanggar sastra.
Sanggar sastra merupakan sebuah wadah acara sastra. Aktivitas sastra yang dilakukan sangat beragam, menyerupai membuat karya sastra, menampilkan karya sastra, mengapresiasi karya sastra, dan lain-lain. Aktivitas sanggar sastra di sekolah lebih sebagai pendukung kegiatan ekstrakurikuler yang “manasuka” sifatnya. Produk atau karya sanggar sastra di sekolah sanggup berupa buletin tidak rutin, majalah musiman, atau pun majalah dinding sederhana, dan pentas berskala kecil, tetapi tetap berisi sastra.
Penggunaan model sanggar sastra ini, disamping meningkatkan talenta dan kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi juga bertujuan sebagai uji-coba ketepatgunaan model sanggar sastra dalam pembelajaran puisi. Oleh lantaran itulah, penulis menerapkan model sanggar sastra ini di SMP Negeri 2 Pasie Raja. Pemilihan SMP Negeri 2 Pasie Rajasebagai daerah penelitian lantaran di SMP tersebut belum menerapkan model sanggar sastra dalam pengajaran KTSP sastra, selain itu penulis juga merupakan salah seorang guru pengajar bidang studi bahasa Indonesia di SMP tersebut. Adapun judul lengkap penelitian ini yaitu “Penerapan Model Pembelajaran Sanggar Sastra dalam Mengapresiasi Puisi pada Siswa kelas IX SMP Negeri 2 Pasie Raja”.
1. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah, apakah dengan menerapkan model pembelajaran sanggar sastra dalam mengapresiasi puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Pasie Raja, hasil pembelajarannya akan lebih meningkat.
Secara lebih rinci duduk masalah tersebut yaitu sebagai berikut.
a. Bagaimana proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Pasie Rajadengan model sanggar sastra?
b. Bagaimana proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Pasie Rajayang tidak memakai model sanggar sastra?
c. Apakah terdapat perbedaan antara hasil mencar ilmu siswa yang menerapkan model sanggar sastra dengan hasil mencar ilmu siswa yang tidak menerapkan model sanggar sastra dalam mengapresiasi puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Pasie Raja?
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut.
a. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Pasie Raja dengan model sanggar sastra.
b. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Pasie Raja yang tidak memakai model sanggar sastra.
c. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara proses dan hasil mencar ilmu siswa yang menerapkan model sanggar sastra dengan hasil mencar ilmu siswa yang tidak menerapkan model sanggar sastra dalam mengapresiasi puisi pada siswa kelas XI SMP Negeri 2 Pasie Raja
3. Manfaat penelitian
Berpedoman pada latar belakang dan tujuan yang ingin dicapai, maka manfaat dari penelitian yaitu sebagai berikut.
1) Karya ilmiah ini sanggup menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis wacana penerapan model sanggar sastra dalam pembelajaran sastra khususnya puisi.
2) Laporan penelitian ini merupakan materi masukan bagi sekolah dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam mengaplikasikan model sanggar sastra dalam upaya meningkatkan hasil mencar ilmu siswa dan pelaksanaan pembelajaran sastra yang lebih baik.
Siswa lebih termotivasi meningkatkan prestasi mencar ilmu khususnya di bidang puisi dengan memakai model sanggar sastra.
Sumber http://www.pondok-belajar.com/