Pengertian Amanat
Amanat merupakan maksud atau tujuan yang hendak disampaikan pengarang melalui karyanya, biasanya secara tersirat atau tersurat. Suroto (1990:89) menyampaikan sebagai berikut:
“Biasanya untuk memberikan sebuah tema, penulis/pengarang tidak akan berhenti pada pokok persoalannya saja, akan tetapi disertakan pula cara pemecahannya atau solusi/jalan keluar untuk menghadapi kasus yang ada. Hal ini sangat bergantung pada pandangan dan pemikiran pengarang. Pemecahan kasus biasanya berisi pandangan pengarang perihal bagaimana sikap kita kalau kita menghadapi sebuahpersoalan tersebut. Maka hal yang demikian itulah yang sanggup disebutkansebhagai amanat atau pesan dalam sebuah cerita”
![]() |
Amanat dan Peristiwa Cerita dalam Sebuah Cerita |
(Baca Pengertian Cerpen dan Struktur Penulisannya)
(Baca Pengertian Jenis dan Tingkatan Tema dalam Sebuah Penulisan)
Kita tahu bahawa, Amanat pada umumnya terungkap melalui percakapan atau obrolan tokoh dengan barisan pendampingnya, menyerupai tokoh lingkungan alam, bawahan, dan monolog berupa konfrontasi dengan jiwanya sendiri. Tokoh yang digambarkan berwatak humanis akan memberikan pesan-pesan perdamaian dan saling kasih menyayangi sesama manusia. Tokoh koruptor biasanya digambarkan akan kalah, lantaran tidak sanggup melawan kenyataan hidup yang dilandasi aturan dan susila kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.
Melalui karya sastra, seorang pengarang menumpahkan isi hatinya dengan maksud tertentu. Pengarang menyisipkan aneka macam amanat dengan tujuan menyadarkan insan dari kelupaan, mengingat kembali aturan yang berlaku, mengajak insan untuk berpikir dan berzikir. Yang terpenting, pengarang menginginkan pembaca sanggup menghayati amanat dalam karya sastra tersebut serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pengarang mengemukakan kasus kehidupan dan sikap-sikap serta anutan yang patut diteladani oleh pembaca semoga pembaca sanggup mengikuti dan membedakan nilai anutan yang patut diikuti dan nilai anutan yang seharusnya dibuang. Dengan demikian, suatu karya sastra sanggup dikategorikan bermanfaat atau bahkan sangat bermanfaat bagi dirinya sebagai pembaca. Di sinilah terbukti bahwa karya sastra itu menawarkan kesadaran kepada pembacanya perihal kebenaran-kebenaran hidup ini. Karena dari karya sastra itu, sanggup diperoleh pengetahuan dan pemahaman yang mendalam perihal manusia, dunia, dan kehidupan. Pembaca juga mendapat penghayalan yang mendalam terhadap apa yang selama ini telah diketahuinya.
Pengertian Peristiwa Cerita (Alur atau Plot)
Pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada umumnya ialah jalan kisah yang dibuat oleh urutan/tahapan-tahapan insiden sehingga menjalin suatu kisah yang dihadirkan oleh pelaku kisah dalam suatu kisah tersebut. Nurgiyantoro (2005:111) menyebutkan bahwa secara tradisional/masa dulu, orang juga sering mempergunakan istilah alur atau jalan cerita, sedangkan dalam teori-teori yang berkembang kemudian dikenal adanya istilah struktur susunan, naratif, susunan, dan juga sujet. Jenis penyamaannya begitu saja antara jalan kisah dengan plot, bahkan ada juga yang mendefinisikan plot sebagai jalan cerita, itu bekerjsama kurang cocok/tepat. Benar Plot memang mengandung unsur-unsur jalan sebuah kisah atau tepatnya urutan insiden demi insiden yang susul-menyusul, namun lebih dari sekedar jalan kisah atau rangkaian insiden dalam kisah tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikemukakan Nurgiyantoro, Sumardjo (2004:15) mendeskripsikan bahwa plot dengan jalan kisah memang tak sanggup dipisahkan, tetapi harus dibedakan. Jalan kisah memuat peristiwa. Tetapi sesuatu insiden ada lantaran ada sebabnya, ada alasannya. Yang menggerakan insiden kisah tersebut ialah plot. Suatu insiden gres sanggup disebut kisah kalau di dalamnya ada perkembangan kejadian. Suatu insiden berkembang kalau ada yang mengakibatkan terjadinya perkembangan, dalam hal ini konflik.
Intisari dari plot memang konflik. Tetapi suatu konflik dalam cerpen tak sanggup dipaparkan begitu saja. Harus ada dasarnya. Maka itu, plot dikupas menjadi elemen-elemen berikut: (1) pengenalan, (2) timbulnya konflik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks, dan (5) pemecahan soal.
Unsur-unsur tersebut merupakan unsur plot yang berpusat pada konflik. Dengan adanya plot tersebut menyerupai di atas, pembaca dibawa dalam suatu keadaan yang menegangkan, timbul suatu suspanse dalam cerita. Suspanse inilah yang menarik pembaca untuk terus mengikuti cerita.
Menurut Sumardjo (2004:16), konflik digambarkan sebagai pertarungan antara protagonis dengan antagonis. Protagonis ialah pelaku utama cerita, sedangkan antagonis ialah faktor pelawannya atau tokoh lawan protagonis. Antagonis tak perlu berupa insan atau makhluk hidup lain, tetapi sanggup situasi tertentu, alam, Tuhan, kaidah norma, kaidah sosial, dirinya sendiri, dan sebagainya. Dengan demikian, kunci untuk plot suatu kisah ialah menanyakan apa konfliknya. Konflik kisah gres sanggup ditemukan sesudah pembaca mengikuti jalan ceritanya, yaitu agresi fisik yang digunakan pengarang menyatakan plotnya.
Dalam kisah fiksi atau cerpen, urutan tahapan insiden sanggup beraneka ragam. Montage dan Henshaw (dalam Aminuddin, 2000:84), misalnya, menjelaskan bahwa tahapan insiden dalam plot suatu kisah sanggup tersusun dalam tahapan exposition, yakni tahap awal yang berisi klarifikasi perihal kawasan terjadinyasuatu peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang mendukung kisah tersebut; tahap inciting force, yakni tahap dikala timbul kehendak, kekuatan, maupun sikap yang bertentangan dari pelaku; rising action, yakni situasi panas lantaran pelaku-pelaku dalam kisah mulai berkonflik; crisis, situasi semakin panas dan para pelaku sudah diberi citra nasib oleh pengarangnya; climax, merupakan sebuah situasi klimax/puncak dikala konflik berada dalam kadar yang ter tinggi hingga para pelaku itu mendapat kadar nasibnya sendiri-sendiri; falling action, merupakan kadar konflik sudah menurun sehingga msalah/ketegangan dalam kisah tersebut sudah mulai mereda hingga menuju conclusion atau penyelesaian selesai kisah tersebut.
Selanjutnya, Nurgiyantoro (2005:142) menyatakan bahwa plot prosa fiksi, secara umum terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
(1) Tahap Awal
Tahap awal sebuah kisah biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap ini biasanya berisi info awal perihal tokoh dan latar cerita. Dalam hal ini pengarang memperlihatkan dan memperkenalkan, menyerupai nama-nama tempat, suasana alam, waktu kejadian, dan pengenalan tokoh cerita. Selain itu, pada tahap ini konflik bertahap mulai dimunculkan.
(2) Tahap Tengah
Tahap tengah disebut juga dengan tahap pertikaian. Dalam tahap ini kontradiksi atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. Pada tahap inilah inti kisah disajikan, tokoh-tokoh memainkan kiprahnya masing-masing, fungsional /peristiwa-peristiwa penting dikisahkan, konflik berkembang semakin parah/meruncing, menegangkan/deg-degan, dan mencapai puncak/klimaks dan pada umumnya tema pokok, makna pokok kisah diungkapkan pula. Pada kepingan inilah pembaca memperoleh ”cerita”, memperoleh sesuatu dari acara pembacaannya tersebut.
(3) Tahap Akhir
Tahap selesai kisah disebut juga dengan tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai jawaban klimaks. Tahap ini berisi bagaimana kesudahan kisah atau menyaran bagaimanakah selesai sebuah cerita: kebahagiaan (happy ending) atau kesedihan (sad ending).
Sumber http://www.pondok-belajar.com/