Saturday, September 9, 2017

√ Model Pembelajaran Problem-Based Learning Dalam Kurikulum Tiga Belas (K13)


Model Pembelajaran Berbasis Masalah [Problem-based Learning] dalam Kurikulum Tiga Belas (K13). Salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum Tiga Belas K.13 yaitu model pembelajaran yang mengunakan Masalah sebagai materi pembelajaran. Dimana model ini memakai dilema sebagai dasar proses pembelajaran/Berbasis Masalah [PBL]. Problem Based Learning atau lebih dikenal dengan Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu dimana model pembelajaran yang memakai dilema dalam kehidupan sehari-hari (otentik) dan dilema tersebut bersifat terbuka untuk diselesaikan oleh penerima didik dalam berbagi keterampilan mereka dalam berpikir, keterampilan menuntaskan masalah, keterampilan bersosial, keterampilan untuk sanggup mencar ilmu lebih mandiri, dan membangun/memperoleh pengetahuan baru. 


 Salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum Tiga Belas K √ Model Pembelajaran Problem-based Learning dalam Kurikulum Tiga Belas (K13)
Problem Based Learning Model
Pembelajaran ini secara kontras berbeda dengan pola pembelajaran konvensional umumya yang jarang memakai dilema faktual atau hanya memakai dilema faktual di tahap selesai proses pembelajaran sebagai dasar penerapan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Adapun bentuk Pemilihan dilema faktual tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaian dengan pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

(Baca Model Pembelajaran Inkuiri Dalam K13)

Jika dikaji dari sudut  psikologi pembelajaran, dasar model pembelajaran ini didasarkan pada jenis psikologi kognitif yang berazas pada perkiraan kalau aktivitas pembelajaran itu yaitu sebuah proses perubahan tingkah laris yang didasarkan pada pengalaman pembelajaran. Dengan memakai model pembelajaran ini, penerima didik sanggup berkembang secara menyeluruh, boleh dikatakan kalau perkembangan penerima didik tidak hanya didasari pada perkembangan kognitif saja, akan tetapi juga mencakupi perkembangan dalam bidang affektif dan psikomotor penerima didik. Perkembangan ini terjadi secara pribadi (secara otomatis) melalu aktivitas pembelajaran siswa dalam menyelesaiakan permasalah yang disajikan oleh guru mereka sesuai dengan lingkungan sekolah dan masyarakat. 


pendekatan Model pembelajaran berbasis dilema ini memakai aspek psikologi kognitif sebagai sarana pendukung teoritisnya. Yang menjadi fokus dari pendekatan pembelajaran ini yaitu keaktifan penerima didik dalam memikirkan segala alternatif penyelesaian permasalah yang telah disajikan, bukan pada aktivitas apa yang mereka kerjakan dalam proses belajaran.

Sama halnya dengan model pembelajaran lain  dalam Kurikulum tiga Belas (K.13) dimana setiap model pembelajaran menyajikan tahapan-tahapan pembelajaran yang digunakan sebagai pola dasar dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran didalam kelas. Adapun jenis tahapan dalam model pembelajaran berbasis dilema ini adalah: Pengenalan tehadap masalah/orientasi, penyusunan masalah/organisasi, penyelidikan terhadap masalah, Pengembangan dan penyelesaian masalah, Analisis dan penilaian proses penyelesaian masalah.

Untuk lebih jelasnya dari tahapan pembelajaran Problem Based Learning yang disebutkan diatas (Arends :2012 dan Fogarty:1997) sanggup digambarkan/dijabarkan berikut ini: 

1. Tahap Orientasi

Tahap orientasi juga boleh dikatakan sebagai tahap permuliaan, dimana kiprah guru ditahapan ini hanya menentukan dan menyajikan dilema kepada penerima didik [outentik] sebagai topik pembelajaran. 

2. Tahap organisasi/penyusunan pembelajaran

Pada tahap ini, Guru membimbing penerima didik untuk memahami permasalahan yang telah disajikan, yaitu dengan mengidentifikasi apa yang telah mereka ketahui, apa yang perlu untuk mereka ketahui, dan apa yang perlu mereka lakukan untuk menuntaskan permasalah yang telah disajikan di tahap pertama. Dalam hal ini Peserta didik diberikan peran/tugas untuk menuntaskan dilema tersebut secara bergantian.

3. Penyelidikan masalah

Pada tahap Penyelididkan ini, Guru membimbing penerima didik dalam proses mengumpulkan data/informasi (baik pengetahuan, konsep, teori) dengan memakai banyak sekali macam cara/pendekatan sebagai cara untuk menemukan banyak sekali solusi alternatif penyelesaian dilema yang telah disajikan. Dalam tahapan ini guru dituntut untuk membuka carawala berpikir penerima didik. 

4. Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian dari permasalahan

Pada tahapan ini, Guru mengarahkan penerima didik untuk menentukan solusi dari dilema yang paling sempurna dari banyak sekali alternatuve solusi pemecahan dilema yang telah ditemukan oleh penerima didik. Kemudian penerima didik menyusun laporan sebagai hasil penyelesaian masalah, baik berupa gagasan, model, bagan, atau dengan cara presentasi memakai Power Point.

5. Analisis dan penilaian proses penyelesaian masalah
Pada tahapn ini, Guru memfasilitasi penerima didik melaksanakan aktivitas refleksi atau penilaian terhadap hasil proses penyelesaian dilema yang dilakukan mereka, disamping juga memebrikan penguatan terhadap hasil penyelesaain dilema tersebut.

Dalam menentukan permasalah yang digunakan dalam model pembelajaran ini, sebaiknya guru harus merujuk kepada KD yang akan dipelajari. Ini dimaksudkan semoga materi yang disajikan dalam model pembelajaran ini sesuai dengan materi pembelajaran dalam KD tersebut. Tiap-tiap mata pelajaran akan mempunyai permasalah yang berbeda, alasannya yaitu itu guru dituntut untuk lebih peka terhadap permasalah yang ada di lingkungan sokolah ataupun lingkungan daerah tinggal penerima didik.
    
Berikut yaitu contoh-contoh permasalah faktual yang sanggup digunakan dalam penyampaian meteri Pembelajaran dengan memakai model Berbasis Masalah.

1. Mata Pelajaran IPA 
Air sungai yang ada ditempat siswa sangat keruh sehingga tidak kondusif digunakan untuk keperluan sehari-hari. Sementara itu, warga disekitar daerah tersebut tidak mempunyai alternatif  lain, selain memakai air yang ada di sungai tersebut. Bagaimanakah menuntaskan dilema tersebut?

2. Mata Pelajaran IPS

Pada Suatu keluarga yang terdiri atas tiga orang anak, dan ayah yaitu karyawan dengan penghasilan 2.500.00 rupiah perbulan, dan Ibu tidak bekerja. Minggu depan ketiga anak mereka akan melanjutkan sekolah mereka masing-masing. Anak pertama malajutkan ke jenjang pendidikan SMA. Anak keduan ke jenjang pendidikan SMP, dan anak ketiga akan masuk sekolah SD. Ketiga-tiganya memerlukan biaya dengan rincian, anak Sekolah Menengan Atas untuk pembelian seragam dan uang registrasi sekitar 1000.000, anak kedua untuk pembelian seragam dan uang pendaftaran 700.000, dan anak SD untuk pembelian seragam dan uang pendaftaran 600.000, dan ibu memerlukan sekitar 700 000 untuk biaya makan sehari-hari. Jumlah total kebutuhanya yaitu 3000000, jadi kalau dibadingakn dengan honor pendapatan ayah maka akan mengalami minus sebanyak 500.000.   Apa yang perlu dipertimbangkan oleh keluarga tersebut dalam memenentukan kebetuhanan mereka sehingga kebutuhan-kebutuhan lainnya tetap terpenuhi? 

3. Mata Pelajaran Prakarya 

Seorang Ibu yang tinggal di kota ingin menanam banyak sekali macam sayuran yang diharapkan dalam kehidupan sehari-hari. masalahnya, Ibu tersebut tidak mempunyai lahan yang cukup luas untuk menanam. Ia juga tidak mengetahui jenis sayur-sayuran yang sanggup ditanam di lahan terbatas tersebut. Bagaimanakah cara menentukan dan juga menanam jenis sayuran yang sesuai di lahan yang terbatas untuk sanggup dikosumsi seharai-hari dengan biaya yang minimal?

4. Mata Pelajaran Matematika 

Dalam keadaan darurat (kebakaran), seseorang yang terjebak di atas bangunan harus diselamatkan melalui jendela yang tingginya 6 m dengan memakai tangga. Dengan mempertimbangan keselamatan sebagai tujuan utama, tangga tersebut harus ditempatkan minimum 2 m dari dasar bangunan. Berapa panjang tangga yang mungkin untuk sanggup memcapai bangunana tersebut?



Sumber http://www.pondok-belajar.com/