NILAI MORAL DARI CERITA KANCIL DAN KURA-KURA. Cerita kancil dan kura-kura rasanya tidak aneh lagi ditelinga para pembaca, sebab dongeng ini merupakan jenis dongeng yang sering kita dengar dari kakek kita dulu dimasa kita kecil. Kita tahu bahwa masa dulu saat televisi tidak ada dan jaringan listrik negara (PLN) belum menjangkau seluruh wilayah di Indonesia rasanya yang sering dilakukan oleh belum dewasa kecil diwaktu pada malam hanya mendengarkan dongeng dari kakek ataupun nenek mereka, dan acara tersebut sudah menjadi tradisi di waktu itu. Tujuan bercerita disitu yaitu untuk menanamakan nilai moral yang ada dari dongeng tersebut kepada anak cucu mereka sehingga diperlukan sanggup menjadi sebuah ilham bagi mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sungguh indah masa itu walaupun tidak ada televisi namun kehidupan belum dewasa pada masa itu sangat bahagia menikmati masa kecilnya dimana mereka terus dipupuk dengan nilai agama dan tradisi yang ada di lingkungan mereka.
Dibawah ini saya akan menyajikan sedikit dongeng dari perlombaan lari antara kancil dan kura-kura dimana nilai moral yang ada dalam dongeng tersebut sanggup menjadi sebuah ispirasi buat kita dalam mengarungi hidup di masa sekarang.
Disuatu kawasan di dalam hutan dan jauh dari perkampungan, terlihalah seekor kancil yang sedang menuruni sebuah bukit. Ketika sedang asik-asiknya menuruni bukit tersebut, tiba-tiba terlintaslah sebuah benda yang menyerupai kelihatan mengelinding dengan cepat, melihat benda tersebut kancil merasa ingin tahu “kira-kira benda apa itu tadi yang melaju begitu cepat”. Kancil mencoba terus mengajar benda tersebut yang terus mengarah turun kebawah bukit. Ketika asik mengejar benda tersebut kancil dikejutkan oleh sekumpulan bunyi hewan yang berada di samping kencil ”horee kancil kalah, horee kancil kalah”. Rupanya sekelompok hewan tadi mengira bila kancil sedang mengadakan lomba lari dengan hewan yang sedang dikejarnya tersebut. Kancil tidak menghiraukan celotehan mereka beliau terus mengejar benda tersebut hingga hingga di bawah bukit.
Begitu kancil tiba di bawah bukit tersebut, beliau menyaksikan seokor kura-kura yang sedang merangkak. “Eh ternyata kau ya yang beguling-guling tadi?” Tanya kancil. “Iya kebiasaan saya bila menuruni bukit lebih suka mengulingkan diri biar cepat tiba di bawah” jawab kura-kura. Ketika mereka sedang asik berbicara tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sekumpulan hewan tadi “haaaa haaa haaa rupanya kancil lomba lari dengan kura-kura ya, masak kancil bisa kalah” kata salah satu dari kawanan hewan tersebut. Kancil pribadi membalas, “siapa yang belomba saya hanya mengejar saja tadi sebab saya ingin tau dengan benda yang memgelinding dengan cepat tersebut” ucap kancil. “Masak, pokoknya kami gak percaya” kata hewan lain tersebut. Mendengar ucapan tersebut sang kancil jadi terpancing rasa keegoannya, sehingga mengucapkan kata “jika kalian gak percaya coba suruh kura-kura bertanding lari dengan aku” kata kancil. Mendengar kata tersebut sekumpulan hewan tadi mengajak kura-kura untuk mendapatkan tantangan kancil, kura-kura menyetujui seruan tersebut. Tak usang lalu kancil menciptakan denah arena perlombaan tersebut, dan perlobaan akan diadakan besok hari.
Setelah waktu yang disepakati tiba, kancil dan kura-kura mengikuti perlombaan, kancil berlari dengan cepat sehingga menjadikan kura-kura jauh tertinggal dibelakang. Melihat kura-kura tidak kunjung kelihatan dibelakangnya, kancil berpikir dalam hatinya, “ngapain saya harus lari dengan cepat mending saya istirahat dulu untuk melepaskan penat”. Kemudian kancil beritirahat dibawah pohon, sebab dinginnya suasana di bawah pohon ditambah lagi dengan angin yang bertiup sepoi-sepoi menciptakan kancil mengantuk dan tertidur pulas. Kura-kura terus belari dengan lambatnya hingga karenanya mencapai garis finish. Sekumpulan hewan yang mendapati kura-kura memenangi pertandingan jadi curiga apa yang terjadi pada sang kancil sehingga tidak mencapai finish. Mereka mencari dimana posisi kancil berada. Setelah melaksanakan pencarian yang relatif usang karenanya mereka mendapati sang kancil sedang tertidur pulas. Melihat hal tersebut mereka membangunkan sang kancil dan memberitahukan bila kura-kura sudah memenangi perlombaan lari. Mendengar hal tersebut sang kancil tidak terima dan menyampaikan akan diadakan perlombaan ulang, sementara kura-kura tidak komentar apa-apa dan menyangggupi permohonan sang kancil.
Besok harinya mereka berlomba lagi dan apa kali ini sang kancil memenangkan perlomabaan lari, dengan senangnya beliau menyampaikan “lihat dulu siapa pemenangnya, jelas-jelaslah sang kancil mana bisa kura-kura yang lemot itu kalahin saya ha ahahahaha” ucap sang kancil dengan sombongnya. Mendengar ucapan sang kancil yang begitu angkuh, kura-kura berkata, “ini kan masih satu sama kemarin saya yang menangin perlombaan hari ini kamu, jadi masih ada satu perlombaan lagi gres boleh kau katakan kau pemenangnya bila kau bisa menangin pertandingan besok”. Sementara mitra hewan lain mengiyakan ucapan kura-kura. Tiba-tiba sang kancil berkata “oke saya terima tantangan kamu”. Kemudian kura-kura malanjutkan ucapanya, “untuk pertandingan besok pagi saya yang akan memilih arena perlombaan, kau cuma mengikuti apa yang saya katakan”. Setelah menetukan arena pertandingan maka mereka pergi meninggalkan kawasan tersebut, pulang ketempat tinggal masing-masing.
Ke-esokan harinya pertandinganpun dimulai, sang kacil berlari dengan cepatnya untuk mengejar garis finish, namun saat tiba di tengah perlombaan antara garis finish dan garis start, kancil harus menghentikan larinya sebab ada sungai didepanya, kancil tidak bisa berbuat apa-apa beliau hanya terpaku disitu sebab beliau tidak bisa berenang, dan lama-kelamaan terlihatlah kura-kura tiba menghampiri sang kancil dan berkata, “kenapa termangu disitu gak mau mencapai garis finih ya, ya udah kalau begitu, saya duluan ya” ucap kura-kura sambil berenang melewati sungai dan tak usang lalu sang kura-kura menang, sedangkan sang kancil pribadi pulang kerumahnya sebab merasa tertipu oleh kepicikan kura-kura untuk mengimbangan kesombangan dirinya.
Nilai moral
Kalau kita mempunyai kepandaian jangan pernah terlena dengan hanya merasa cukup dengan apa yang kita miliki, akan tetapi teruslah berusaha untuk memperbanyak lagi pengetahuan kita sehingga referensi pikir kita jadi semakin luas, dan tidak pernah mengukur kepandaian kita dengan orang lain
Kita sebagai insan ada kalanya mempunyai daya tangkap yang tinggi dan pandai, terkadang kita sering memandang rendah pada orang yang mempunyai kemampuan yang rendah. Tapi cobalah untuk lebih ulet lagi, sehingga kita tidak pernah mengukur apa yang kita ketahui dengan apa yang orang lain tidak ketahui. Disamping itu bila kita terus ulet mengasah semua potensi yang ada pada diri kita, kedepan kita niscaya akan mempunyai apa yang kita cita-citakan.
Kemampuan yang kita miliki mungkin tidak pernah sempurna, sebab selaku insan kita hanya akan mempunyai sebuah keahlian saja, jadi tetap fokus pada keahlian apa kita miliki disamping juga mengunakan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain. Misalnya kita hanya bisa menciptakan jadwal komputer, tetapi kita tidak akan bisa memperbaiki kendaraan beroda empat kita yang rusak dirumah sehingga kita akan membutuhkan batuan dari jago mekanik perbengkelan.
Sumber http://www.pondok-belajar.com/