Monday, January 1, 2018

√ In Ahsantum, Ahsantum Li Anfusikum.


“Sebenarnya bagaimana keputusannya ini? Tolong perjelas apakah saya lulus atau tidak?”, tulisnya. Nggak jelas!.
“Memangnya ada apa?”, salah seorang temannya bertanya.
“Barusan ada sesuatu. Tapi alhamdulillah saya dinyatakan lolos. Thanks, God. J”, jawabnya.
Daripada ikutan penasaran, mending saya bertanya. “lulus di aktivitas mana, Kak?”.
Beberapa waktu kemudian, ia jawab “@Zahra: ada tiga program. 1) XL Leader Future. 2) Lomba essai nasional. 3) Beasiswa BI. Alhamdulillah Allah memberiku banyak anugerah tak terduga bulan ini...”.
Aku terperangah. Wow! masya Allah. Dasar Scholarship Hunter!. Betul-betul Successed Hunter, or whatever-lah!. Aku menggelarinya Scholarship Hunter. Kalau tidak salah, ini kali ke-lima beliau sanggup beasiswa selama tiga tahun beliau kuliah di Unhas. dan kini apa yang sedang ia lakukan?. Sekarang beliau sedang di Jakarta ikut kompetisi essai nasional, tampaknya begitu.
Apakah saya iri?. hmm.. sedikit. Tapi sesudah kupikir-pikir, beliau memang pantas mendapat semua keberuntungan itu. Dia, Seniorku di SMA, mantan ketua Rohis, pernah menjabat ketua Sekbid Ketakwaan OSIS, juga aktif di Studi Club (Kimia dan Bajeng English Club), dan masih banyak kegiatan lain yang pernah ia ikuti. Semangatnya untuk sanggup bangkit diatas kaki sendiri sangat besar. Sedapat mungkin ia tak ingin menjadi orang yang bisanya hanya bergantung pada orang lain. Dan lagi, ia sangat berbakti pada ibunya. Katanya, “Jangan hingga engkau pernah menciptakan ibumu mengalirkan air mata sebab tingkahmu. Kamu tidak akan beruntung selamanya”.
Aku kenal baik keluarganya. Bagaimana tidak? Aku sekelas dengan adiknya, sahabat kursus, sahabat kelas, sekaligus sahabat bimbel dulu. Makara sering bareng ke mana-mana. Mereka keluarga yang hebat!. Aku mengenal mereka semenjak kelas enam SD, sudah berapa tahun tuh? Sudah lama!. Dan sama sekali tidak ada catatan jelek (sebatas yang ku ketahui).
Setahuku, beliau respek pada semua sahabat dan sahabatnya. Senang membantu sesama. Tanggap pada orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Mungkin sebab doa ibunya, ayahnya, dan setiap orang yang ia tolong, menyebabkan keberuntungan demi keberuntungan menyertainya.
Orang ibarat ini yang diharapkan Indonesia. Manusia yang semangat untuk berbuat kebaikan kepada banyak orang, yang cerdik membagi waktu untuk diri, keluarga, dan orang lain. Semoga Allah selalu menjaga semangatnya dalam berbuat kebaikan. Yaa Muqallibal Quluub.. Tsabbit quluubunaa `alaa diinik.. Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati.. menetapkan hati kami di atas agama-Mu. Amin...
Aku teringat ucapan Ir. Soekarno, “berikan padaku sepuluh cowok yang menyayangi bangsanya, akan saya guncang dunia!”.
Coba bandingkan dengan kata-kata, “berikan padaku sepuluh pemuda, maka akan saya bentuk boy-band atau girl-band”. Sangat tidak sepadan kan?.




Sumber http://teenozhealthanalyst.blogspot.com