Thursday, April 12, 2018

√ Debu Nawas “Tipuan Kolot Kalahkan Tuan Tanah Pelit”

Hari itu puasa Ramadhan menjelang hari keenam. Seperti biasa, Abu Nawas duduk di beranda depan gubugnya sambil menunggu bedug maghrib tiba. Sambil memandang langit biru yang mulai nampak senja, Abu Nawas berpikir bagaimana semoga dapur rumahnya semoga tetap mengepul.
Sementara itu ada seorang tuan tanah yang rumahnya tak jauh dari rumah Abu Nawas. Sebagai tuan tanah tentu saja mempunyai rumah yang besar. Lengkap dengan seperangkat gudang makanan,lahan peternakan dan kamar. Hampir setiap orang yang berada didaerah itu bahkan Abu Nawas sendiri bekerja dengan tuan tanah itu,bekerja keras setiap hari hari tetapi dengan hasil yang sedikit. Dan jikalau meminjam bunga denga dirinya maka harus mengembalikan dengan bunga yang sangat tinggi. Tingkat penghisapanya sangat tinggi. Dan sebagai mana tuan tanah, beliau mempunyai sifat yang pelit, kikir, tamak dan loba.
Tuan tanah ini mendengar kabar bahwa Abu Nawas mempunyai suatu kepandaian yang aneh. Bila ia meminjam sesuatu maka akan dikembalikan secara lebih, katanya pinjamannya itu beranak. Seperti meminjam seekor ayam maka ayam itu akan dikembalikan dua alasannya ayam itu beranak. Menarik juga kepandaian Abu Nawas ini pikir sang tuan tanah. Tuan tanah kemudian berpikir semoga Abu Nawas segera meminjam darinya.
Secara kebetulan sore itu Abu Nawas ingin meminjam 3 butir telur kapada tuan Tanah itu. Tuan tanah tentu saja bahagia memperlihatkan pertolongan kepada Abu Nawas alasannya pertolongan itu akan menjadi banyak alasannya beranak. Malahan tuan tanah itu menanyakan kepada bubuk nawas apakah ingin meminjam yang lain. Abu Nawas menjawab tidak perlu. Dia hanya butuh 3 butir telur. Tuan tanah itu bertanya lagi dengan Abu Nawas kapan telur itu akan beranak?Abu nawas menjawab itu tergantung dengan keadaan.
Lima hari kemudian, Abu Nawas kembali ke rumah tuan tanah itu. Mengembalikan telur menjadi 5 butir. Melihat 5 butir telur betapa senangnya Tuan tanah itu. Tuan tanah kemudian menanyakan kepada bubuk nawas apakah ia akan meminjam lagi. Abu Nawas kemudian meminjam piring tembikar sebanyak 2 buah. Tuan tanah itu memperlihatkan dengan bahagia hati dan berharap piringnya itu menjadi banyak.
Lima hari kemudian Abu Nawas tiba dengan membawa 3 piring tembikar. Walaupun tidak sesuai dengan yang diharapkan, tetapi hatinya cukup bangga alasannya dua piring dulu hanya melahirkan 1 anak saja. Tak apa pikir sang tuan tanah alasannya dapat saja orang mempunyai anak tunggal bahkan tidak mempunyai anak.
Abu Nawas dan Tuan tanah itu sama – sama senang. Maka dari itu tuan tanah itu meminjamkan uang senilai 1000 dinar. Jumlah yang sangat besar, honor buat seluruh karyawan dan pekerjanya selama 1 bulan. Tuan tanah itu berangan – angan bahwa uang yang dipinjam bubuk nawas nanti akan diapakan alasannya akan banyak beranak. Tuan tanah itu menanti dengan tidak sabar. Ditunggu selama lima hari, bubuk nawas tidak kunjung datang. Hampir satu bulan, Abu nawas juga tidak datang. Saat tuan tanah akan mendatangi rumah Abu Nawas dengan centengnya, Abu Nawas datang. Mulanya tuan tanah bangga tapi setelah Abu Nawas menjelaskan persoalannya, bukan main marahnya tuan tanah itu.

“Sayang sekali tuan. Uang yang aku pinjam itu, bukannya beranak, malah tiga hari kemudian mati mendadak. ”Mendengar kata- kata itu betapa geramnya tuan tanah. Hampir saja Abu Nawas dihajar centeng tuan tanah. Untung saja ada teman – teman bubuk nawas yang gres pulang dari bekerja.
Tuan tanah itu mengadukan kepada pengadilan. Tuan tanah itu berharap Abu Nawas akan digantung atau bahkan dieksekusi rajam. Dan, pengadilan pun digelar. Abu Nawas membeberkan semua duduk permasalahanya. Demikian juga tuan tanah itu menjelaskan. Pengadilan pun memutuskan cukup rasional (masuk akal). Kalau sesuatu dapat beranak sudah niscaya dapat mati. Dan Abu nawas telah menjalankan lakonnya dengan baik. Adapun tuan tanah yang tamak itu telah tertipu alasannya wataknya sendiri yang kikir, tamak, pelit.

Sumber http://kickfahmi.blogspot.com