Saturday, June 23, 2018

√ Studi Kasus Keragaman Dan Imbas Penerapan Sistem Perjuangan Tani Konservasiterhadap Tingkat Produksivitas Lahan Perbukitan Yogyakarta


Studi Kasus Keragaman dan Dampak Penerapan Sistem Usaha Tani KonservasiTerhadap Tingkat Produksivitas Lahan Perbukitan Yogyakarta

Disusun untuk Memenuhi Nilai Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Teknologi Konservasi Sumberdaya Lahan

Oleh :
M. G. ARIF ZULFAHMI
105040201111091

Kelas H

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011

BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang
Tanah yang merupakan sumberdaya alam mempunyai efek yangbesar bagi kehidupan manusia, baik dipandang sebagai tempat melakukansegala aktifitas dipermukaan bumi, maupun sebagai media alami bagipertumbuhan tanaman, sehingga tanah akan mempunyai efek langsungmaupun tidak eksklusif bagi kehidupan manusia. Penggunaan lahan yang tidaksesuai dengan kemampuannya serta tidak diikuti dengan usaha-usahakonservasi tanah dan air, akan mengakibatkan tanah menjadi kritis, sehinggaakan menurunkan kualitas sumberdaya alam yang ada. Penurunan kualitassumberdaya alam tersebut salah satunya bisa di sebabkan lantaran kerusakanlingkungan, pengikisan merupakan salah satu dari sekian banyak kerusakan lingkungan yang terjadi. Erosi tanah ialah proses penguraian dan prosespengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi, ibarat air dan angin(Morgan, 1979 dalam Taryono 1995). Bentuk-bentuk pengikisan ada 4 macam yaitu: pengikisan percik (Splash erosion), pengikisan lembar (Sheet erosion), pengikisan alur (Rillerosion) dan pengikisan parit (Gully erosion). Dengan menjaga keutuhan tanahinilah, maka adanya tindakan-tindakan konservasi tanah akan sangatdiperlukan (Sitanala Arsyad, 1989).
Erosi tanah merupakan kejadian alam yang niscaya terjadi dipermukaan daratan bumi.Besarnya pengikisan sangat tergantung dari faktor-faktor alam ditempat terjadinya pengikisan tersebut,akan tetapi ketika ini insan juga berperan penting atas terjadinya erosi. faktor-faktor yangmempengaruhi pengikisan ialah iklim, topografi, vegetasi, tanah dan manusia. Akibat dari adanyapengaruh insan dalam proses peningkatan laju pengikisan ibarat pemanfaatan lahan yang tidaksesuai dengan peruntukannya dan/atau pengelolaan lahan yang tidak didasari tindakankonservasi tanah dan air mengakibatkan perlunya dilakukan suatu prediksi laju pengikisan tanahsehingga bisa dilakukan suatu administrasi lahan. Manajeman lahan berfungsi untukmemaksimalkan produktivitas lahan dengan tidak mengabaikan keberlanjutan darisumberdaya lahan.
Penelitian kehilangan tanah yang disebabkan oleh pengikisan pada lahan kering telah banyak dilakukan dan karenanya telah banyak dipublikasikan. Banyaknya kehilangan tanah sanggup diduga dengan memakai rumus Universal Soil Loss Equation (USLE, Wischmeier and Smith, 1960). Rumus tersebut paling gampang dan operasional, serta banyak digunakanuntuk menduga besarnya kehilangan tanah akhir pengikisan pada lahan kering. Penelitian untuk mengetahui jumlah tanah tererosi pada lahan sawah belum banyak dilakukan sehingga dibutuhkan penelitian yang khusus menelaah kehilangan tanah tersebut.
Kehilangan tanah pada lahan sawah terhambat lantaran adanya teras dan pematang, namun pengikisan tetap terjadi terutama pada ketika pengolahan tanah. Partikel tanah terangkut ke luar petakan sawah bersamaan dengan mengalirnya air pada ketika pekerjaan pelumpuran tanah dan penyiangan sedang dilaksanakan. Besarnya jumlah tanah yang hilang inilah yang perlu dikuantifikasi, sehingga sanggup diketahui penambahan pengikisan dari sawah terhadap besarnya pengikisan pada suatu kawasan anutan sungai (DAS).
Lahankritisdiperkirakanmencapai 18.600 ha (World Bank 1991), tersebar di tigazonaagroekosistem. Zonaagroekosistem II berupaperbukitankapurPegununganSeribu di KabupatenGunungKidul. Zonaagroekosistem III meliputiPerbukitanBaturagung, KabupatenGunungKidul; PerbukitanDlingo, KabupatenBantul;jugaPerbukitanSentolohdanManorehddiKabupatenKulonprogo. Zonaagroekosistem I termasuklahantidakkritisyaitudatarantinggiWonosari.SedangkanzonaagroekosistemVameliputiwilayahlahanlabillerengvulkanik di KabupatenSleman.Kekritisanlahandapatdisebabkanolehdua factor penting, yaitu factor endogen daneksogen (Notohadiprawiro, 1978). Khususlahankering di perbukitan DIY, factor endogen meliputisifatbahaninduk, sifattanah,danbentukfisiografilahan (Suryanto, 1995; Sunarminto, 1997). Sedangkan factor eksogenadalahiklim.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Erosi secara alamiah sanggup dikatakan tidak menjadikan keseimbangan bagi kehidupan insan atau terganggunya keseimbangan lingkungan. Aktivitas insan dalam banyak sekali bidang pada umumnya tidak memperlambat erosi, namun menjadikan pengikisan dipercepat. Dengan menjaga keutuhan tanah inilah, maka adanya tindakan-tindakan konservasi tanah akan sangat dibutuhkan (Sitanala Arsyad, 1989).
Proses pengikisan merupakan kombinasi dua proses yaitu penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh air yang tergenang (proses depresi), serta pemindahan butir tanah oleh percikan air hujan dan penghancuran struktur tanah diikuti penggangkutan butir tanah oleh air yang mengalir di permukaan tanah.
Metode untuk mengetahui pengikisan yang dikembangkan oleh Wischmeierdan Smith (1978 dalam Sitanala Arsyad, 1989), yang disebut dengan metode USLE ialah metode yang paling umum. Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemakaian rumus USLE antara lain :
1). USLE hanya memperkirakan pengikisan lembar dan pengikisan alur, dan tidak untuk pengikisan parit.\
2). USLE tidak memperhiraukan endapan sedimen, hanya memperkirakan besarnya tanah yang tererosi, tetapi tidak memperhatikan deposisi sedimen dalam perhitungan besarnya asumsi erosi.
Metode USLE ialah model prediksi pengikisan yang dirancang untuk memprediksi pengikisan jangka panjang dari pengikisan lembar dan alur pada keadaan tertentu dengan memakai rumus :
A = R x K x LS x C x P
Dimana :
A = jumlah kehilangan tanah akhir pengikisan (t/ha/tahun),
R = indeks erosivitas hujan,
K = faktor erodibilitas tanah,
LS = faktor panjang dan kemiringan lahan,
C = faktor penutupan vegetasi dan pengelolaan tanaman, dan
P = faktor pengelolaan lahan/tindakan konservasi tanah.

2.1 Karakteristik Permasalahan dan Kerusakan Lahan
Tanah utamatergolongpadaordoEntisol, Alfisol, Inceptisol, danAndosol (PusatPenelitian Tanah danAgroklimat, 1993) yang berasaldaribahanindukkapur/karst. Sehinggatanahpadaumumnyaamiskinbahan organic danunsurhara N, P, K sehinggaproduktivitaslahantergolongsedangsampaisangatrendah. Kondisibiofisiklahan di zona II, III, danVadicirikanolehsolumtanahdangkal, sebagian horizon B telahtererosi, lerengrelatifcuram, teksturpasirataufregmentasidanterdapatsingkapan di batuanpermukaan.Meskipunsebagianlahansudah di teras, lahanmasihrawanerosidanlongsorkarenatampinganterasumumnyategak, anpatamananpenguat, dankondisisaluranpembuangan
Tingkat ancaman erosirendah terdapat di potongan punggung dan lereng bawah yang mempunyai kemiringan < 15%, ancaman pengikisan sedang pada lereng potongan atas dan bawah dengan kemiringan 15-45%, tingkat ancaman pengikisan berat terdapat pada lereng potongan ata, tengah, dan bawah dengan kemiringan 30 hingga >45%. Zona IIImemilikicurahhujan 2.300 mm/th, sedangkanzonaVarelaifleebihbasahdengancurahhujan 3.100 mm/th.Padalahan yang berlereng>15%, intesitashujanrelatifbesardanberlangsung 4-5 bulan (November-Februari/Maret) memacuterjadinyaerositanah. Serta nilaieroddibilitas yang tinggidanlereng yang panjangpadatanahbersolumdangkalakanmemperbesarlajuerositanah.


Upaya yang dilakukan didaerahtersebut ialah dengan membentuk perjuangan tani.Para petani melaksanakan konservasi di lahan kering dengan tumbuhan pohon-pohon bernilai hemat tinggi, dikombinasikan dengan pengembangan perjuangan ternak ruminansia sebagai pendukung komponen perjuangan tani.Untuk mepercepat terjadinya konservasi tanah dan memacu integrasi antara teknologi konservasi dan perbaikan lahan, dibutuhkan startegi khusus bagi tiap zona agroekosistem, yang lalu permasalahn tersebut di bahas oleh kelompok petani. Konservasi dilakukan dengan cara :
·         Efektivitas tumbuhan rumput untuk mengurangi pengikisan dan sumber hijauan pakan
Pada lahan yang berlereng 15-45%, petani telah mengadopsi teknologi konservasi dengan baik, sehingga pengikisan sanggup dikendalikan hingga mendekati batas laju pengikisan yang diperbolehkan sebesar 6-8 t/ha/thn. Pemeliharaan ternak juga mendorong petani di wilayah perbukitan kritis untuk menanam rumput yang efektif untk mencegah pengikisan dan longsor. Teknologi konservasi tanah dan air yang terintergasi dengan ternakdan penanaman rumput pakan dalam bentuk strip sebagai penguat teras terbukti bisa menekan pengikisan , dan meningkatkan kesuburan tanah.
·         Menanam tumbuhan tahunan
Tanman tahunan mempunyai tugas penting dalam stabilisasi lereng curam. Karakteristik tanah sangat berkorelasi dengan pertumbuhan tanaman. Pada tanah yang dangkal, perkembangan akar cenderung terhambat lantaran terbatasnya volume tanah juga rendahnya unsur hara dan air.
Lahan bersolum relatif dalam (> 50 cm) sebaiknya dimafaatkan untuk penanaman tumbuhan industri dan buah-buahan bernilai ekonomi tinggi ibarat durian, rambutan, jati, dll. Sedangkan lahan bersolum dangkal sebaiknya dipakai umtuk yanaman hutan, ibarat jati dan mahoni. Pemberian mulsa dan pupuk organik serta pembuatan naungan sanggup mempertahankan legas tanah di bawah batas kritis (pF 3,90) dan mendukung pertumbuhan selama musim kemarau.
·         Peningkatan Hara Tanah
Dalam kurun waktu 3-6th penyempurnaan teras diikuti rehabilitasi lahan dengan pinjaman pupuk sangkar 5-10 ton/ha dan pergiliran tumbuhan pangan dengan legum bisa memperbaiki kondisi tanah, kadar C-organik meningkat sehingga kandungan K dan Mg ikut meningkat. Peningkatan ini sanggup memperbaiki daya pegang tanah terhadap pupuk sehingga tanah kritis sanggup mendekati normal.
·         Konservasi Air
Untuk meningkatkan Indeks Pertanaman dengan cara menciptakan embung. Air embung digunakanuntuk mengairi tumbuhan yang bernilai ekonomi tinggi. Embung juga juga besar lengan berkuasa terhadap sebaran lengas yang berasal dari rembesan air, sehingga menciptakan tumbuhan dibawah lereng embung lebih segar dibanding kawasan lain.

Sumber http://kickfahmi.blogspot.com