Sunday, August 19, 2018

√ Jangan Panggil Kami Ikhwan



the conqueror:
Saudaraku…Alhamdulillah, kita telah dimasukan oleh-Nya termasuk kedalam golongan orang yang senantiasa berusaha menegakkan kalimatul haq dan al-izzah Islamiyah yaitu dalam shaf-shaf barisan tentara-Nya—Jundullah.
Dalam derap perjalanan dakwah yang telah, sedang, dan akan kita jalani; ada berbagai onak duri yang menjadi aral rintang—yang meski dihadapi, bukan dihindari.
Aral rintangan tersebut tiba dari dalam dan luar diri kita; kesemuanya itu menuntut adanya kebersihan jiwa, nalar dan hati.


Saudaraku yang dirahmati Allah…
Salah satu faktor dari dalam yang sering terlupakan atau dianggap remeh ialah dilema “hijab” diantara kita yang kian menipis.
Hijab disini kami pandang dari dzahir dan batin.
Dari dzahir ialah mulai melebarnya nilai toleransi wacana batasan hijab dan pemakluman “keadaan darurat” yang menjurus pada kebiasan untuk menganggap biasa saling pandang, seringnya frekuensi bertemu atau sekedar saling titip pesan!
Dan banyak hal yang tak sanggup saya sebutkan satu persatu.
waspadailah dosa-dosa yang kecil itu wahai ukhti shalilah.
Bukankah tak ada dosa kecil kalau dilakukan secara terus menerus?
Tanamkanlah dihatimu wahai saudaraku!
Bahwasanya dosa ialah setiap hal yang membuatmu tidak suka kalau diketahui orang lain, alasannya ialah menciptakan harga dirimu jatuh.
Berbuatlah ihsan pada diri sendiri dan orang lain.
mungkin kita perlu merenungi sebuah pertanyaan retoris yang dilontarkan spesialis hikmah:

Saudaraku, Bantu kami…Jangan panggil kami ikhwan!
Selagi engkau masih menemui kami mengumbar pandangan.
Hingga lepas panah syetan daru busurnya dan melesat dengan sebenar-benar kecepatan kecelah hati tanpa terasa. Hingga lupa makna ghudul bashar menjaga pandanagn) yang pernah kami ceritakan dan kita kaji bersama.
Sebagai kaum Adam, sudah menjadi fitrah untuk bahagia kepada kaummu, kaum Hawa.
Tapi sungguh fitrah tersebut sanggup menjadi salah satu jalan menuju neraka-Nya seandainya kami tidak memaknai dan menerapkannya secara tepat;
sesuai dengan kaidah syar’i.
Dan tentunnya tanpa bantuanmu biar pandangan kami tidak buas dan liar tidak mungkin untuk terwujud.
Apakah menurutmu mungkin seekor singa jantan yang kelaparan akan membiarkan mangsanya lepas begitu saja? Terlebih saat da kesempatan yang sangat memungkinkan untuk memangsanya?
Mari kita tengok kembali sebuah nasehat dari sebuah hadist qudsi.

"Pandangan mata itu ialah sebuah anak panah dari panah-panah Iblis. Maka barangsiapa meninggalkannya (mengelakkannya dari melihat wanita) alasannya ialah takut kepada-Ku, pasti Aku ganti dengan kepercayaan yang dirasakan yummy manisnya didalam hatinya.”  (Riwayat Thabrani dan Hakim dari Ibnu Mas’ud)

Ketahuilah, kami akan jujur kepadamu.
Kami ialah laki-laki normal dan punya keinginan-keinginan.
Kami bukan malaikat!
Dan seringkali walau secara dzahir kami menjaga adab-adab Islamiyah, namun disisi lain kami juga sanggup terjatuh dalam menikmati keberadaanmu, kaum Hawa.
Akankah engkau dan kaummu tega kalau kami terjatuh dalam kubangan yang penuh kemaksiatan itu?
Jawablah jujur wahai ukhti...!
Jujurlah padaku...!


Saudaraku...Jangan panggil kami ikhwan!
Jika engkau masih melihat kami berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis bukan mahram)
dan berikhtilat (campur baur laki-laki dan wanita).
Dengan dalih ini tidak apa-apa masih syar’i dan untuk kepentingan organisasi.
Atau dengan alasan, tak dilema tanpa hijab yang penting hati higienis dan niatan suci, sedang bulat kemaksiyatan mengelilinginya?
Ketahuilah wahai ukhti muslimah Arrijalu qowwamuna’alan-nisa—bahwasanya laki-laki ialah pemimpin atas wanita.
Apa kesannya kalau sebagai laki-laki kami lemah dalam menerapkan ilmu dan syariat-Nya.
Terlebih alasannya ialah engkau sebagai kaum Hawa seringkali menciptakan niatan dan maksud kami berubah.
Oleh alasannya ialah itu nasehatilah kami, kalau kami melanggar syariat-Nya!
Jangan ragu dan malu.
Tegaslah kepada kami, pasti nasehat darimu akan menjadi pengontrol dan penyeimbang hati kami dalam melaksanakan kiprah sebagai qowam—pemimpin.
Saudaraku…Jangan panggil kami ikhwan! Jika engkau masih menemui kami sholat fardhu dengan munfarid—sendirian— dan meninggalkan sholat jama’ah, dengan alasan darurat dan tanggung untuk menutup syura’ (rapat) atau agresi yang sedang dilakukan.

Terlebih saat kami dengan sengaja mengakhirkan waktu shalat!
Karena hal tersebut menunjukan hati kami sedang “tidak sehat”.
Jangan engkau sungkan menyiram kami dengan kritik tajam yang membangun.
Ketahuilah sebenarnya “siraman” yang engkau lakukan menunjukan dinamisnya tandzim (organisasi) yang kita berada didalamnya.
Peringatkanlah kami!
Peringatkan kami, wahai ukhti!
Adapun kalau kami membisu dan hirau maka tinggalkan syura’, pertemuan atau acara apapun yang kita berada didalamnya. Coba kita renungkan firman-nya yang mulia:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu pasti akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(At-Taubah: 71)

Saudaraku yang dirahmati Allah...Jangan panggil kami ikhwan!
Jika kau menemui kami mundur dari gelanggang tarbiyah dakwah dan jihadiyah;
meski selangkah.
Dengan alasan mengatur taktik kembali dan beristirahat barang sejenak untuk menyurun kekuatan.
Padahal jiwa ini menyampaikan kami takut ajal yang menghadang.
Engkau dan kaummu (kaum Hawa—ed) tentunya lebih paham dimana letak kelemahan kami.
Karena itu bantulah kami memompa ghirah biar menjadi bola semangat yang auranya sanggup menggetarkan musuh-musuh Allah dari jarak sekian-sekian dari perjalan waktu.
Bantu kami dengan doamu dan kaummu biar ruh-ruh jihad tidak lepas dari jiwa kami.
Dan doakan kepada Allah semata biar kami menjadi saefullah
—pedang Allah yang tajam dan ditaakuti musuh-musuh-Nya.
Jangan biarkan kami mengeluh! Ingatkanlah selalu kami dengan firman-Nya:
Apakah kau menyangka bahwa kau akan masuk surga, padahal belum tiba padamu (cobaan0 sebagimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan—dengan majemuk goncangan dari cobaan; sehingga berkatalah Rosul dan orang-orang yang bersamanya’ bilakah datangnya pertolongan Allah? ‘Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat”
(QS. Al-Baqoroh: 21)

Dikutip dari buku SURAT CINTA UNTUK SANG AKTIVIS
Sumber http://frequencia89.blogspot.com