Wednesday, September 19, 2018

√ Kesetiaan Dan Kasih Sayank

 perihal suami istri yang saling menyayangi dan saling setia √ kesetiaan dan kasih sayank
Kisah yang menyentuh, perihal suami istri yang saling menyayangi dan saling setia. Mudah2an sanggup menjadi renungan dan motivasi bersama di hari ini.

“Namaku Linda & saya mempunyai sebuah kisah cinta yang memberiku sebuah pelajaran tentangnya. Ini bukanlah sebuah kisah cinta andal & mengagumkan penuh gairah ibarat dalam novel-novel roman, walau begitu menurutku ini ialah kisah yang jauh lebih mengagumkan dari itu semua.

Ini ialah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda alhabsyi & ibuku, Yasmine Ghauri. Mereka bertemu disebuah program resepsi ijab kabul & kata ayahku ia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ibuku masuk kedalam ruangan & ketika itu ia tahu, inilah perempuan yang akan menikah dengannya. Itu menjadi kenyataan & sekarang mereka telah menikah selama 40 tahun & mempunyai tiga orang anak, saya anak tertua, telah menikah & memperlihatkan mereka dua orang cucu.

Mereka senang & selama bertahun-tahun telah menjadi orang renta yang sangat baik bagi kami, mereka membimbing kami, anak-anaknya dengan penuh cinta kasih & kebijaksanaan.

Aku teringat suatu hari ketika saya masih berusia belasan tahun. Saat itu beberapa ibu-ibu tetangga kami mengajak ibuku pergi kepembukaan pasar murah yang mengobral alat-alat kebutuhan rumah tangga. Mereka menyampaikan ketika pembukaan ialah ketika terbaik untuk berbelanja barang obral sebab ketika itu ketika termurah dengan kualitas barang-barang terbaik.


Tapi ibuku menolaknya sebab ayahku sebentar lagi pulang dari kantor. Kata ibuku,”Mama tak akan pernah meninggalkan papa sendirian”.

Hal itu yang selalu dicamkan oleh ibuku kepadaku. Apapun yang terjadi, sebagai seorang perempuan saya harus patuh pada suamiku & selalu menemaninya dalam keadaan apapun, baik miskin, kaya, sehat maupun sakit. Seorang perempuan harus sanggup menjadi sobat hidup suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal itu berdasarkan mereka, itu hanya kesepakatan pernikahan, omong kosong belaka. Tapi saya tak pernah memperdulikan mereka, saya percaya pesan yang tersirat ibuku.

Sampai suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami mengalami duka, sehabis ulang tahun ibuku yang ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi & menjadi lumpuh. Dokter menyampaikan jika saraf tulang belakang ibuku tidak berfungsi lagi, & beliau harus menghabiskan sisa hidupnya di daerah tidur.

Ayahku, seorang laki-laki yang masih sehat diusianya yang lebih tua, tapi ia tetap merawat ibuku, menyuapinya, bercerita banyak hal padanya, menyampaikan padanya jika ia mencintainya. Ayahku tak pernah meninggalkannya, selama bertahun-tahun, hampir setiap hari ayahku selalu menemaninya, ia masih suka bercanda-canda dengan ibuku. Ayahku pernah mencatkan kuku tangan ibuku, & ketika ibuku bertanya ,”untuk apa kamu lakukan itu? Aku sudah sangat renta & buruk sekali”.

Ayahku menjawab, “aku ingin kamu tetap merasa cantik”. Begitulah pekerjaan ayahku sehari-hari, ia merawat ibuku dengan penuh kelembutan & kasih sayang, para kenalan yang mengenalnya sangat hormat dengannya. Mereka sangat kagum dengan kasih sayang ayahku pada ibuku yang tak pernah pudar.

Suatu hari ibu berkata padaku sambil tersenyum,”…kau tahu, Linda. Ayahmu tak akan pernah meninggalkan aku…kau tahu kenapa?” Aku menggeleng & ibuku melanjutkan, “karena saya tak pernah meninggalkannya…”

Itulah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi & ibuku, Yasmine Ghauri, mereka memperlihatkan kami anak-anaknya pelajaran perihal tanggung jawab, kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, & cinta kasih. Bukan dengan kata-kata, tapi mereka memperlihatkan teladan dari kehidupannya.

-Esty 'Almeera Adzan-
Sumber http://frequencia89.blogspot.com