Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan mempunyai cairan endolimfe. Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Lapisan membran koklea terdiri dari banyak sel-sel saraf.
Sel-sel saraf seolah-olah rambut merespon secara berbeda terhadap banyak sekali frekuensi getaran, yang alhasil mengarah ke generasi impuls listrik. Koklea yaitu sentra pendengaran dari indera pendengaran bab dalam, organ cairan yang menerjemahkan getaran bunyi menjadi sinyal pendengaran yang sanggup dimengerti otak.
Hal ini terjadi pada organ Korti, struktur yang terdiri dari rambut halus di seluruh koklea yang bergetar dan mengirimkan sinyal listrik melalui sistem saraf.Ketika gelombang bunyi masuk telinga, mereka pertama kali bertemu gendang telinga. Getaran mentransfer energi mereka ke gendang telinga, yang bergetar untuk menanggapi. Gerakan ini diterjemahkan melalui serangkaian tulang kecil di dalam indera pendengaran ke koklea.
Karena gendang indera pendengaran jauh lebih besar daripada organ ini, getaran yang lebih kuat, yang memungkinkan mereka untuk melewati cairan di dalam sentra pendengaran. Gelombang ini mengatur rambut organ Korti bergerak, dan impuls mereka membuat perjalanan ke sentra pendengaran di otak. Tinnitus terjadi saat rambut organ Corti mendirikan semacam umpan balik. Ketika bunyi sangat samar, rambut-rambut ini kadang kala memperkuat bunyi dengan ledakan getaran dalam rangka meningkatkan pendengaran. Kadang-kadang, hal ini menjadikan semua rambut untuk mulai bergetar, membuat sensasi bunyi dering. Dalam keadaan normal, otak bisa menutup proses ini mati sesudah 10 atau 15 detik, tetapi dalam tinnitus kronis, hal itu mungkin menjadi duduk perkara yang berulang. Kaprikornus sentra pendengaran insan berada di indera pendengaran dalam pada rumah siput.
Sumber https://infoana.comm