Contoh radiasi adaptif ada di sekitar kita, di setiap organisme hidup. Tidak ada organisme ketika ini yang persis sama dengan leluhur aslinya. Beberapa spesies telah berubah secara signifikan, ibarat diversifikasi dari satu spesies menjadi gajah dan hyrax.
Kita hanya perlu melihat gambar di bawah untuk memahami bagaimana pemilihan habitat yang berbeda atau bahkan habitat yang serupa tetapi pilihan masakan yang berbeda sanggup mengakibatkan perubahan anatomi dan fisiologis yang sangat besar selama proses radiasi adaptif. Radiasi adaptif mengakibatkan perkembangan yang sifatnya divergen alasannya yaitu ini merupakan jenis evolusi divergen di mana sekelompok organisme dengan cepat menyimpang menjadi spesies baru.
Radiasi adaptif pada Marsupial
Salah satu pola paling umum dari teori radiasi adaptif yaitu dispersi dan diversifikasi marsupial (metatherian) ke dalam ordo dan spesies yang berbeda. Marsupial telah berkembang dari satu leluhur tunggal menjadi bermacam-macam bentuk. Ini telah terjadi di benua yang sepenuhnya terputus dari efek banyak spesies lain.
Pada gambar di atas, tujuh ordo marsupial ditunjukkan dengan garis abu-abu dan hitam yang mengindikasikan masing-masing habitat Amerika Selatan dan Australia. Namun setiap ordo telah terdiversifikasi dari superordo (Euaustralidelphia) melalui adaptasi. Setiap ordo sanggup bertahan lebih baik berkat penyesuaian khusus ke habitat yang berbeda.
Evolusi independen ini sebagai respons terhadap aspek lingkungan tertentu juga ditiru di seluruh dunia oleh mamalia plasenta. Banyak marsupial telah berkembang dengan cara yang sangat ibarat dengan mamalia plasenta yang hidup di lingkungan yang sama, meskipun mereka telah terputus dari populasi lain ini semenjak pecahnya benua super yang dikenal sebagai Gondwana. Proses ini belum berakhir. Hari ini, Australia merangkak ke utara dengan laju sekitar 3 sentimeter per tahun.
Pemisahan spesies ini, namun dengan kesamaan dalam penyesuaian dan lingkungan, memberi tahu kita bahwa keanekaragaman hayati biasanya merupakan hasil dari radiasi adaptif.
Radiasi adaptif pada Paruh burung Finch Darwin
Contoh radiasi adaptif yang paling umum dikutip yaitu apa penyebab terjadinya radiasi adaptif pada paruh burung kutilang Darwin, yang ditemukan selama perjalanan Darwin ke kepulauan Galapagos. Spesiasi yaitu pengembangan salah satu dari beberapa spesies gres dalam proses evolusi, di mana spesies orisinil menghasilkan bentuk bermutasi yang berhasil bertahan hidup di lingkungan lain alasannya yaitu mutasi ini. Radiasi adaptif merupakan pembentukan spesies alasannya yaitu proses spesiasi ini.
Dalam kasus kutilang Darwin, penyesuaian terjadi relatif cepat. Ditiup ke banyak sekali pulau dengan tanaman dan fauna yang berbeda, morfologi paruh mungkin memastikan kelangsungan hidup atau maut burung. Misalnya, kutilang warbler dan kutilang darat telah berevolusi dari nenek moyang yang sama. Burung kutilang Warbler mempunyai paruh yang panjang dan tipis, tepat untuk memakan serangga. Burung kutilang tanah mempunyai paruh tebal dan tumpul yang ideal untuk mematahkan kulit kacang dan biji.
Kelima belas spesies kutilang yang ditemukan di kepulauan Galapagos membentuk kelompok monofiletik, atau sekelompok organisme yang semuanya diturunkan dari satu spesies leluhur. Nenek moyang yang sama tidak diketahui alasannya yaitu kurangnya DNA, tetapi fosil dari dua spesies kutilang tanah, Geospiza nebulosi dan Geospiza magnirostris mempunyai paruh tebal dan tumpul dari keturunan mereka. Ini akan mengatakan bahwa kutilang warbler yaitu hasil spesiasi melalui proses radiasi adaptif. Setelah mendarat di sebuah pulau dengan sedikit kacang-kacangan dan biji-bijian tetapi banyak serangga, spesimen-spesimen dengan paruh yang lebih panjang dan lebih tipis (mutasi) lebih mungkin bertahan hidup dan bereproduksi. Seleksi alam meningkatkan tingkat kelangsungan hidup burung berparuh panjang di pulau ini tempat mereka kawin, yang jadinya mengarah pada fenotipe yang umum untuk spesies gres ini.
Radiasi adaptif pada Warna kulit
Warna kulit insan yaitu pola lain dari radiasi adaptif. Warna kulit diatur oleh kehadiran melanin, pigmen alami yang dalam jumlah yang lebih tinggi sanggup menyerap sinar ultra-violet dan melindungi dermis. Orang-orang dengan kulit yang terang terutama memproduksi feomelanin yang mempunyai warna kuning kemerahan, sedangkan mereka yang mempunyai kulit berwarna gelap terutama memproduksi eumelanin yang berwarna coklat tua.
Di bawah sinar matahari, sintesis vitamin D dirangsang, sementara folat menurun. Folat diharapkan untuk perkembangan janin dini dan sebagian diatur oleh paparan UV. Terlalu sedikit atau terlalu banyak sinar matahari sanggup merusak kadar folat. Sementara teori ketika ini wacana ras insan yang berasal dari lokasi Afrika sedang dibahas, memakai model ini untuk menjelaskan radiasi adaptif sangat membantu. Bahkan, model ini sanggup dipakai untuk menjelaskan dua jenis radiasi adaptif.
Yang pertama menyangkut leluhur insan purba (hominid) yang sebagian besar ditutupi rambut semoga mereka tetap hangat di tempat yang sebagian besar berhutan. Kulit hominid, dilindungi oleh rambut, hampir niscaya tidak gelap ibarat keturunan awalnya. Kita tidak mempunyai bukti fosil untuk menerangkan hal ini, tetapi mamalia biasanya mempunyai kulit yang jauh lebih terang ketika ditutupi lapisan tebal rambut atau bulu, berbeda dengan mamalia dengan mantel tipis.
Setelah bermigrasi ke sabana yang lebih terbuka di mana hominid sanggup berburu lebih berhasil tetapi pribadi di bawah sinar matahari khatulistiwa, rambut ini menjadi berlebihan. Untuk dilindungi dari sinar UV matahari mereka menyebarkan kulit yang lebih gelap. Kulit yang lebih gelap ini mengurangi degradasi asam folat, yang berarti tingkat kehamilan dan kelahiran yang lebih tinggi, sementara ketersediaan matahari khatulistiwa yang konstan berarti bahwa produksi vitamin D cukup untuk memastikan kesehatan yang baik.
Ketika populasi-populasi ini pada jadinya pindah dari panas khatulistiwa dan ke daerah-daerah yang lebih dingin, melanin tingkat tinggi menjadi lebih banyak penghalang bagi kesehatan dan kapasitas reproduksi populasi yang bermigrasi ini. Kulit tidak perlu melanin sebanyak mungkin untuk melindunginya dari sedikit sinar matahari; mereka yang kulitnya lebih gelap akan menghalangi sedikit sinar UV yang ada dan mensintesis lebih sedikit vitamin D, yang mengarah ke tingkat kesehatan dan kebugaran yang lebih rendah (rakhitis) dan tingkat folat yang tidak teratur (keguguran).
Mereka yang bermigrasi ke tempat ujung utara Lingkaran Arktik menjadi sedikit lebih terang warnanya, tetapi lebih gelap daripada yang biasanya diharapkan berdasarkan teori ini. Ini telah dijelaskan oleh diet masakan maritim mereka yang menyediakan cukup vitamin D masakan selama animo dingin, sementara warna kulit yang lebih gelap melindungi populasi ini dari radiasi UV matahari yang lebih jauh tercermin oleh lanskap yang tertutup salju selama bulan-bulan animo semi dan animo panas. Penelitian hari ini memberi tahu kita bahwa populasi perempuan Inuit lebih mungkin mengalami defisiensi asam folat daripada perempuan berkulit lebih ringan di tempat yang lebih cuek dan beriklim kecuali mereka makan masakan yang diperkaya folat. Ini mungkin alasan mengapa warna kulit mereka tidak lebih gelap.
Sumber https://infoana.comm