Thursday, June 15, 2017

√ Model Pembelajaran Humanistik

Prinsip dasar Teori pembelajaran humanistik yaitu humanistic oriented (pembelajaran yang berorientasi pada aspek kemanusiaan), dimanan teori pembelajaran ini lebih  mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia, penekanannya yaitu bagaimana peserta didik diperlukan untuk membuatkan potensi ataupun talenta yang ada pada diri masing masing peserta didik. Teori berguru ini menempatkan posisi peserta didik sebagai subyek yang bebas/ merdeka dalam menentukan arah masa depannya. 

 Prinsip dasar Teori pembelajaran humanistik yaitu humanistic oriented  √ Model Pembelajaran Humanistik
Teori dan Model Pembelajaran Humanistik

Makara Teori humanistic ini juga sanggup memperlihatkan proteksi bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (Humanistic Education), dimana pembelajaran humanistik berusaha membuatkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran yang nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarir menjadi fokus dalam model pembelajaran humanistis. Berdasarkan pada konsepnya, maka Pembelajaran humanistik selalu mendorong pertumbuhan/peningkatan kualitas diri insan melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi fitrah (Gifted) dalam hal ini segala potensi positif yang ada pada diri manusia. Namun Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman dan tehnologi, menjadikan proses pembelajaran pun senantiasa ikut berubah dalam memanuhi tuntutan perubahan tersebut.

Disamping itu, Teori humanistik ini tujuan berguru yaitu untuk memanusiakan manusia. proses berguru dianggap berhasil kalau si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Titik inilah yang menjadi patokan dasar kalau peserta didik dalam proses belajarnya diperlukan untuk berusaha biar lambat laun ia bisa mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya, dengan demikian maka Teori berguru ini berusaha memahami sikap berguru dari sudut pandang pelakunya sendiri, bukan dari sudut pandang pengamatannya.
Berdasarkan referensi yang ada, Teori Humanistik mulai diperkenalkan pada simpulan tahun 1950-an oleh para hebat psikologi, menyerupai Abraham Maslow, Carl Rogers dan Calrk Moustakas. Pada ketika itu, Mereka membangun  sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus perihal banyak sekali keunikan manusia, menyerupai perihal self(diri), aktualisasi diri kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat dan sejenisnya.[4] Dalam perkembangannya, jadi Carl Rogers merupakan salah satu tokoh aliran humanistik yang cukup berjasa dalam membuatkan psikologi humanistic dalam dunia pendidikan. Carl Rogers membuatkan satu filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran melalui upaya membuat iklim emosional yang aman biar sanggup membentuk pemaknaan personal tersebut. Implementasi teori humanistik dalam proses pembelajaran lebih difokuskan pada kemampuan pendidik dalam membangun hubungan emosional dengan peserta didik dalam suatu wadah belajar.

Adapun yang menjadi tujuan utama para pendidik yaitu untuk membantu si peserta didik dalam membuatkan potensi yang dimilikinya, melalui proses mengenal diri mereka masng-masing sebagai insan yang unik, disamping menumbuhkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka sendiri. 

Para hebat humanistik melihat adanya dua bab dalam proses pembelajaran humanistik, yaitu;:
1. Proses pemerolehan warta baru,
2. Personalia warta ini pada individu.

Implikasi Teori Belajar Humanistik Guru Sebagai Fasilitator

Dalam psikologi humanistik, Pendidik berperan sebagai fasilitator dimana mereka dituntut untuk bisa mengaplikasikan konsep humanistic yang berpatokan pada konsep memanusiakan insan dan memperkenalkan peserta didik terhadap potensi yang dimilikinya beserta pemahaman terhadap lingkungannya. 

Dibawah ini disajika bentuk dan sikap yang harus dimiliki oleh guru/fasilitator yang baik 

  • Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
  • Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
  • Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melakukan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam berguru yang bermakna tadi.
  • Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk berguru yang paling luas dan gampang dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
  • Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk sanggup dimanfaatkan oleh kelompok.
  • Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan mendapatkan baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
  • Bilamana cuaca peserta kelas telah mantap, fasilitator berangsur-angsur sanggup berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu, menyerupai siswa yang lain.
  • Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja dipakai atau ditolak oleh siswa
  • Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang membuktikan adanya perasaan yang dalam dan berpengaruh selama belajar
  • Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk mengenali dan mendapatkan keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Penerapan Teori Humanistik dalam pembelajaran, lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran dimana ikut memperlihatkan warna terhadap metode-metode yang diterapkan. Adapun tugas pendidik dalam pembelajaran humanistik yaitu sebagai fasilitator bagi para para peserta didiknya, dimana Pendidik ikut memperlihatkan motivasi, kesadaran mengenai makna berguru dalam kehidupan peserta didik. Disamping juga ikut memfasilitasi pengalaman berguru kepada peserta dalam memperoleh tujuan pembelajaran yang inin dicapai.
Sedangkan tugas Peserta didik  yaitu sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri, dimana peserta didik diperlukan untuk memahami potensi yang dimilikinya kearah yang bersifat positif (menemukan talenta pada peserta didik sendiri).

Teori Humanistik lebih menekankan tujuan pembelajaran kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui yaitu :

  • Merumuskan tujuan berguru yang jelas
  • Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak berguru yang bersifat terang , jujur dan positif.
  • Mendorong siswa untuk membuatkan kesanggupan siswa untuk berguru atas inisiatif sendiri
  • Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
  • Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, menentukan pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari sikap yang ditunjukkan.
  • Pendidik mendapatkan siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
  • Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
  • Evaluasi diberikan secara individual menurut perolehan prestasi siswa


Namun harus dipahami kalau proses pembelajaran berazaskan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran tertentu yang lebih bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. 
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini yaitu siswa merasa bahagia bergairah, berinisiatif dalam berguru dan terjadi perubahan rujukan pikir, sikap dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diperlukan menjadi insan yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar hukum , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

Pembelajaran humanistik berakar pada filsafat humanisme dan psikologi humanistik. Pada tataran praktis, pembelajaran humanistik yaitu acara berguru mengajar yang memakai prinsip-prinsip psikologi humanistik. Prinsip utama pembelajaran ini terutama berpijak pada perkiraan bahwa berguru berasal dari dan oleh si berguru sendiri. Fenomena objektif di luar diri si berguru lebih merupakan daerah dan sarana bagi upaya belajar.



Sumber http://www.pondok-belajar.com/