Menurut Sutedjo dan Kasnadi (2008: 115) teknik-teknik kreatif menulis puisi berkaitan dengan keberanian, pemahaman puisi, igeneuitas (keluwesan), penguasaan style, dan kemampuan empati. Apapun teknik-teknik kreatif menulis puisi ialah sebagai berikut:
a) Teknik Peta Pasang Kata
Teknik ini berpusat pada keberanian dalam memasang-masangkan kata secara bebas tetapi imajinatif. Di sinilah, memungkinkan munculnya kata-kata gres yang imajinatif pula. Hal ini, lalu menjadi hal yang secara potensial sanggup dikembangkan menjadi larik yang menarik, sebelum lalu menjadi kelompok larik yang membangun bait yang menarik pula.
Langkah-langkah yang sanggup ditempuh dalam memanfaatkan teknik ini sanggup dilakukan sebagai berikut.
(1) Memilih kata (diksi) sentral yang menggerakkan (inspiratif).
(2) Memasangkan kata inspiratif tersebut dengan kata lain secara acak dan bebas
(3) Mengembangkan pasangan kata tersebut menjadi larik yang menarik. .
(4) Mengklasifikasikan ke dalam satu pokok gagasan (subject matter)
(5) Menata utuh ke dalam keutuhan puisi.
(6) Menentukan judul yang menarik.
(Baca Penerapan Model Pembelajaran Sanggar Dalam Mengapresiasi Puisi)
(Baca Langkah-Langkah Belajar Menulis Puisi)
b) Teknik Melengkapi Puisi
Teknik ini secara sederhana menyarankan kepada penulis puisi pemula supaya bisa mengisi bagian-bagian kosong (yang dikosongkan) dalam sebuah puisi. Teknik ini merupakan latihan fundamental mengawali puisi, mengisi isi puisi, dan mengakhiri puisi sehingga menjadi menarik.
Adapun langkah-langkah yang sanggup dilakukan dalam teknik ini ialah sebagai berikut.
(1) Menghilangkan sebait atau dua bait pertama, lalu mengisinya dengan ungkapan berbeda tetapi masih mempunyai makna yang sama.
(2) Menghilangkan bait-bait puisi, lalu mengisinya dengan ungkapan berbeda tetapi maknanya sama.
(3) Menghilangkan bait terakhir, lalu mengisinya dengan ungkapan berbeda tetapi maknanya sama.
(4) Mengedit ulang pengisian bait-bait rumpang tersebut untuk mengetahui kepaduan maknanya.
c) Teknik Reflektif (Empatif)
Teknik refl ektif ini dipengaruhi oleh kemampuan tenggang rasa dan impresi seseorang. Empati ialah perasaan berlibat secara emosional terhadap sesuatu sedangkan impresi ialah proses “mengesani” (terkesan) terhadap sesuatu. Di samping membantu melepaskan problem psikologis, alternatif reflektif ini juga mencerminkan tinggi rendahnya intelektual humanisme seseorang terhadap kehidupan.
Langkah-langkah yang sanggup ditempuh dalam memanfaatkan teknik reflektif ini ialah sebagai berikut.
(1) Memilih realita sosial yang paling impresif.
(2) Mengidentifikasi realita sosial yang paling impresif tersebut dengan memperlihatkan fokus tema dan aspektualitasnya.
(3) Internalisasi.
(4) Mengekspresikan (merefleksikan) ke dalam puisi.
(5) Mengedit dan memperlihatkan pengakhiran secara menarik dan tidak menyimpang dari impresi awal.
d) Teknik Panggil Pengalaman
Teknik panggil pengalaman ini hampir sama cara kerjanya dengan teknik reflektif. Namun, teknik reflektif lebih banyak digerakkan oleh faktor eksternal berupa fenomena sosial, sedangkan teknik panggil pengalaman ini sanggup berupa pengalaman pribadi (privacy) di samping memang tidak mengabaikan fenomena sosial yang melingkupi. Dalam teknik ini difokuskan pada pengalaman pribadi, sehingga seseorang diperlukan bisa mencermati perjalanan pribadinya sebagai investasi kehidupan untuk diolah menjadi karya yang baik.
Langkah -langkah dalam teknik panggil pengalaman ini ialah sebagai berikut.
(1) Pilih pengalaman pribadi yang paling monumental.
(2) Identifikasi aspektualitas monumentalnya.
(3) Re-internalisasi.
(4) Ekspresikan ke dalam puis i
(5) Mengedit dan memperlihatkan pengakhiran secara menarik.
e) Teknik Ubah Diary
Teknik ubah diary ini hakikatnya merupakan perpaduan dari teknik refleksi dan teknik panggil pengalaman, tetapi secara empirik mempunyai perbedaan dalam langkah dan pengungkapannya. Dalam teknik ubah diary, materi telah tersedia dalam buku harian. Teknik ubah diary dilandasi pemikiran bahwa banyak sastrawan mengawali buku harian sebagai muara ide penulisan.
Adapun langkah-langkah yang sanggup dilakukan dalam teknik ini ialah sebagai berikut.
(1) Pentingnya mendokumentasikan pengalaman (pribadi dan sosial) ke dalam buku harian.
(2) Seleksi ulang atas duduk kasus dalam buku harian.
(3) Menganalisis tema-tema buku diary.
(4) Mengubah catatan harian ke dalam puisi.
(5) Mengedit ulang bahasa puisi yang ditulis supaya tidak terpengaruh bahasa narasi catatan harian.
f) Teknik Kekaguman
Teknik kekaguman intinya dilandasi oleh logika bahwa setiap orang mempunyai kekaguman atas ketokohan seseorang, paling tidak setiap orang pastinya mempunyai tokoh idola atau pernah mengidolakan orang lain. Pengidolaan (kekaguman) ini, tentunya juga melahirkan pembayangan ideal atas sosok tertentu yang dipandang “sempurna” untuk dijadikan panutan. Teknik ini mengedepankan kemampuan eksplorasi sisi-sisi (karakteristik) tertentu yang membangun kekaguman itu. Puisi yang terlahir dari kekaguman ini, biasanya puisi jenis ode dan hymneOde ialah puisi pemujaan atas kepahlawanan yang bersifat heroistik sedangkan hymne ialah puisi yang bersifat pemujaan biasa.
Adapun langkah-langkah yang sanggup dilakukan dalam teknik ini ialah sebagai berikut.
(1) Membangun imajinasi atas pengalaman hidup yang memfokuskan pada sosok tertentu yang melahirkan kekaguman.
(2) Menganalisis alasan filosofis kekaguman itu.
(3) Mengekspresikan poin-poin kekaguman itu ke dalam larik-larik.
(4) Mengorganisasikan larik-larik sehingga melahirkan puisi.
Langkah pertama, berkaitan dengan upaya untuk memanggil pengalaman hidup yang terdapat unsur kekaguman terhadap seorang tokoh di dalam perjalanan hidup seseorang, sehingga puisi jenis ini tercipta alasannya ialah digerakkan oleh idola (kekaguman). Orang-orang yang biasanya menjadi tokoh yang diidolakan ialah orang tua, guru, dan tokoh-tokoh masyarakat. Lalu kekaguman itu berkembang, dalam kehidupan terpelajar balig cukup akal kekaguman itu seringkali muncul alasannya ialah faktor fisik dan kemampuan tertentu, misalnya: kagum pada artis tertentu yang mempunyai kemampuan akting baik, atau alasannya ialah ketampanan/kecantikannya.
Langkah kedua, berkaitan dengan hal-hal yang bisa menarik perhatian dari tokoh yang diidolakan, misalnya: perilaku heroik, keteladanan, kesempurnaan fisik, kepribadian, kejeniusan, prestasi, tugas sosial, kemampuan komunikasi, dan sebagainya. Sedangkan langkah ketiga, penulis tinggal menuangkan kekaguman tersebut ke dalam larik-larik puisi yang dibentuk semenarik mungkin.
Langkah terakhir, yaitu menata larik-larik yang sudah dibentuk ke dalam pokok pikiran tertentu. Dengan demikian, kemampuan simpulan dalam teknik kekaguman ini yang harus dilakukan ialah kecerdasan penulis untuk mengategorikan larik-larik tersebut. Mempertimbangkan permainan suara dan kekuatan kata dalam menata larik merupakan hal penting yang dilarang diabaikan.
g) Teknik Foto Berita/Media
Teknik foto isu merupakan teknik yang didasarkan pada realita bahwa media massa begitu banyak menyuguhkan foto isu yang mempunyai nilai human interest tinggi, contohnya menyedihkan, memilukan, menegangkan, dan sebagainya. Foto-foto isu perihal bencana tsunami Aceh atau gempa Yogyakarta, tenggelamnya kapal Senopati, dan terbakarnya kapal Levina, merupakan foto-foto isu yang bisa memantik tenggang rasa siapa saja.
Adapun langkah-langkah yang sanggup dilakukan dalam teknik ini ialah sebagai berikut.
(1) Menemukan foto media yang mempunyai nilai humanisme tinggi.
(2) Mengidentifikasi ketersentuhan dan fokusnya.
(3) Mengekspresikan ke dalam larik-larik.
(4) Mengorganisasikan larik dengan berpijak pada totalitas foto media yang telah menggerakkan.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka yang terpenting yaitu kekuatan dalam membangun imaji (citraan). Meskipun foto media tidak mempunyai daya gerak, daya bau, daya raba, dan daya dengar, tetapi dengan imaji penuh seakan bisa melakukannya dengan baik. Langkah pertama, mengamanatkan akan pentingnya menemukan foto media yang bernilai human interest tinggi. Foto-foto yang bersifat tragedi, prestasi, dan ironi akan sangat potensial untuk diekplorasi menjadi puisi. Langkah kedua, berkaitan dengan pentingnya membuat fokus dari foto media itu perihal sisi-sisi humanisme yang kuat.
Selanjutnya langkah ketiga, mengubah tragedi, prestasi, dan ironi ke dalam larik-larik puisi. Sisi-sisi yang menonjol dari foto media sanggup dieksplorasi lewat kata. Foto media pada awalnya bersifat bisu, tetapi dikala disentuh dengan cara
yang lain, foto media sanggup membicarakan banyak sekali macam makna. Kemampuan memperlihatkan roh pada foto media, terbalut dengan tenggang rasa kualitas tinggi, sehingga bisa melahirkan larik-larik puisi yang empatif. Setelah lahir larik-larik puisi yang potensial, langkah keempat yaitu menata larik-larik tersebut ke dalam puisi yang visualitatif atas foto media yang telah menginspirasi itu.
h) Teknik Epigonal
Teknik epigonal ini intinya ialah teknik pengekoran terhadap puisi-puisi yang telah ada sebelumnya. Oleh alasannya ialah itu, teknik ini membutuhkan kemampuan membaca puisi secara intensif sehingga bisa memanggil wangsit atas kemenarikan puisi tersebut.
Adapun langkah-langkah yang sanggup dilakukan dalam teknik ini ialah sebagai berikut.
(1) Membaca sebanyak mungkin puisi-puisi yang mempunyai nilai karya sastra tinggi.
(2) Mengidentifikasi kemenarikan puisi.
(3) Mengategorikan kemenarikan puisi.
(4) Menyisihkan puisi-puisi yang inspirasional dan menarik menurut temanya.
(5) Menirukankan referensi ( frame) yang telah ditemukan.
(6) Mengedit secara cermat sehingga puisi yang ditulis menjadi relatif mempesona.
i) Teknik Aforisme
Teknik ini dilandasi pemikiran bahwa aforisme (kata-kata bijak) hakikatnya ialah sebuah puisi dan merupakan ungkapan fisilogis yang menggerakkan. Semakin banyak koleksi aforisme seseorang maka akan semakin inspirasional pula puisi yang dibuatnya.
Adapun langkah-langkah yang sanggup dilakukan dalam teknik ini ialah sebagai berikut.
(1) Identifikasi sebanyak mungkin aforisme para filsuf, pemimpin, nabi, dan ayat-ayat kehidupan.
(2) Mengategorikan ke dalam tema tertentu.
(3) Merangkai ke dalam kumpulan larik dengan banyak sekali perubahan seperlunya.
(4) Mengorganisasi menjadi keutuhan puisi yang kuat.
j) Teknik Out bond
Teknik ini dilakukan dengan cara eksklusif berhadapan dengan objek secara langsung. Pada prinsipnya teknik outbond mengajak seseorang yang ingin menulis puisi untuk terlibat eksklusif dengan objek. Oleh alasannya ialah itu, pemaksimalan penulisan puisi memakai teknik ini menarik bila dilakukan di alam terbuka.
Adapun langkah-langkah yang sanggup dilakukan dalam teknik outbond ialah sebagai berikut.
(1) Memilih kawasan yang cocok dengan tema yang sudah dipilih.
(2) Memaksimalkan objek eksklusif sebagai sumber wangsit dan ekspresi.
(3) Mengekspresikannya sesuai objek amatan.
(4) Menata larik-larik puisi dengan berbasis pada objek langsung.
k) Teknik Hipnosis (Relaksasi)
Teknik ini bermuara pada konsep (paradigma) sebagai berikut: (1) bahwa menulis beroperasi pada bawah sadar sementara proses hipnosis juga demikian, (2) dalam kategori menulis dikenal adanya teori ekspresionisme (wujud hati dan pikiran) dan katarsis (pelepasan beban jiwa), (3) hipnosis berkaitan dengan kondisi rileks dan menyenangkan yang potensial untuk membangkitkan (menciptakan) jangkar emosi, dan (4) bahwa relaksasi (sarana) hipnosis bisa mengoptimalkan imaji (citraan) seseorang.
Adapun langkah-langkah yang sanggup dilakukan dalam teknik hipnosis (relaksasi) ini ialah sebagai berikut.
(1) Memilih kawasan yang cocok untuk menemukan ‘tempat kedamaian’.
(2) Melatih pikiran bawah sadar dengan pikiran terfokus.
(3) Menciptakan kondisi mendapatkan (trans-reseptif).
(4) Optimalisasi potensi indera yang akan menguatkan gambaran dan imaji.
(5) Mengoptimalkan gerak mata.
Sumber http://www.pondok-belajar.com/