Azas kurikulum Humanistic bersumber pada philosophy humanisme. Jenis kurikulum humanistic ini banyak menitik beratkan pada psikologi yang berasumsi bahwa intinya insan mempunyai potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak dari pada jelek nya. Aliran ini memfokuskan telaah kualitas-kualitas insani, yakni kemampuan khusus insan yng ada pada diIri insan sendiri, menyerupai kemampuan abstrak, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa etestika. Aliran ini juga mamandang insan sebagai makluk yang mempunyai otoritas atas kehidupannya sendiri. Hal ini memperlihatkan bahwa insan merupakan makluk yang sadar dan sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan bisa memilih segalanya.
Konsep Humanitik Kurikulum Pendidikan |
1. Sejarah Perkembangan Filsafat Humanisme.
Sejarah perkembangan aliran filsafat pendidikan humanisme ditelusuri pada masa klasik barat dan masa klasik timur. Dasar pemikiran filsafat aliran filsafat pendidikan ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius dan pemikiran filsafat klasik yunani. Aliran psikologi humanis itu muncul sebagai gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Dimana perkembangan peradapan gres itu dikenal dengan nama renaisans yang terjadi pada periode 16. zaman renaisans dikenal dengan sebutan jaman kebangkitan kembali. Selain itu juga dikenal dengan nama jaman pemikiran (age of reason), perkembangan filsafat, ilmu, dan kemanusiaan mengalami kebangkitan sehabis usang di kungkung oleh kekerasan dogma-dogma agama. (cooper dalam Hanurawan, 2006)
Humanisme sebagai suatu gerakan filsafat dan geerakan kebudayaan berkembang sebagai suatu reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad. Terjadi dalam dunia Eropa sebagai akhir eksklusif dari kekuasaan para pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam memperlihatkan intepretasi terhadap dogma-dogma agam yang kemudian diterjemahkan kedalam segenap bidang kehidupan di Eropa. Dalam kontek reaksi ini, penggagas humanisme menjelaskan bahwa insan dengan segenap kebebasan mempunyai potensi yang sangat besar dalam menjalankan kehidupan ini secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri untuk mencapai keberhasilan hidup didunia.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada periode 18. periode perkembangan ini dimasukan kedalam masa penceraha (aufklarung). Tokoh humanis yang muncul ialah J.J Rousseu. Tokoh ini mengutamakan pandangan perihal perkembangan alamiah insan sebagai metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan.
Pada periode 20 terjadi perkembangan humanistic yang disebut humanisme kontemporer. Humanisme kontemporer merupakan reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang mengancam keberadaan nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri insan di-era modern. Perkembangan lebih lanjut dari filsafat humanis ini ialah berkenaan dengan kiprah dan bantuan filsafat eksistensialisme yang cukup memperlihatkan bantuan dalam filsafat pendidikan humanistic.
Pemikiran filsafat eksistensialisme menyebutkan bahwa:
a. insan memilki keberadaan yang unik dalam dirinya berbeda antara mannusia satu dengan insan lain. Dalam hal ini telaah perihal insan diarahkan pada individualitas insan sebagai unit analisisnya.
b. Eksistensialis lebih memperhatiakan pada pemahaman makna dan tujuan hidup insan ketimbang melaksanakan pemahaman terhadap kajian-kajian ilmiah, dan metafisika perihal alam semesta.
c. Kebebasan individu sebagai milik insan ialah sesuatu yang paling utama dan paling unik, alasannya ialah setiap individu memilki kebebasan untuk memilki sikap hidup, tujuan hidup dan cara hidup sendiri (Stevenson dalam Hanurawan,2006)
Aliran filsafat eksistensialis ini kemudian dikembangkan dalam dunia pendidikan alasannya ialah fungsi pendidikan ialah memperlihatkan proses perkembangan insan secara otentik. Manusia otentik ialah insan yang dalam kepribadian diri memilki tanggung jawab dan kesadaran diri untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup dalam alam hidup modern
Kedua aliran tersebut memperlihatkan perkembangan pada aliran filsafat pendidikan humanisme. Hal ini sanggup ditunjukan melalui pengembangan konsep perkembangan psikologis penerima didik dan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan humanistic setiap individu.
Aliran psikologi humanistic mempunyai pandangan perihal insan yang memilki keunikan tersendiri, memilki potensi yang perlu diaktualisasikan dan memilki dorongan-dorongan yang murni berasal dari dalam dirinya. Individu insan yang telah bersasal dari dirinya (Hanurawan,2006).
2. Konsep Pemikiran Filsafat Psikologi Humanistik
Konsep pemikiran filsafat psikologi humanistic yang dikemukakan oleh filsuf humanis mencakup pandangan perihal hakeket manusia, pandangan perihal kebebasan dan otonomi manusia, konsep diri (self concept), dan diri individu serta aktualisasi diri (Hanurawan,2006). Konsep pemikiran tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a. Pandangan perihal hakekat manusia
Hakekat insan dalam pandangan filosuf humanistic ialah insan memilki hakekat kebaikan dalam dirinya. Dalam hal ini apabila insan berada dalam lingkungan yang aman bagi perkembangan potensialitas dan diberi semacam kebebasan untuk berkembang maka mereka akan bisa untuk mengaktualisasikan atau merealisasikan sikap dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan masyarakat pada umumnya (Hanurawan,2006).
b. Pandangan perihal kebebasan dan otonomi manusia
Penganut aliran humanistic memperlihatkan pandangan bahwa setiap insan memilki kebebasan dan otonomi memperlihatkan konsekuensi eksklusif pada pandangan terhadap individualitas insan dan potensialitas manusia. Individualitas insan yang unik dalam diri setiap pribadi harus dihormati. Berdasarkan pandangan ini, salah satu upaya pengembangan sumber daya insan yang perlu dilakukan dalam proses pendidikan untuk mencapai hasil yang maksimal ialah pertolongan kesempatan kepada berkembangnya aspek-aspek yang ada dalam diri individu.
c. Pandangan perihal diri (the self) dan konsep diri (self concept)
Diri (the self) berdasarkan penganut filsafat humanis merupakan sentra kepribadian yang pengembangannya sanggup dipenuhi melalui proses aktualisasi potensi-potensi yang dimiliki seseorang. Diri (the self) yang ada dalam diri seseorang digambarkan sebagai jumlah keseluruhan yang utuh dalam diri individu yang sanggup membedakan diri seseorang dengan orang lain. (Ellias dan Meriam dalam Hanurawan, 2006). Dalam diri (the self) seseorang terdapat perasaa, sikap, kecerdasan, intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan karakteristik fisik. Sedangkan konsep diri (self concept) berdasarkan Kendler dalam Hanurawan 2006 merupakan keseluruhan presepsi dan evaluasi subyektif yang mempunyai fungsi memilih tingkah laris dan mempunyai efek yang cukup besar untuk tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan perkembangan individu merupakan potensialitas individu untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan kemampuan insan menghadirkan diri secara nyata (menurut maslow dalam Hanurawan 2006). Aktualisasi diri terwujud dalam diri insan untuk memperoleh pemenuhan diri (self fulfillment) sesuai dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Dengan aktualisasi diri, insan bisa mengembang keunukan kemanusiaannya guna meningkat kualitas kehidupan serta sanggup mengubah situasi kea rah yang lebih baik.
3. Implikasi Pendidikan Psikologi Humanis dalam Prose Pendidikan
Pandangan utama aliran filosofis pendidikan humanistic ialah proses pendidikan berpusat pada subyek didik. Roger dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) beropini berguru akan optimal apabila siswa terlibat secara penuh dan sungguh serta berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar. Proses pendidikan berpusat pada subyek didik, dalam hal ini kiprah guru dalam proses pendidikan sebagai fasiltator dan proses pembelajaran dalam kontek proses inovasi yang bersifat sanggup berdiri diatas kaki sendiri (Hanurawan,2006). Searah dengan pandangan tersebut maka hakekat pendidik ialah fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk itu seorang pendidik harus bisa membangun suasana berguru yang aman untuk berguru mandiri. Proses berguru hendaknya merupakan acara untuk mengeksploitasi diri yang memungkinkan pengembangan keterlibatan secara aktif subyek didik untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka system berguru yang cocok untuk pendidikan humanis ini ialah Enquiry Discovery yakni berguru penyelidikan dan penemuan. Dalam proses berguru mengajar system Enquiry Discovery ini guru tidak akan menyajikan materi pelajaran dalam bentuk final, dengan kata lain guru hanya menyajikan sebagian, selebihnya siswa yang mencari atau menemukan sendiri.
Adapun tahapan dalam mekanisme Enquiry Discovery adalah:
1. Stimulation (stimulasi/ pemberi rangsangan), yakni memulai acara PBM dengan mengajukan pertanyaan, tawaran membaca buku, aktifitas berguru lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2.Problem statement (pernyataan / identifikasi masalah), yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasikan sebanyak mungkin agenda-agenda kasus yang relevan dengan materi pelajaran, kemudian dipilih salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3. Data collection (pengumpulan data), yakni memberi kesempatan kepad para siswa untuk mengumpulkan isu sebanyak-banyaknya yang relevan untuk pertanda benar atau tidaknya hipotesis.
4. Data prosesing (pengolahan data), yakni mengolah data dan isu yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sabagainya kemudian ditafsirkan.
5. Verification (pentahkikan), yakni melaksanakan investigasi secara cermat untuk pertanda benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dihubungkan dengan data prosesing.
6. Generalization (generalisasi), yakni menarik sebuah kesimpulan yang sanggup dijadikan sebuah kesimpulan yang sanggup dijadikan prinsip umum.( Syah, Muhibbin,2004) Melalui pembelajaran Enquiry Discovery / inovasi berdasarkan Hanurawan (2006) akan sanggup membawa pengalaman pada diri pembelajar dalam mengidentifikasi, memahami masalah-masalah yang dihadapi sehingga menemukan sesuatu pengetahuan yang bermakna bagi dirinya. Seperti telah dikemukakan diatas, dalam proses pembelajaran dengan enqiry discovery ini guru berperan sebagai fasilitator. Menurut Hanurawan (2006) fungsi kiprah kefasilitatoran guru dalam KBM harus sanggup menumbuhkan keyakinan dalam diri pebelajar dalam acara yang dilakukan. Yang berarti guru harus sanggup menstimulus pebelajar untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kontek pembelajaran humanistic berdasarkan Maslow bahwa guru ialah pembantu sekaligus kawan dalam melaksanakan aktualisasi diri.
Peran guru sebagai fasilitator berdasarkan Abu dan Supriono,W (2004) sanggup diwujudkan dengan memperhatiakan penciptaan suasana awal, situasi kelompok atau pengalaman kelas, memperjelas tujuan di dalam kelas. Menyediakan sumber-sumber berguru untuk dimanfaatkan pebelajar dalam rangka mencapai tujuannya, dan mengambil prakarsa untuk ikut dalam kelompok kelas. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran berdasarkan pandangan psikologi humanistic yaitu:
1. Setiap individu mempunyai kemampuan bawaan untuk belajar.
2. Belajar akan bermanfaat bila siswa menyadari manfaatnya.
3. Belajar akan berarti bila dilakukan lewat pengalaman sendiri dan uji coba sendiri.
4. Belajar dengan prakarasa sendiri penuh kesadaran dan kemampuan sanggup berlangsung lama
5. Kreatifitas dan kepercayaan dari orang lain tumbuh dari suasana kebebasan.
6. Belajar akan berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktif dan disiplin setiap acara belajar.