Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Kota Tangerang Selatan meminta tindak tegas penerbit Lembar Kerja Siswa (LKS) memasukkan ganja dan kokain sebagai jamu. Bahkan harus masuk dalam ranah aturan jikalau ditemukan unsur kesengajaan.
"Kalau ada unsur kesengajaan maka harus ada hukuman aturan yang tegas. Jika tidak sengaja maka itulah cermin pendidikan kita. Sebuah produk buku, karya intelektual, sanggup tersebar di sekolah dengan konten yang ditulis oleh pengarang yang tidak kompeten. Ini menawarkan kecerobohan pendidikan kita," Sekretaris Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Kota Tangsel, Abdullah Ubaid, Kamis (27/10).
Atas masalah ini, pihaknya mempertanyakan tugas stakeholder sekolah selama ini. Apalagi dalam institusi sekolah banyak pihak terkait. Dari unsur pemerintah, ada dinas pendidikan dan juga inspektorat. Sedangkan unsur sekolah, ada guru, siswa, orang tua, tokoh masyarakat, dan juga komite sekolah.
"Harusnya, deteksi dini terhadap buku Lomba Kompetensi Siswa itu sudah sanggup dilakukan sebelum buku hingga di tangan siswa. Tapi, nyatanya, mereka belum bisa menjalankan kiprahnya dengan baik," jelasnya.
Kejadian ini, kata dia, menawarkan bahwa tata kelola sekolah di Tangsel masih carut-marut dan perlu dibenahi. Ini sekaligus menawarkan bahwa tidak ada lagi tugas forum terkait dengan sekolah.
"Bahkan, Dewan Pendidikan Tangsel juga ada, tapi tugas apa saja yang mereka lakukan? Kita patut pertanyakan," terangnya.
"Kalau ada unsur kesengajaan maka harus ada hukuman aturan yang tegas. Jika tidak sengaja maka itulah cermin pendidikan kita. Sebuah produk buku, karya intelektual, sanggup tersebar di sekolah dengan konten yang ditulis oleh pengarang yang tidak kompeten. Ini menawarkan kecerobohan pendidikan kita," Sekretaris Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Kota Tangsel, Abdullah Ubaid, Kamis (27/10).
Atas masalah ini, pihaknya mempertanyakan tugas stakeholder sekolah selama ini. Apalagi dalam institusi sekolah banyak pihak terkait. Dari unsur pemerintah, ada dinas pendidikan dan juga inspektorat. Sedangkan unsur sekolah, ada guru, siswa, orang tua, tokoh masyarakat, dan juga komite sekolah.
"Harusnya, deteksi dini terhadap buku Lomba Kompetensi Siswa itu sudah sanggup dilakukan sebelum buku hingga di tangan siswa. Tapi, nyatanya, mereka belum bisa menjalankan kiprahnya dengan baik," jelasnya.
Kejadian ini, kata dia, menawarkan bahwa tata kelola sekolah di Tangsel masih carut-marut dan perlu dibenahi. Ini sekaligus menawarkan bahwa tidak ada lagi tugas forum terkait dengan sekolah.
"Bahkan, Dewan Pendidikan Tangsel juga ada, tapi tugas apa saja yang mereka lakukan? Kita patut pertanyakan," terangnya.
sumber : merdeka.com (28/10/2016)