Assalammualaikum, Selamat tiba di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas wacana pelajaran Sosiologi yaitu Tentang “Mobilitas Sosial“. Berikut dibawah ini penjelasannya:
Daftar Isi
Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis, yang berarti gampang dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial pada istilah tersebut mengandung makna seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.
Mobilitas sosial ialah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Seseorang yang mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain baik menjadi lebih tinggi maupun menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah kiprah tanpa mengalami perubahan kedudukan disebut mobilitas sosial.
Pengertian Mobilitas Sosial Menurut Para Ahli
Berikut ini terdapat beberapa pengertian mobilitas sosial berdasarkan para ahli, sebagai berikut:
- Paul B. Horton: mobilitas sosial ialah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya
- Kimball Young dan Raymond Mack: mobilitas sosial ialah suatu gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial meliputi sifat kekerabatan antar individu dalam kelompok dan kekerabatan antara individu dan kelompoknya.
- Anthony Giddens: mobilitas sosial menunjuk pada gerakan dari orang per orang dan kelompok-kelompok di antara kedudukan-kedudukan sosial ekonomi yang berbeda.
- Horton & Hunt: mobilitas sosial merupakan tindakan berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.
Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial
Kalian telah mempelajari pengertian mobilitas sosial dan menemukan aneka macam pola mobilitas sosial yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu. Untuk memperdalam pemahamanmu wacana mobilitas sosial, kalian sanggup mempelajari aneka macam bentuk mobilitas sosial. Berdasarkan bentuknya, mobilitas sosial dibedakan atas mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas sosial positif/naik yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Mobilitas sosial negatif/turun yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih buruk.
Uraian berikut ini membantumu untuk mendefinisikan pengertian mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.
1. Mobilitas Vertikal
Apakah yang dimaksud mobilitas sosial vertikal? Mobilitas sosial vertikal ialah perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain yang tidak sederajat, baik pindah ke tingkat yang lebih tinggi (social climbing) maupun turun ke tingkat lebih rendah (social sinking).
Mobilitas Vertikal ke Atas (Social Climbing)
Social climbing adalah mobilitas yang terjadi lantaran adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang atau naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi. Seorang karyawan yang lantaran prestasinya dinilai baik kemudian berhasil menduduki sebagai kepala bagian, manajer, bahkan eksekutif suatu perusahaan merupakan pola mobilitas sosial jenis ini. Bentuk social climbing lain contohnya terbentuknya suatu kelompok gres yang lebih tinggi daripada lapisan sosial yang sudah ada.
Mobilitas Vertikal ke Bawah (Social sinking)
Social sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses social sinking sering kali menimbulkan gejolak kejiwaan bagi seseorang lantaran ada perubahan pada hak dan kewajibannya. Contoh, seorang pegawai diturunkan pangkatnya lantaran melanggar hukum sehingga ia menjadi pegawai biasa.
Contoh bacaan Kasus 2, yaitu insiden yang menimpa Pak Gayus, merupakan pola social sinking dalam kehidupan sehari-hari. Social sinking dapat terjadi lantaran berhalangan melaksanakan tugas, memasuki masa pensiun, turun jabatan, atau dipecat. Social sinking, merupakan pergerakan atau perubahan status sosial dari atas ke bawah.
2. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal ialah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Pada mobilitas horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang.
Faktor Pendorong Terjadinya Mobilitas Sosial
Terdapat bermacam-macam faktor yang mendorong dan terjadinya mobilitas sosial, yaitu:
1. Faktor Struktural
Kalian tentu mengenal semua presiden yang pernah memerintah Republik Indonesia, menyerupai Sukarno, Suharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo. Ketujuh tokoh Indonesia tersebut berhasil mencapai status sosial yang tinggi berkat sistem demokrasi yang berlaku dalam politik di Indonesia.
Dengan sistem demokrasi, setiap warga negara Indonesia sanggup mencapai status sosial berupa jabatan politik yang tinggi. Kedudukan yang tinggi bukan lagi didasarkan pada keturunan, tetapi pada kemampuan hingga kemudian dipercaya menjadi pemimpin.
Rakyat biasa sebagaimana ketujuh tokoh di atas menjadi presiden bukan lantaran mereka keturunan presiden, tetapi dipilih oleh rakyat. Hal ini tentu berbeda dengan sistem pemerintahan kerajaan di mana pengganti raja ialah keturunan sang raja sendiri.
Struktur masyarakat Indonesia sangat terbuka. Orang miskin sanggup mengalami mobilitas sosial setinggi-tingginya, bahkan menjadi presiden. Apabila kalian merupakan anak dari keluarga kurang mampu, jangan berkecil hati. Banyak pola tokoh Indonesia yang berasal dari keluarga miskin.
Kalian tetap sanggup mengejar harapan setinggi-tingginya lantaran mobilitas sosial masyarakat Indonesia bukan berdasarkan keturunan melainkan prestasi. Memang keturunan mempunyai kiprah penting dalam usaha mobilitas sosial. Anak orang kaya gampang untuk memperoleh modal usaha dibandingkan anak orang miskin.
Namun, pada masa sekarang, banyak orang miskin yang menjadi kaya lantaran kegigihannya dalam berusaha. Demikian halnya banyak kasus orang kaya tiba-tiba miskin lantaran terlena dengan kekayaannya, lantas menjadi santai menjalani hidup.
2. Faktor Individu
Setiap individu mempunyai perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dua orang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang relatif setara belum tentu menjadi berhasil dalam melaksanakan mobilitas sosial ke atas. Hal ini disebabkan keberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan sikap individu tersebut.
Sebagai contoh, dua orang sarjana dari akademi tinggi yang sama-sama melamar pekerjaan di suatu perusahaan. Hanya satu orang yang diterima lantaran dianggap mempunyai ambisi dan janji dalam hidup. Kalian sanggup menemukan aneka macam pola perbedaan individu orang-orang di sekitar tempat tinggalmu, yang memengaruhi peluang mereka mengalami mobilitas sosial ke atas.
3. Faktor Sosial
Setiap usaha diawali dari ketidakpuasan. Ketidakpuasan akan status sosial mendorong insan untuk terus berjuang segigih-gigihnya. Setiap insan dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orangtuanya. Saat ia dilahirkan, tidak ada satu insan pun yang sanggup menentukan status. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orangtuanya, ia sanggup mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi.
Kalian tentu juga ingin meningkatkan status sosialmu. Orangtuamu juga selalu berpesan supaya kalian berguru giat. Mereka berharap, suatu ketika kalian lebih berhasil dari orangtuamu.
4. Faktor Ekonomi
Keadaan ekonomi sanggup menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Keadaan ekonomi yang baik memudahkan individu dan kelompok melaksanakan mobilitas sosial. Kalian sanggup memperhatikan aneka macam fenomena masyarakat di sekeliling kita.
Masyarakat yang kondisi ekonominya baik, cenderung lebih gampang melaksanakan mobilitas sosial. Dengan kondisi ekonomi yang baik mereka gampang untuk memperoleh modal, pendidikan, dan kesempatan lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya. Pada masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, prioritas utama ialah pemenuhan kebutuhan primer.
5. Faktor Politik
Bangsa Indonesia patut bersyukur lantaran mempunyai stabilitas politik yang baik. Kondisi negara kondusif dan hening sehingga para pemimpin sanggup menjalankan roda pembangunan dengan baik. Semua rakyat berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu berbeda dengan situasi Indonesia pada tahun 1945-1950.
Pada masa tersebut, situasi politik dalam negeri tidak menentu. Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga menentukan perang baru. Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang menciptakan pemerintah lebih sibuk mengurus keamanan negara daripada meningkatkan perekonomian. Hal ini terang memengaruhi mobilitas sosial warga negara.
6. Kemudahan dalam Akses Pendidikan
Jika pendidikan berkualitas gampang didapat, tentu gampang juga bagi orang untuk melaksanakan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperolehnya. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu menjadikan orang tak menjalani pendidikan yang bagus, serta sulit untuk mengubah status lantaran kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.
Pada zaman penjajahan, pendidikan sulit didapat bangsa Indonesia. Akibatnya, masyarakat terkungkung dalam kebodohan. Jangankan menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi, membaca saja sebagian besar rakyat Indonesia tidak bisa.
Penduduk Indonesia yang sanggup membaca dan menulis pada simpulan masa penjajahan Jepang tidak lebih dari 10%. Kalian sanggup memperkirakan, pada masa penjajahan Belanda, jumlah buta aksara di Indonesia tentu jauh lebih besar.
Bagaimana dengan pendidikan di Indonesia pada masa sekarang? Kalian patut bersyukur lantaran rakyat Indonesia mempunyai kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan. Apabila kalian menginginkan pendidikan setinggi-tingginya, negara telah menyediakan aneka macam kemudahan. Untuk pendidikan SD dan SMP, negara telah membebaskan biaya dasar pendidikan.
Walaupun demikian, tentu bukan pendidikan gratis. Sebab, kalau ingin mutu sekolah semakin baik, tentu diharapkan biaya yang tinggi juga. Untuk pendidikan tingkat menengah, beberapa tempat juga telah membebaskan biaya pendidikan. Apabila masih terjadi kesulitan, pemerintah dan swasta menawarkan banyak beasiswa.
Bagaimana dengan pendidikan di akademi tinggi? Selain aneka macam beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa berprestasi dan mahasiswa miskin selama menempuh pendidikan, pemerintah juga menyediakan beasiswa yang diberikan pada ketika mahasiswa mendaftar di akademi tinggi.
Beasiswa yang diluncurkan semenjak masa Presiden Susilo Bambang Yudoyono tersebut berjulukan BIDIKMISI (Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi). Apabila merasa berasal dari keluarga kurang mampu, kalian sanggup mendaftarkan diri di akademi tinggi dengan kontribusi beasiswa BIDIKMISI. Semua biaya kuliah dan biaya hidup selama studi akan ditanggung negara.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Beberapa faktor penghambat mobilitas sosial ialah sebagai berikut.
1. Kemiskinan
Faktor ekonomi sanggup membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit. Salah satu penyebab kemiskinan ialah pendidikan yang rendah. Masyarakat yang berpendidikan rendah besar lengan berkuasa terhadap kualitas sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan terbatas.
Saat ini, negara Indonesia masih mempunyai penduduk miskin ± 12%. Hal ini menjadi kendala dalam mobilitas sosial. Karena itulah, pemerintah berusaha mengurangi kemiskinan tersebut dengan aneka macam cara. Dengan hilangnya kemiskinan, dengan sendirinya masyarakat akan gampang mengakses aneka macam kemudahan dasar dan memudahkan mobilitas.
2. Diskriminasi
Diskriminasi berarti pembedaan perlakuan lantaran alasan perbedaan bang, suku, ras, agama, golongan. Pada masa penjajahan, terjadi diskriminasi pemerintah Hindia Belanda terhadap masyarakat keturunan Eropa dan masyarakat Indonesia. Dalam memperoleh pendidikan, masyarakat Indonesia disediakan sekolah yang kualitasnya berbeda dengan sekolah-sekolah untuk orang-orang Eropa. Hal ini tentu mempersulit mobilitas sosial rakyat Indonesia.
Saluran Mobilitas Sosial
Kalian tentu berpikir, bagaimana caranya biar mobilitas sosial itu terjadi? Setiap orang sanggup mewujudkan mobilitas sosial di lingkungan atau instansi tempat ia sedang berkarya. Sebagai contoh, bagi seorang guru yang sedang bertugas di forum pendidikan, ia sanggup mewujudkan mobilitas sosial di forum pendidikan tersebut. Seorang politikus di partai politik sanggup melaksanakan mobilitas sosial di partai politik yang ia ikuti.
Berikut ini merupakan pola saluran-saluran mobilitas sosial.
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan saluran bagi mobilitas vertikal yang sering dipakai lantaran melalui pendidikan orang sanggup mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang aktual dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang mengangkat seseorang dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
Pendidikan menawarkan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh, seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah hingga jenjang akademi tinggi. Setelah lulus, ia mempunyai pengetahuan dagang dan memakai pengetahuannya itu untuk berusaha. Setelah ia berhasil menjadi pedagang, secara otomatis status sosialnya juga meningkat.
2. Organisasi Politik
Banyak pola orang yang meniti usaha karir di organisasi politik dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Sebagai contoh, Presiden Republik Indonesia pertama Ir Sukarno. Ketika mendirikan Partai Nasional Indonesia, Sukarno tidak mempunyai jabatan di pemerintahan.
Namun, melalui usaha politiknya, Sukarno semakin dikenal rakyat dan penjajah. Pada ketika kemerdekaan, Sukarno dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia.
Seorang angota partai politik yang profesional dan punya pengabdian tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status yang semakin tinggi dalam partainya hingga karenanya menjadi anggota dewan legislatif. Kalian sanggup menemukan aneka macam pola usaha orang-orang di partai politik di sekitar tempat tinggalmu.
3. Organisasi Ekonomi
Organisasi yang bergerak itu antara lain dalam bidang perusahan ataupun jasa umumnya menawarkan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal. Organisasi ekonomi itu antara lain koperasi dan tubuh usaha.
Kalian tentu mempunyai koperasi di sekolahmu. Apa tujuan didirikan organisasi koperasi? Tentu untuk menyejahterakan anggotanya. Karena itu, koperasi akan melayani kebutuhan anggotanya. Koperasi sekolah tentu akan mengutamakan pelayanan terhadap para peserta didik.
Demikian juga halnya dengan koperasi pasar, petani, nelayan, dan sebagainya. Melalui organisasi koperasi, kesejahteraan anggota sanggup diperjuangkan. Keberhasilan usaha koperasi mencerminkan keberhasilan usaha anggota-anggotanya.
4. Organisasi Profesi
Contoh organisasi profesi lainnya yang sanggup dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal ialah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Himpinan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan organisasi profesi lainnya. Kalian sanggup menemukan aneka macam organisasi profesi yang ada di Indonesia.
Bagaimana organisasi profesi sanggup menjadi sarana saluran mobilitas vertikal? Karena organisasi profesi merupakan himpunan orang-orang yang mempunyai profesi yang sama sehingga mereka akan lebih kompak dan kuat memperjuangkan profesinya.
Sebagai contoh, organisasi profesi guru Persatuan Guru Republik Indonesia merupakan salah satu sarana usaha para guru dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan guru. Selain memperjuangkan pendidikan di Indonesia, PGRI juga memperjuangkan peningkatan kesejahteraan guru. Perjuangan PGRI tentu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia sehingga kesejahteraan guru di Indonesia terus mengalami peningkatan.
Dampak Mobilitas Sosial
Apakah dampak terjadinya mobilitas sosial? Apabila semua mobilitas sosial bersifat ke atas (social climbing), tentu semua orang akan merasa senang. Akan tetapi, selalu ada 3 (tiga) kemungkinan mobilitas sosial, yakni ke bawah, ke atas, dan ke samping. Karena itulah, kalian perlu memahami bahwa dampak terjadinya mobilitas sosial bersifat positif dan negatif.
1. Dampak Positif Mobilitas Sosial
Apakah dampak positif terjadinya mobilitas sosial? Berikut ini beberapa dampak positif terjadinya mobilitas sosial, yaitu:
a. Mendorong Seseorang untuk Lebih Maju
Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju di aneka macam bidang. Kalian sanggup membedakan kondisi Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan. Pada masa penjajahan, banyak rakyat kecil yang tidak mempunyai cita- cita menjadi camat, bupati, atau gubernur. Hal ini lantaran tidak adanya kesempatan untuk itu. Bagaimana dengan sekarang? Banyak rakyat kecil kemudian berhasil menjadi pemimpin di aneka macam bidang.
b. Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial
Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jikalau didukung sumber daya insan yang berkualitas. Hal itu berarti perlu peningkatan kualitas pendidikan.
Keberhasilan mobilitas sosial di Indonesia berarti menciptakan orang Indonesia mempunyai kedudukan terhormat. Cerdik cerdik yang semakin banyak secara pribadi mendorong terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat. Perubahan yang gampang dilihat, misalnya, pada masyarakat desa. Penduduk yang berhasil melaksanakan mobilitas sosial biasanya akan memengaruhi teman-teman atau masyarakat lainnya.
Hal ini berarti secara pribadi akan mendorong terjadinya perubahan sosial budaya di desa tersebut. Penduduk yang sebagian besar berpendidikan rendah, kemudian berpendidikan tinggi akan besar lengan berkuasa terhadap gaya hidup dan mata pencaharian mereka.
c. Meningkatkan Integrasi Sosial
Terjadinya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat sanggup meningkatkan integrasi sosial. Contohnya, ia akan mengikuti keadaan dengan gaya hidup, nilai- nilai, dan norma-norma yang dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang gres sehingga tercipta integrasi sosial.
Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat akan menerima respon yang berbeda dari masyarakat lain. Respon tersebut sanggup berupa tentangan, namun juga sanggup berupa penerimaan. Penerimaan imbas yang diakibatkan mobilitas sosial tentu merupakan salah satu pola terjadinya integrasi dalam masyarakat.
2. Dampak Negatif Mobilitas Sosial
Kalian telah memahami dampak positif terjadinya mobilitas sosial. Tentu kalian berpikir bahwa mobilitas sosial juga membawa dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Apakah dampak negatif mobilitas sosial?
a. Terjadinya Konflik
Mobilitas sosial merupakan salah satu usaha insan dan kelompok sosial untuk mencapai posisi sosial yang semakin tinggi. Dalam hal ini, sangat masuk akal kalau kemudian timbul persaingan, yang kerap juga memicu konflik. Dalam perjalanan kehidupan manusia, persaingan tidak sanggup dihindarkan. Persaingan selalu muncul dengan aneka macam kategorinya. Bahkan, persaingan bisa berubah menjadi menjadi konflik.
Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan menerima saingan luar biasa dari penjajah. Konflik ini tidak sanggup dihindarkan bahkan hingga terjadi perang. Sebagai pola kecil, usaha karyawan bawahan di suatu perusahaan untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi akan menghadapi persaingan dari karyawan lain. Bahkan, sanggup pula berhadapan dengan atasan yang takut kedudukannya digeser.
Contoh lain, usaha di dalam partai politik dan antarpartai politik. Semua partai politik berjuang salah satunya untuk memperoleh kekuasaan. Kondisi ini tentu menimbulkan persaingan yang kadang memunculkan konflik. Kalian tentu masih ingat insiden Gerakan 30 September 1965. Peristiwa tersebut merupakan salah satu dampak negatif dari ambisi mereka, jabatan, atau kekuasaan yang lebih tinggi. Persaingan antarpartai politik di Indonesia menimbulkan konflik yang membahayakan kelangsungan bangsa Indonesia.
Persaingan ataupun konflik perlu disikapi dengan bijaksana. Persaingan tidak sanggup dihindarkan, tetapi persaingan yang tidak sehat akan mengakibatkan konflik. Karena itulah, setiap perubahan sosial hendaknya selalu dikelola dengan sikap yang positif. Dengan demikian, tiap individu atau kelompok sosial yang berhasil atau gagal dalam usaha melaksanakan mobilitas sosial ke atas sama-sama lapang dada mendapatkan kenyataan.
b. Gangguan Psikologis
Seseorang yang mempunyai jabatan kadang khawatir kehilangan jabatan. Bahkan pada ketika jabatan yang dimiliki sudah lepas, kadang ia tidak rela melepaskan jabatan tersebut. Banyak orang yang setelah kehilangan jabatan, baik lantaran diganti maupun lantaran sudah selesai masa tugasnya (pensiun), menjadi gampang gelisah.
Individu yang mengalami keadaan menyerupai ini termasuk mengalami gangguan psikologis. Hal tersebut akan membahayakan diri sendiri lantaran stres yang berkepanjangan akan melahirkan aneka macam penyakit psikis dan fisik lainnya.
Contoh: darah tinggi, asam lambung, insomnia merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis menyerupai di atas tentu tidak akan terjadi pada individu yang lapang dada mendapatkan keadaan, dan kemudian bertekad untuk berubah.
Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sosiologi Tentang Mobilitas Sosial adalah: Bentuk Faktor, Saluran & Dampak
Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!
Baca Artikel Lainnya:
- Materi Tanah Longsor
- 45 Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli Lengkap
- Pengertian Ekonomi Makro, Tujuan, Permasalahan dan Alasannya
- 9 Pencipta Lagu Wajib Nasional Indonesia
Sumber aciknadzirah.blogspot.com