Assalammualaikum, Selamat tiba di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas wacana pelajaran Sejarah yaitu Tentang “Pemberontakan Andi Azis“. Berikut dibawah ini penjelasannya:
Tokoh utama pada Pemberontakan kali ini yakni Andi Abdoel Azis. Andi Abdoel Azis atau dikenal dengan sebutan Andi Azis lahir pada tangal 19 September 1924 di Simpangbinal, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Pada tahun 1930-an Andi Azis dibawa ke Belanda oleh seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda.
Pecahnya Perang Dunia ke II, karenanya Andi Azis masuk ke Koninklijk Leger dan ia ditugaskan untuk masuk ke dalam tim pasukan bawah tanah untuk melawan Tentara Penduduk Jerman (Nazi).
Setelah Jepang mengalah tanpa syarat kepada sekutu, karenanya Andi Azis diperbolehkan untuk menentukan kiprah dan mempertimbangkan apakah ia akan masuk ke dalam satuan sekutu yang akan bertugas di Jepang atau menentukan untuk masuk ke dalam kelompok yang akan ditugaskan di gugus selatan Negara Indonesia.
Setelah di pikir-pikir bahwa sudah 11 tahun ia tidak jumpa dengan orang tuanya di Sulawesi Selatan, karenanya dengan tegas ia tetapkan untuk ikut satuan yang akan bertugas di gugus selatan Indonesia, dengan keinginan ia bisa bersatu kembali bersama orang tuanya di Makassar.
Pada tanggal 19 Januari 1946 kelompoknya mendarat di daratan pulau Jawa (Jakarta), waktu itu Andi Azis menjabat sebagai komandan regu, dan kemudian di tugaskan di Cilinding. Pada tahun 1947-an ia mendapat kesempatan libur/cuti panjang ke Makassar dan mengakhiri dinas militer.
Setelah Andi Azis tahu bahwa ia mendapat cuti panjang, maka ia segera kembali lagi ke Jakarta dan mengikuti pendidikan kepolisian di Menteng Pulo. Pada pertengahan tahun 1947, ia dipanggil lagi untuk masuk ke dalam satuan KNIL dan diberi jabatan/pangkat Letnan Dua.
Setelah itu, ia dikirim lagi ke Makasar dan diangkat sebagai Komandan kompi dengan pangkat Lettu dan 125 anak buahnya (KNIL) yang sudah berpengalaman dan kemudian masuk ke Tentara Nasional Indonesia (Tentara Nasional Indonesia). Pada tanggal 30 Maret 1950, ia bersama dengan pasukan KNIL di bawah komandonya menggabungkan diri ke dalam APRIS di hadapan Letkol Ahmad Junus Mokoginta, Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur.
Di dalam barisan Tentara Nasional Indonesia (APRIS) kemudian Andi Azis dinaikkan pangkatnya menjadi seorang kapten dan tetap memegang kendali kompi yang dipimpinnya. Kompi tersebut tidak banyak mengalami perubahan anggotanya.
Anggota kompi yang dipimpinya itu bukanlah anggota sembarangan, mereka mempunyai kemampuan tempur di atas standar pasukan regular Tentara Nasional Indonesia dan Belanda. Pada ketika itu di kawasan Bandung-Cimahi terdapat banyak prajurit Belanda yang sedang dilatih untuk persiapan aksi militer Belanda II. Di tempat tersebut ada dua macam pasukan khusus Belanda yang sedang dilatih.
Di antara pasukan khusus itu yakni pasukan komando (Baret Hijau) dan pasukan penerjun (Baret Merah). Sesuai dengan pengalamannya di front Eropa, kemungkinana Andi Azis melatih para pasukan Komando tersebut dengan kemampuan yang di milikinya.
Daftar Isi
Latar Belakang Pemberontakan Andi Azis
Pemberontakan di bawah naungan Andi Azis ini terjadi di Makassar yang diawali dengan adanya konflik di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950. Kekacauan yang berlangsung di Makassar ini terjadi alasannya adanya demonstrasi dari kelompok masyarakat yang anti federal, mereka mendesak NIT supaya segera menggabungkan diri dengan RI. Sementara itu di sisi lain terjadi sebuah konflik dari kelompok yang mendukung terbentuknya Negara Federal. Keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya kegaduhan dan ketegangan di masyarakat.
Untuk menjaga keamanan maka pada tanggal 5 April 1950, pemerintah mengirimkan 1 batalion Tentara Nasional Indonesia dari Jawa pimpinan Mayor Hein Victor Worang.Kedatangan pasukan tersebut dipandang mengancam kedudukan kelompok masyarakat pro-federal.Selanjutnya kelompok pro-federal ini bergabung dan membentuk “Pasukan Bebas” di bawah pimpinan Kapten Andi Aziz.Ia menganggap duduk masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya.
Namun kedatangan Tentara Nasional Indonesia ke kawasan tersebut dinilai mengancam kedudukan kelompok masyaraat pro-federal. Selanjutnya para kelompok masyarakat pro-federal ini bergabung dan membentuk sebuah pasukan “Pasukan Bebas” di bawah komando kapten Andi Azis.Ia menganggap bahwa duduk masalah keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggung jawabnya.
Latar belakang timbulnya pemberontakan Andi Aziz yakni sebagai berikut :
- Timbulnya kontradiksi pendapat mengenai peleburan Negara cuilan Indonesia Timur (NIT) ke dalam negara RI. Ada pihak yang tetap menginginkan NIT tetap dipertahankan dan tetap merupakan cuilan dari wilayah Republik Indonesia Serikat (RIS), sedangkan di satu pihak lagi menginginkan NIT melebur ke negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta.
- Ada perasaan curiga di kalangan bekas anggota-anggota KNIL yang disalurkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Setikat (APRIS)/TNI. Anggota-anggota KNIL beranggapan bahwa pemerintah akan meng-anaktirikan-nya, sedangkan pada pihak Tentara Nasional Indonesia sendiri ada semacam kecanggungan untuk bekerja sama dengan bekas lawan mereka selama perang kemerdekaan.
Jadi, sanggup disimpulkan bahwa lata belakang pemberontakan Andi Azis yakni :
- Menuntut bahwa keamanan di Negara Indonesia Timur hanya merupakan tanggung jawab pasukan bekas KNIL saja.
- Menentang campur tangan pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) terhadap konflik di Sulawesi Selatan.
- Mempertahankan berdirinya Negara Indonesia Timur.
Ketiga hal tersebut mendorong lahirnya pemberontakan bersenjata yang dipimpin oleh bekas tentara KNIL, Andi Aziz, pada tanggal 5 April 1950.Padahal sebelumnya, pemerintah telah mengangkat Andi Aziz menjadi Kapten dalam suatu program peresmian penerimaan bekas anggota KNIL ke dalam badan APRIS pada tanggal 30 Maret 1950.
Namun, alasannya Kapten Andi Aziz terpengaruhi hasutan Mr. Dr. Soumokil yang menginginkan tetap dipertahankannya Negara Indonesia Timur (NIT), karenanya ia mengerahkan anak buahnya untuk menyerag Markas Panglima Territorium. Ia bersama anak buahnya melucuti senjata Tentara Nasional Indonesia yang menjaga kawasan tersebut.
Di samping itu, Kapten Andi Abdul Aziz berusaha menghalang-halangi pendaratan pasukan Tentara Nasional Indonesia ke Makassar alasannya dianggapnya bahwa tanggung jawab Makassar harus berada di tangan bekas tentara KNIL.
Dengan anggapan sudah merasa besar lengan berkuasa pada tanggal 5 April 1950, sehabis menangkap dan menawan Letnan kolonel Mokoginta, Panglima Territorium Sulawesi, Kapten Andi Aziz mengeluarkan pernyataan yang ditujukan kepada pemerintah sentra di Jakarta. Adapun isi pernyataan itu yakni sebagai berikut :
- Negara Indonesia Timur harus tetap dipertahankan semoga tetap bangun menjadi cuilan dari RIS.
- Tanggung jawab keselamatan kawasan NIT semoga diserahkan kepada pasukan KNIL yang telah masuk menjadi anggota APRIS. Tentara Nasional Indonesia yang bukan berasal dari KNIL tidak perlu turut campur.
- Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Hatta supaya tidak mengizinkan NIT dibubarkan dan bersatu dengan Republik Indonesia.
Dampak Pemberontakan Andi Aziz
Pada tanggal 5 April 1950, anggota pasukan Andi Azis menyerang markas Tentara Nesional Indonesia (TNI) yang bertempat di Makassar, dan mereka pun berhasil menguasainya. Bahkan, Letkol Mokoginta berhasil ditawan oleh pasukan Andi Azis. Akhirnya, Ir. P. D Diapri (Perdana Mentri NIT) mengundurkan diri alasannya tidak oke dengan apa yang sudah dilakukan oleh Andi Azis dan ia digantikan oleh Ir. Putuhena yang pro-RI.
Pada tanggal 21 April 1950, Sukawati yang menjabat sebagai Wali Negara NIT mengumumkan bahwa NIT bersedia untuk bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Upaya Penumpasan Pemberontakan Andi Aziz
Untuk menanggulangi pemberontakan yang di lakukan oleh Andi Azis, pada tanggal 8 April 1950 pemerintah memperlihatkan perintah kepada Andi Azis bahwa setiap 4 x 24 Jam ia harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang sudah ia lakukan.
Untuk pasukan yang terlibat dalam pemberontakan tersebut diperintahkan untuk menyerahkan diri dan melepaskan semua tawanan. Pada waktu yang sama, dikirim pasukan yang dipimpin oleh A.E. Kawilarang untuk melaksanakan operasi militer di Sulawesi Selatan.
Untuk menumpas pemberontakan Andi Azis pemerintah RIS melaksanakan banyak sekali upaya, di antaranya adalah:
- Setelah ultimatum kepada Andi Azis untuk menghadap ke Jakarta guna mempertanggungjawabkan perbuatannya tidak dipenuhi maka pemerintah mengirim pasukan untuk menumpas pemberontakan tersebut.
- Pemerintah mengirimkan pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang dan terdiri dari banyak sekali kesatuan dari ketiga angkatan dan kepolisian. Selanjutnya APRIS segera bergerak dan menguasai kota Makassar dan sekitarnya. Pada bulan April 1950 Andi Azis menyerahkan diri akan tetapi pertempuran-pertempuran antara pasukan APRIS dan pasukan KNIL masih berlangsung pada bulan Mei dan Agustus 1950.
Tanggal 15 April 1950, Andi Azis pergi ke Jakarta sehabis didesak oleh Sukawati(Tjokorda Gde Raka Soekawati), Presiden dari Negara NIT. Penyerahan diri Andi Azis terlambat, akhir sempat terpengaruh hasutan Christiaan Robbert Steven Soumokil yang kemudian jadi pendiri Republik Maluku Selatan (RMS).
Sehingga, Andi Azis karenanya ditangkap dan diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, sedangkan untuk pasukan Tentara Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Mayor H. V Worang terus melanjutkan pendaratan di Sulawesi Selatan.Pada tanggal 21 April 1950, pasukan ini berhasil menguasai Makassar tanpa adanya perlawanan dari pihak pemberontak.
Pada Tanggal 26 April 1950, anggota ekspedisi yang dipimpin oleh A.E Kawilarang mendarat di daratan Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan-pun tidak berlangsung usang alasannya keberadaan anggota KL-KNIL yang sedang menunggu peralihan pasukan APRIS keluar dari Makassar. Para anggota KL-KNIL memprovokasi dan memancing emosi yang menjadikan terjadinya bentrok antara pasukan KL-KNIL dengan pasukan APRIS.
Pertempuran antara pasukan APRIS dengan KL-KNIL berlangsung pada tanggal 5 Agustus 1950.Kota Makassar pada ketika itu sedang berada dalam kondisi yang sangat menegangkan alasannya terjadinya peperangan antara pasukan KL-KNIL dengan APRIS.Pada pertempuran tersebut pasukan APRIS berhasil menaklukan lawan, dan pasukan APRIS-pun melaksanakan taktik pengepungan terhadap tentara-tentara KNIL tersebut.
Tanggal 8 Agustus 1950, pihak KL-KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari bahwa kedudukannya sudah tidak menguntungkan lagi untuk perperang dan melawan serangan dari lawan.Perundingan tersebut karenanya dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral Scheffelaar dari pihak KL-KNIL.
Hasil negosiasi kedua belah pihakpun oke untuk menghentikan baku tembak yang mengakibatkan terjadinya kegaduhan di kawasan Makassar tersebut, dan dalam waktu dua hari pasukan KNIL harus meninggalkan Makassar.
Antara pihak pemberontak dengan utusan pihak pemerintah dari Jakarta, semula diusahakan pemecahan duduk masalah melalui negosiasi yang kemudian disusul dengan ultimatum, sehingga pada karenanya harus diambil tindakan militer. Pada tanggal 20 Agustus 1950 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sanggup menguasai seluruh kota Makasar atau Ujung Pandang.
Hikmah di Balik Pemberontakan Andi Azis
Kapten Andi Abdoel Azis, ia yakni seorang pemberontak yang tidak pernah menyakiti dan membunuh orang untuk kepentingan pribadinya. Ia hanyalah korban propaganda dari Belanda, alasannya kebutaannya terhadap dunia politik.
Andi Azis yakni seorang militer sejati yang mencoba untuk mempertahankan kesatuan Negara Republik Indonesia pada masa itu, dan dalam kesehariannya, seorang Andi Azis cukup dipandang dan dihargai oleh masyarakat suku Bugis Makassar yang bertempat tinggal di Tanjung Priok, Jakarta.
Disanalah Andi Azis diakui sebagai salah satu sesepuh yang selalu dimintai nasehat oleh para penduduk wacana bagaimana cara menjadikan suku Bugis Makassar supaya tetap dalam keadaan rukun dan sejahtera.
Andi Azis dikenal juga sebagai orang yang murah hati dan suka menolong.Ia selalu berpesan kepada belum dewasa angkatnya bahwa “Siapapun boleh dibawa masuk ke dalam rumahnya kecuali 3 jenis insan yaitu pemabuk, penjodi, dan pemain perempuan.
Seorang Andi Azis patut kita jadikan sebagai materi pembelajaran bahwa kita selama hidup di dunia ini jangan terlalu percaya denganapa yang orang lain katakan, percayalah kepada hati nurani, jangan terlalu percaya dengan orang lain alasannya orang itu belum tentu bisa mengajak kita ke jalan yang benar dan mungkin malah mengajak kita untuk berbuat salah. Maka dari itu, alangkah lebih baiknya kita harus berwaspada dan berhati-hati dalam mempercayai orang lain.
Demikian Penjelasan Pelajaran IPS-Sejarah Tentang Pemberontakan Andi Azis: Latar Belakang, Dampak, Upaya & Hikmah
Semoga Materi Pada Hari ini Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi, Terima Kasih !!!
Baca Artikel Lainnya:
- Pengertian Sistem Ekonomi Menurut Para Ahli
- Pengertian Modernisasi Menurut Para Ahli Pakar
- G30S/PKI: Latar Belakang, Peristiwa, Tujuan dan Penumpasan
- Pemberontakan APRA
Sumber aciknadzirah.blogspot.com