Tuesday, April 10, 2018

√ Bubuk Nawas Buang Hajat Besar

Konon di Zaman Raja Harun Al Rasyid dahulu tidak ada yang namanya WC, yang ada cuma sungai atau kali untuk buang hajat. Suatu ketika sang raja merasa perutnya sedang sakit, dan sudah tidak sanggup lagi untuk diajak kompromi. Seketika itu juga raja meminta para pengawal untuk mendampinginya ke sungai demi merampungkan hajatnya. 

Kebetulan sungai disitu mengalir ke arah selatan. Dan Sudah masyhur di kalangan masyarakat , jikalau sang raja sedang buang hajat di sungai, maka rakyat tidak boleh keras berak di sebelah utaranya raja, alasannya ialah di khawatirkan kotoran tersebut akan mengalir ke arah selatan dan mengenai tubuh sang raja. Dan kalau ada yang melanggar, maka akan mendapatkan eksekusi berat dari sang raja.

Namun kali ini, peraturan tersebut tidak diindahkan oleh sang tokoh kocak Abu Nawas. Abu Nawas dengan santainya juga ikut berak di sebelah utara agak jauh dari posisi sang raja, sehingga sang raja tidak melihatnya.

Disaat asyik buang hajat, datang – datang saja ada suatu benda yang menyenggol pantat sang raja, tanpa berpikir panjang, benda tersebut eksklusif dipegang dan dilihat oleh sang raja, alangkah terkejutnya, ternyata benda tersebut ialah kotoran manusia. kontan saja hal itu menciptakan sang raja naik pitam.

seketika itu juga raja menyuruh para pengawalnya untuk menelusuri sungai di sebelah utara, dan menangkap orang yang berak. Benar saja, di sebelah utara agak jauh dari posisi sang raja, terlihat sosok Abu Nawas sedang berak dengan santainya. Saat itu juga para pengawal eksklusif menangkap dan membawanya ke hadapan raja untuk dihukum.

Ketika dihadapkan pada raja, Abu Nawas memprotes pada raja kenapa ia ditangkap dan akan dihukum.

” Apakah kau tidak tahu wahai Abu Nawas, perbuatanmu itu telah melecehkan privasiku, kau telah menginjak – injak harga diriku, kau memang tidak punya tata krama" hardik sang raja.

“Berani – beraninya kau berak di sebelah utaraku, sehingga kotoranmu mengenai badanku, selama ini tidak pernah seorangpun dari rakyatku berani melaksanakan perbuatan sepertimu wahai Abu Nawas" Tambah sang raja dengan nada sangat kesal.

“Kini kau harus mendapatkan eksekusi dariku” sambung raja.

“Maaf, tunggu sebentar wahai raja ” sela Abu Nawas.

“Ada apa?" tanya raja, “kali ini tidak ada lagi ampun bagimu Abu nawas”.

“Tunggu sebentar, tolong beri saya kesempatan untuk menjelaskannya. Saya melaksanakan itu semua, alasannya ialah saya sangat menghormati engkau wahai raja” terperinci Abu Nawas.

Mendegar hal itu, Raja Harun Al Rasyid eksklusif sedikit tertegun dengan apa yang disampaikan oleh Abu Nawas.

“Mengapa perbuatan menyerupai itu, Kau bilang malah untuk menghormati Aku???” tanya raja dengan lisan agak sedikit keheranan.

“Ya benar raja” jawab Abu Nawas dengan tegasnya.

Rajapun semakin keheranan dan ingin tau dengan bubuk nawas.

“Baiklah kali ini saya kasih kau kesempatan untuk menjelaskan alasannya, jikalau alasanmu tidak masuk akal, maka Aku tidak segan – segan untuk memperberat hukumanmu.” tegas raja.

“Baiklah raja, begini alasannya. Raja tahu, selama ini jikalau Raja tengah mengadakan perjalanan dengan rakyat atau bersama pengawal, tidak ada satupun dari rakyat atau pengawal raja yang berani mendahului jalannya raja, begitu juga dengan Saya, ketika Saya ikut rombongan raja, posisi Saya ketika berjalan tidak berani mendahului raja, itu Saya lakukan alasannya ialah Saya menjaga tata krama dan sopan santun kepada raja” jawab Abu Nawas.

“Ya bagus, namun apa hubungannya dengan perbuatanmu yang kini ini??” tanya raja dengan nada semakin ingin tau dengan nalar cendekia Abu Nawas.

“Begini raja, saya menghormati engkau tidak setengah – setengah, melainkan saya menghormati engkau dengan sepenuh hati. Ketika saya buang hajat, saya menentukan di sebelah utara raja, dan sama sekali, saya tidak berani berak berada di sebelah selatan raja. Hal ini saya lakukan alasannya ialah saya kuatir, jikalau saya berak di sebelah selatan raja, maka nanti kotoran saya berlaku tidak sopan kepada kotoran raja, alasannya ialah sudah berani berjalan mendahuli kotoran raja. sehingga saya menentukan berak di sebelah utara, supaya supaya kotoran saya tidak hingga mendahului kotoran raja. Ini semua saya lakuakan tidak lain, hanya demi Tata krama saya kepada kotoran raja.

Terus terang wahai baginda, kotoran saya tidak berani mendahului kotoran raja, alasannya ialah hal itu merupakan perbuatan yang tak terpuji. Ketika raja berjalan, saya tidak berani mendahului jalan raja, begitu juga ketika kotoran raja mengalir, maka kotoran saya pun tidak berani mendahului kotoran raja. ini semua saya lakuakan alasannya ialah sopan santun dan tata krama saya yang sepenuh hati kepada raja.” terperinci ABu Nawas.

“Malah yang seharusnya diberi eksekusi bukan saya wahai raja, melainkan rakyat engkau yang tidak punya tata krama, alasannya ialah mereka berani berak di sebelah selatanmu, sehingga kotoran mereka mendahului kotoranmu“ terperinci Abu Nawas.

Mendengar klarifikasi Abu Nawas, raja pun tersennyum. ia tidak jadi murka dan menghukum Abu Nawas, tetapi oleh sang raja Abu Nawas malah diberi hadiah alasannya ialah alasannya masuk akal.

Sejak insiden itu, raja pun menginstruksikan kepada rakyatnya untuk berak di sebelah utara sang raja, demi menjaga kesopanan kepada kotoran sang raja.


Sumber : http://www.facebook.com/notes/cerita-abu-nawas/abu-nawas-buang-hajat-besar/190528161018871

Sumber http://kickfahmi.blogspot.com