Pada tumbuhan, klorofil sanggup disintesis dari suksinil-KoA dan glisin, meskipun prekursor eksklusif untuk klorofil a dan b ialah protochlorophyllide. Pada tumbuhan Angiospermae, langkah terakhir, konversi protochlorophyllide menjadi klorofil, bergantung pada cahaya dan tumbuhan semacam itu pucat (terurai) kalau tumbuh dalam kegelapan. Tumbuhan non-vaskuler dan ganggang hijau mempunyai enzim embel-embel yang tidak tergantung cahaya dan tumbuh hijau bahkan dalam kegelapan.
Klorofil sendiri terikat dengan protein dan sanggup mentransfer energi yang diserap ke arah yang diperlukan. Protochlorophyllide sebagian besar terjadi dalam bentuk bebas dan, dalam kondisi cahaya, bertindak sebagai fotosensitizer, membentuk radikal bebas yang sangat beracun. Oleh lantaran itu, tumbuhan memerlukan prosedur yang efisien untuk mengatur jumlah prekursor klorofil. Dalam angiospermae, ini dilakukan pada langkah asam aminolevulinic (ALA), salah satu senyawa antara dalam jalur biosintesis. Tumbuhan yang diberi makan oleh ALA mengakumulasi tingkat protochlorophyllide yang tinggi dan beracun; begitu pula mutan dengan sistem regulasi yang rusak.
Klorosis ialah suatu kondisi di mana daun menghasilkan klorofil yang tidak mencukupi, menjadikannya kuning. Klorosis sanggup disebabkan oleh kekurangan zat besi – disebut klorosis besi – atau lantaran kekurangan magnesium atau nitrogen. PH tanah terkadang berperan dalam klorosis yang disebabkan oleh nutrisi; banyak tumbuhan diubahsuaikan untuk tumbuh di tanah dengan tingkat pH spesifik dan kemampuan mereka untuk menyerap nutrisi dari tanah sanggup bergantung pada hal ini. Klorosis juga sanggup disebabkan oleh patogen termasuk virus, basil dan bisul jamur, atau serangga penghisap getah.
Sumber https://infoana.comm