Pengertian Pemuliaan Tanaman
Pemuliaan tanaman ialah usaha-usaha yang dilakukan untuk mengubah susunan genetik tanaman, baik individu maupun secara gotong royong (populasi) dengan tujuan tertentu. Pemuliaan tumbuhan kadang kala disamakan dengan penangkaran tanaman, kegiatan memelihara tumbuhan untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian; pada kenyataannya, kegiatan penangkaran ialah sebagian dari pemuliaan. Selain melaksanakan penangkaran, pemuliaan berusaha memperbaiki mutu genetik sehingga diperoleh tumbuhan yang lebih bermanfaat.
Pengetahuan mengenai sikap biologi tumbuhan dan pengalaman dalam budidaya tumbuhan merupakan hal yang paling menentukan keberhasilan perjuangan pemuliaan, sehingga buku-buku teks seringkali menyebut pemuliaan tumbuhan sebagai seni dan ilmu memperbaiki keturunan tumbuhan demi kemaslahatan manusia[1]. Di perguruan tinggi, pemuliaan tumbuhan biasa dianggap sebagai cabang agronomi (ilmu produksi tanaman) atau genetika terapan, alasannya sifat multidisiplinernya.
Pelaku pemuliaan tumbuhan disebut pemulia tanaman. Karena pengetahuannya, seorang pemulia tumbuhan biasanya juga menguasai agronomi dan genetika. Tugas pokok seorang pemulia tumbuhan ialah merakit kultivar yang lebih baik[2]: mempunyai ciri-ciri yang khas dan lebih bermanfaat bagi penanamnya. Kultivar juga dikenal awam sebagai varietas, meskipun keduanya tidak selalu sama artinya.
Aplikasi kultivar unggul padi dan gandum merupakan salah satu komponen penting dalam Revolusi Hijau[3], suatu paket penggunaan teknologi modern secara massal untuk menggenjot produksi pangan dunia, khususnya gandum roti, jagung, dan padi. Dilihat dari sudut pandang agribisnis, pemuliaan tumbuhan merupakan pecahan dari perjuangan perbenihan yang menempati posisi awal/hulu dari keseluruhan mata rantai industri pertanian.
Pemuliaan tumbuhan ialah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan inovasi dan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku untuk menghasilkan varietas gres dan mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan. (Undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2000 perihal proteksi varietas tanaman)
Pemuliaan tumbuhan ialah suatu teknologi dan seni untuk memanipuasi gen dan kromosom atau kemampuan genetik tumbuhan sehingga sifat-sifat tumbuhan tersebut menjadi mulia dan lebih mempunyai kegunaan sesuai dengan keperluan insan yang selalu meningkat (Ahmad Baehaki dalam Nani Hermiati 2000. Diktat Kuliah Pengantar Pemuliaan Tanaman.Fakultas Pertanian UNPAD Bandung)
Pemuliaan tumbuhan ialah ilmu perihal perubahan susunan genetic sehingga memperoleh tumbuhan yang menguntungkan insan (Poespodarsono Sumardjo. 1988. Dasar-dasar ilmu oemuliaan tanaman.PAU IPB-Lembaga sumberdaya informasi IPB).
Contoh keberhasilan pemuliaan tanaman
Awal kurun ke-20 menjadi titik perkembangan pemuliaan tumbuhan yang berbasis ilmu pengetahuan. Perkembangan pesat dalam botani, genetika, agronomi, dan statistika tumbuh sebagai motor utama modernisasi pemuliaan tumbuhan semenjak awal kurun ke-20 hingga 1980-an. Mekanisasi pertanian di dunia yang meluas semenjak 1950-an memungkinkan penanaman secara massal dengan tenaga kerja minimal. Ketika biologi molekular tumbuh pesat semenjak 1970-an, pemuliaan tumbuhan juga mengambil manfaat darinya, dan mulailah perkembangan pemuliaan tumbuhan yang didukung ilmu tersebut semenjak 1980-an. Bioinformatika juga perlahan-lahan mengambil kiprah statistika sebagai pendukung utama dalam analisis data eksperimen.
Jagung bibit unggul telah mendominasi lahan jagung di Amerika Serikat semenjak 1930-an, sementara di Indonesia hingga 2007 masih di bawah 50 persen[15].
Penemuan kembali Hukum Pewarisan Mendel pada tahun 1900, eksperimen terhadap seleksi atas generasi hasil persilangan dan galur murni oleh Wilhelm Johannsen (dekade pertama kurun ke-20), peletakan dasar Hukum Hardy-Weinberg (1908 dan 1909), dan klarifikasi pewarisan kuantitatif berbasis Hukum Mendel oleh Sir Ronald Fisher pada tahun 1916 memperlihatkan banyak dasar-dasar teoretik terhadap aneka macam fenomena yang telah dikenal dalam praktik dan menjadi dasar bagi aplikasi ilmu dan teknologi dalam perbaikan kultivar.
Perkembangan yang paling revolusioner dalam genetika dan pemuliaan tumbuhan ialah ditemukannya cara perakitan varietas hibrida pada tahun 1910-an sesudah serangkaian percobaan persilangan galur murni di Amerika Serikat semenjak simpulan kurun ke-19 oleh Edward M. East, George H. Shull dan Donald F. Jones yang memanfaatkan tanda-tanda heterosis. Ditemukannya teknologi mandul jantan di tahun 1940-an semakin meningkatkan efisiensi perakitan varietas hibrida.
Cara budidaya yang semakin efisien dan mendorong intensifikasi dalam pertanian, dengan penggunaan pupuk kimia, pestisida, dan mekanisasi pertanian, memunculkan lahan pertanian dengan kebutuhan benih berjumlah besar dan mulai menghasilkan "raksasa" dalam industri perbenihan. Tumbuhnya industri perbenihan juga dimungkinkan semenjak adanya varietas bibit unggul alasannya benih yang harus dibeli petani memungkinkan industri perbenihan untuk tumbuh. Dari sini mulai muncul pula gosip perlindungan varietas tanaman. Di Amerika Serikat muncul Dekalb dan Pioneer Hi-Bred sebagai pemain utama dalam industri benih. Di Jerman, negara yang telah
memiliki banyak penghasil benih semenjak kurun ke-19, muncul KWS Saat dan NPZ sebagai pemain utama di bidang perbenihan tumbuhan serealia dan pakan ternak hijauan, khususnya di Eropa. Di Taiwan dan Jepang juga berkembang perusahaan benih yang menguasai pasar regional Asia, ibarat Sakata (Jepang), East West Seed dan Known You Seed (Taiwan).
Kantor sentra IRRI di Los Baños, Laguna, Filipina.
Seusai Perang Dunia II (PD II) perbaikan genetik gandum yang didukung Yayasan Rockefeller di lembaga penelitian yang didanainya di Meksiko sebagai pecahan dari paket teknologi untuk melipatgandakan hasil gandum memperlihatkan keberhasilan. Strategi ini, yang dikonsep oleh Norman Borlaug, kemudian dicoba untuk diterapkan pada tumbuhan pokok lain, khususnya padi dan beberapa serealia minor lainnya (seperti sorgum dan milet) dan didukung oleh FAO. Revolusi dalam teknik bercocok tanam ini kelak dikenal secara iinformal sebagai Revolusi Hijau. Untuk mendukung revolusi ini banyak dibuat lembaga-lembaga penelitian perbaikan tumbuhan bertaraf dunia ibarat CIMMYT (di Meksiko, 1957; sebagai kelanjutan dari forum milik Yayasan Rockefeller), IRRI (di Filipina, 1960), ICRISAT (di Andhra Pradesh, India, 1972), dan CIP (di La Molina, Peru). Lembaga-lembaga ini kini tergabung dalam CGIAR dan koleksi serta hasil-hasil penelitiannya bersifat publik.
Akhir PD II juga menjadi awal berkembangnya teknik-teknik gres dalam ekspansi latar genetik tanaman. Mutasi buatan, yang tekniknya dikenal semenjak 1920-an, mulai luas dikembangkan pada tahun 1950-an hingga dengan 1970-an sebagai cara untuk menambahkan variabilitas genetik. Pemuliaan dengan memakai teknik mutasi buatan ini dikenal sebagai pemuliaan mutasi. Selain mutasi, teknik ekspansi latar genetik juga memakai teknik poliploidisasi buatan memakai kolkisin, yang dasar-dasarnya diperoleh dari aneka macam percobaan oleh Karpechenko pada tahun 1920-an. Tanaman poliploid biasanya berukuran lebih besar dan dengan demikian mempunyai hasil yang lebih tinggi.
Daun dari kacang tanah yang telah direkayasa dengan sisipan gen cry dari Bacillus thuringiensis (bawah) tidak disukai ulat penggerek.
Gelombang bioteknologi, yang memanfaatkan aneka macam metode biologi molekuler, yang mulai menguat pada tahun 1970-an mengimbas pemuliaan tanaman. Tanaman transgenik pertama dilaporkan hampir bersamaan pada tahun 1983[16], yaitu tembakau, Petunia, dan bunga matahari. Selanjutnya muncul aneka macam tumbuhan transgenik dari aneka macam spesies lain; yang paling terkenal dan kontroversial ialah pada jagung, kapas, tomat, dan kedelai yang disisipkan gen-gen toleran herbisida atau gen ketahanan terhadap hama tertentu. Perkembangan ini memunculkan wacana pemberian hak paten terhadap metode, gen, serta tumbuhan terlibat dalam proses rekayasa ini. Kalangan penggagas lingkungan dan sebagian filsuf menilai hal ini kontroversial dengan memunculkan kritik ideologis dan etis terhadap praktek ini sebagai reaksinya, terutama alasannya teknologi ini dikuasai oleh segelintir perusahaan multinasional. Isu politik, lingkungan, dan etika, yang sebelumnya tidak pernah masuk dalam khazanah pemuliaan tanaman, mulai masuk sebagai pertimbangan baru.
Sebagai tanggapan atas kritik terhadap tumbuhan transgenik, pemuliaan tumbuhan kini berbagi teknik-teknik bioteknologi dengan risiko lingkungan yang lebih rendah ibarat SMART Breeding ("Pemuliaan SMART")[17][18] dan Breeding by Design[19], yang mendasarkan diri pada pemuliaan dengan penanda[20], dan juga penggunaan teknik-teknik pengendalian regulasi lisan gen ibarat peredaman gen dan, kebalikannya, pengaktifan gen.
Meskipun penggunaan teknik-teknik terbaru telah dilakukan untuk memperluas keanekaragaman genetik tanaman, hampir semua produsen benih, baik yang komersial maupun publik, masih mengandalkan pada pemuliaan tumbuhan "konvensional" dalam aneka macam programnya.
Di arah yang lain, gerakan pemuliaan tumbuhan "gotong-royong" atau partisipatif (participatory plant breeding) juga menjadi tanggapan atas kritik hilangnya kekuasaan petani atas benih. Gerakan ini tidak mengarah pada perbaikan hasil secara massal, tetapi lebih mengarahkan petani, khususnya yang masih tradisional, untuk tetap menguasai benih yang telah mereka tanam secara bebuyutan sambil memperbaiki mutu genetiknya. Perbaikan mutu genetik tumbuhan ditentukan sendiri arahnya oleh petani dan pemulia membantu mereka dalam melaksanakan programnya sendiri[21]. Istilah "gotong-royong" (participatory) digunakan untuk menggambarkan keterlibatan semua pihak (petani, LSM, pemulia, dan pedagang benih) dalam kegiatan produksi benih dan pemasarannya. Gerakan ini sangat memerlukan dorongan dari organisasi non-pemerintah (LSM), khususnya pada masyarakat tidak berorientasi komersial.
Program baku pemuliaan tanaman
Introduksi
Mendatangkan materi tanam dari daerah lain (introduksi) merupakan cara paling sederhana untuk meningkatkan keragaman (variabilitas) genetik. Seleksi penyaringan (screening) dilakukan terhadap koleksi plasma nutfah yang didatangkan dari aneka macam daerah dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Pengetahuan perihal sentra keanekaragaman (diversitas) tumbuhan penting untuk penerapan cara ini. Keanekaragaman genetik untuk suatu spesies tidaklah sama di semua daerah di dunia. N.I. Vavilov, jago botani dari Rusia, memperkenalkan teori "pusat keanekaragaman" (centers of origin) bagi keanekaragaman tumbuhan.
Contoh pemuliaan yang dilakukan dengan cara ini ialah pemuliaan untuk aneka macam jenis tumbuhan buah orisinil Indonesia, ibarat durian dan rambutan, atau tumbuhan pohon lain yang gampang diperbanyak secara vegetatif, ibarat ketela pohon dan jarak pagar.
Introduksi sanggup dikombinasi dengan persilangan.
Persilangan
Malai padi dibungkus dengan kertas pelindung untuk mencegah penyerbukan yang tidak dikehendaki. Persilangan masih menjadi tulang punggung industri perbenihan hingga ketika ini.
Persilangan merupakan cara yang paling terkenal untuk meningkatkan variabilitas genetik, bahkan hingga kini alasannya murah, efektif, dan relatif gampang dilakukan. Berbagai galur hasil rekayasa genetika pun biasanya masih memerlukan beberapa kali persilangan untuk memperbaiki penampilan sifat-sifat barunya.
Pada dasarnya, persilangan ialah manipulasi komposisi gen dalam populasi. Keberhasilan persilangan memerlukan prasyarat pemahaman akan proses reproduksi tumbuhan yang bersangkutan (biologi bunga). Berbagai macam bagan persilangan telah dikembangkan (terutama pada pertengahan kurun ke-20) dan menghasilkan sekumpulan metode pemuliaan yang lazim diajarkan di perkuliahan bagi mahasiswa pemuliaan tumbuhan tingkat sarjana.
Walaupun secara teknis relatif mudah, keberhasilan persilangan perlu mempertimbangkan ketepatan waktu berbunga (sinkronisasi), keadaan lingkungan yang mendukung, kemungkinan inkompatibilitas, dan sterilitas keturunan. Keterampilan teknis dari petugas persilangan juga sanggup besar lengan berkuasa pada keberhasilan persilangan. Pada sejumlah tanaman, ibarat jagung, padi, dan Brassica napus (rapa), penggunaan teknologi mandul jantan sanggup membantu mengurangi kendala teknis alasannya persilangan sanggup dilakukan tanpa sumbangan manusia.
Semua varietas unggul padi, jagung, dan kedelai yang ditanam di Indonesia ketika ini dirakit melalui persilangan yang diikuti dengan seleksi.
Perkembangan dalam biologi molekular memunculkan metode-metode pemuliaan gres yang dibantu dengan penanda genetik dan dikenal sebagai pemuliaan dengan penanda.
Manipulasi kromosom
Yang termasuk dalam cara ini ialah semua manipulasi ploidi, baik poliploidisasi (penggandaan genom) maupun pengubahan jumlah kromosom. Gandum roti dikembangkan dari penggabungan tiga genom spesies yang berbeda-beda. Semangka tanpa biji dikembangkan dari persilangan semangka tetraploid dengan semangka diploid. Pengubahan jumlah kromosom (seperti pembuatan galur trisomik atau monosomik) biasanya dilakukan sebagai alat analisis genetik untuk menentukan posisi gen-gen yang mengatur sifat tertentu. Galur dengan jumlah kromosom yang tidak berimbang ibarat itu mengalami kendala dalam pertumbuhannya.
Teknik pemuliaan ini bergotong-royong juga mengandalkan persilangan dalam praktiknya.
Pemuliaan dengan sumbangan mutasi
Pemuliaan tumbuhan dengan sumbangan mutasi (dikenal pula sebagai pemuliaan tumbuhan mutasi) ialah teknik yang pernah cukup terkenal untuk menghasilkan variasi-variasi sifat baru. Teknik ini pertama kali diterapkan oleh Stadler pada tahun 1924[24] tetapi prinsip-prinsip pemanfaatannya untuk pemuliaan tumbuhan diletakkan oleh Åke Gustafsson dari Swedia.[24]. Tanaman dipaparkan pada sinar radioaktif dari isotop tertentu (biasanya kobal-60) dengan takaran rendah sehingga tidak mematikan tetapi mengubah sejumlah basa DNA-nya. Mutasi pada gen akan sanggup mengubah penampilan tanaman. Pada tumbuhan yang sanggup diperbanyak secara vegetatif, induksi jaringan kimera sudah cukup untuk menghasilkan kultivar baru. Pada tumbuhan yang diperbanyak dengan biji, mutasi harus terbawa oleh sel-sel reproduktif, dan generasi selanjutnya (biasa disebut M2, M3, dan seterusnya) diseleksi.
Pemuliaan mutasi semenjak simpulan kurun ke-20 telah dilakukan pula dengan melaksanakan mutasi pada jaringan yang dibudidayakan (kultur jaringan) atau dengan sumbangan teknik TILLING. TILLING membantu mutasi secara lebih terarah sehingga akhirnya lebih sanggup diramalkan[25].
Hingga tahun 2006 telah dihasilkan lebih dari 2300 kultivar tumbuhan dengan mutasi, 566 di antaranya ialah tumbuhan hias[26]. Daftar kultivar dengan pemuliaan mutasi
dapat diakses pada http://www-mvd.iaea.org.
Manipulasi gen dan ekspresinya
Metode-metode yang melibatkan penerapan genetika molekular masuk dalam kelompok ini, ibarat teknologi antisense, peredaman gen (termasuk interferensi RNA), rekayasa gen, dan overexpression. Meskipun teknik-teknik ini telah diketahui berhasil diterapkan dalam skala percobaan, belum ada kultivar komersial yang dirilis dengan cara-cara ini.
Transfer gen
Transfer gen sebagai alat untuk menghasilkan keragaman genetik tumbuhan mulai dikembangkan semenjak 1980-an, sesudah orang menemukan enzim endonuklease restriksi dan mengetahui cara menyisipkan fragmen DNA organisme gila ke dalam kromosom penerima, dan diciptakannya alat sekuensing DNA. Teknik transfer gen juga memerlukan keterampilan dalam budidaya jaringan untuk mendukung proses ini. Karena memerlukan biaya sangat tinggi, hanya industri agrokimia yang sanggup memakai metode ini. Akibat dari hal ini berkembanglah gosip "penguasaan gen" sebagai gosip politik gres alasannya gen-gen "buatan" dan kultivar yang dihasilkan dikuasai oleh segelintir perusahaan multinasional besar.
Dalam transfer gen, fragmen DNA dari organisme lain (baik mikroba, hewan, atau tanaman), atau sanggup pula gen sintetik, disisipkan ke dalam tumbuhan akseptor dengan cita-cita gen "baru" ini akan terekspresi dan meningkatkan keunggulan tumbuhan tersebut. Strategi pemuliaan ini banyak menerima penentangan dari kelompok-kelompok lingkungan alasannya kultivar yang dihasilkan dianggap membahayakan lingkungan jikalau dibudidayakan.
Penyisipan gen dilakukan melalui aneka macam cara: transformasi dengan mediator bakteri penyebab puru tajuk Agrobacterium (terutama untuk tumbuhan non-monokotil), elektroporasi terhadap membran sel, biobalistik (penembakan partikel), dan transformasi dengan mediator virus
Identifikasi dan seleksi terhadap materi pemuliaan
Penyaringan ialah salah satu cara mengidentifikasi sifat yang dimiliki materi pemuliaan. Galur di sebelah kanan rentan terhadap kegaraman tinggi, sedangkan di sebelah kiri toleran.
Bahan atau materi pemuliaan dengan keanekaragaman yang luas selanjutnya perlu diidentifikasi sifat-sifat khas yang dibawanya, diseleksi menurut hasil identifikasi sesuai dengan tujuan jadwal pemuliaan, dan dievaluasi kestabilan sifatnya sebelum dinyatakan layak dilepas kepada publik. Dalam proses ini penguasaan aneka macam metode percobaan, metode seleksi, dan juga "naluri" oleh seorang pemulia sangat diperlukan.
Identifikasi keunggulan
Usaha ekspansi keanekaragaman akan menghasilkan banyak materi yang harus diidentifikasi. Pertimbangan sumber daya menjadi faktor pembatas dalam menguji banyak materi pemuliaan. Di masa kemudian identifikasi dilakukan dengan pengamatan yang mengandalkan naluri seorang pemulia dalam menentukan beberapa individu unggulan. Program pemuliaan modern mengandalkan rancangan percobaan yang diusahakan seekonomis tetapi seakurat mungkin. Percobaan sanggup dilakukan di laboratorium untuk pengujian genotipe/penanda genetik atau biokimia, di rumah kaca untuk penyaringan ketahanan terhadap hama atau penyakit, atau lingkungan di bawah optimal, serta di lapangan terbuka. Tahap identifikasi sanggup dilakukan terpisah maupun terintegrasi dengan tahap seleksi.
Seleksi
Banyak metode seleksi yang sanggup diterapkan, penggunaan masing-masing ditentukan oleh aneka macam hal, ibarat moda reproduksi (klonal, berpenyerbukan sendiri, atau silang), heritabilitas sifat yang menjadi sasaran pemuliaan, serta ketersediaan biaya dan fasilitas, serta jenis kultivar yang akan dibuat.
Tanaman yang sanggup diperbanyak secara klonal merupakan tumbuhan yang relatif gampang proses seleksinya. Keturunan pertama hasil persilangan sanggup eksklusif diseleksi dan dipilih yang memperlihatkan sifa-sifat terbaik sesuai yang diinginkan.
Seleksi massa dan seleksi galur murni sanggup diterapkan terhadap tumbuhan dengan semua moda reproduksi. Hasil persilangan tumbuhan berpenyerbukan sendiri yang tidak memperlihatkan depresi silang-dalam ibarat padi dan gandum sanggup pula diseleksi secara curah (bulk). Teknik modifikasi seleksi galur murni yang kini banyak digunakan ialah keturunan biji tunggal (single seed descent, SSD) alasannya sanggup menghemat daerah dan tenaga kerja.
Terhadap tumbuhan berpenyerbukan silang atau gampang bersilang, seleksi berbasis nilai pemuliaan (breeding value) dianggap yang paling efektif. Berbagai metode, ibarat seleksi "tongkol-ke-baris" (beserta modifikasinya), seleksi saudara tiri, seleksi saudara kandung, dan seleksi saudara kandung timbal-balik (reciprocal selection), diterapkan apabila tumbuhan memenuhi syarat perbanyakan ibarat ini. Metode seleksi timbal-balik yang berulang (recurrent reciprocal selection) ialah jadwal seleksi jangka panjang yang banyak diterapkan perusahaan-perusahaan besar benih untuk memperbaiki lungkang gen (gene pool) yang mereka miliki. Dua atau lebih lungkang gen perlu dimiliki dalam suatu jadwal pembuatan varietas hibrida.
Penggunaan penanda genetik sangat membantu dalam mempercepat proses seleksi. Apabila dalam pemuliaan konvensional seleksi dilakukan menurut pengamatan eksklusif terhadap sifat yang diamati, aplikasi pemuliaan tumbuhan dengan penanda (genetik) dilakukan dengan melihat hubungan antara alel penanda dan sifat yang diamati. Agar supaya teknik ini sanggup dilakukan, hubungan antara alel/genotipe penanda dengan sifat yang diamati harus ditegakkan terlebih dahulu.
Evaluasi (pengujian)
Bahan-bahan pemuliaan yang telah terpilih harus dievaluasi atau diuji terlebih dahulu dalam kondisi lapangan alasannya proses seleksi pada umumnya dilakukan pada lingkungan terbatas dan dengan ukuran populasi kecil. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah keunggulan yang ditunjukkan sewaktu seleksi juga dipertahankan dalam kondisi lahan pertanian terbuka dan dalam populasi besar. Selain itu, materi pemuliaan terpilih juga akan dibandingkan dengan kultivar yang sudah lebih dahulu dirilis. Calon kultivar yang tidak bisa mengungguli kultivar yang sudah lebih dahulu dirilis akan dicoret dalam proses ini. Apabila materi pemuliaan lolos tahap evaluasi, ia akan dipersiapkan untuk dirilis sebagai kultivar baru.
Dalam praktek, biasanya ada tiga jenis penilaian atau pengujian yang diterapkan sebelum suatu kultivar dilepas, yaitu uji pendahuluan (melibatkan 20-50 materi pemuliaan terseleksi), uji daya hasil pendahuluan (maksimum 20), dan uji multilingkungan/multilokasi (atau uji daya hasil lanjutan, biasanya kurang dari 10). Semakin lanjut tahap pengujian, ukuran plot percobaan semakin besar. Setiap negara mempunyai hukum tersendiri mengenai bakuan untuk masing-masing jenis pengujian dan jenis tanaman.
Calon kultivar yang akan dirilis/dilepas ke publik diajukan kepada tubuh pencatat (registrasi) perbenihan untuk disetujui pelepasannya sesudah pihak yang akan merilis memberi informasi mengenai ketersediaan benih yang akan diperdagangkan.
Perbenihan
Benih kultivar unggul yang dirilis dikuasai oleh pemulia yang merakitnya dan hak ini dinamakan "perlindungan varietas" atau "hak pemulia" (breeder's right). Benih di tangan pemulia disebut benih pemulia ("breeder seed") dan terbatas jumlahnya. Benih pemulia tersedia hanya terbatas dan perbanyakannya sepenuhnya dikontrol oleh pemulia.