BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya melon (Cucumis melo) pada awalnya ditemukan di Cisarua, Bogor dan Kalianda-Lampung, tetapi ketika ini telah menyebar ke setiap kabupaten di Indonesia. Para produsen utama buah melon di pulau Jawa yakni Jawa Timur (Malang, Ngawi, Pacitan, Madiun) dan Jawa Tengah (Sukoharjo, Surakarta, Karang Anyar, Klaten). Terutama di Banten, budidaya melon gres dimulai pada tahun 2005, namun respon masyarakat cukup tinggi lantaran permintaan besar cukup tinggi dan harga relatif mahal, sehingga membawa laba besar bagi petani. Agribisnis melon memperlihatkan prospek menjanjikan. Tetapi bila faktor tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tumbuhan serta faktor pemeliharaan tidak diperhatikan maka laba akan menurun. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan duduk kasus dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana tekhnik budidaya melon dalam dunia pertanian? 2. Apa saja organisme penggangu tumbuhan (OPT) melon? 3. Bagaiman tekhnik pengandalian organisme penggangu tumbuhan (OPT) melon? 1. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Tekhnik budidaya melon dalam dunia pertanian. 2. Organisme penggangu tumbuhan (OPT) melon. 3. Tekhnik pengandalian organisme penggangu tumbuhan (OPT) melon. 1. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sejarah Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan tumbuhan buah termasuk famili Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau tempat Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tumbuhan ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada kala ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di tempat tropis dan subtropis termasuk Indonesia. 2.2 Tata nama Mari kita mulai dengan dasar-dasar. Semua melon berada di sama keluarga Cucurbitaceae, yang labu atau keluarga labu. Ini keluarga besar mempunyai lebih dari 100 cabang, termasuk mentimun, labu, labu, segala macam labu, dan bahkan loofahs. "Melon" jatuh ke dalam dua genera: Cucumis Cucumis dan Citrullus terdiri dari semua melon kecuali semangka, yang merupakan Citrullus-genus yang sama sekali berbeda. Sebagai kelompok, semua Cucumis melo melon sanggup disebut muskmelons atau melon. Taksonomi, Cucumis melo dibagi lagi menjadi kelompok yang berbeda. Cantaloupensis yakni melon sejati, yang menengah, berkutil atau bersisik, umum di Eropa, tetapi tidak ditanam secara komersial di Amerika. Kelompok Reticulatus melon-yang paling umum sampaumur ini gampang diidentifikasi oleh kulit yang terjaring dan disebut terjaring atau melon ekspresi dominan panas. Kelompok ini meliputi Galia dan melon Charentais serta apa yang kita sebut melon. Di Amerika, istilah "muskmelon" dan "melon" digunakan secara bergantian, namun "melon" yakni lebih umum. Ketika matang, ini yakni aromatik melon dan anggur "slip" off dari buah. Melon dari kelompok yg tdk berbau, yang dikenal sebagai melon halus atau ekspresi dominan dingin, membedakan diri mereka dengan kulit mereka yang halus (kulit). Dalam kedewasaan, mereka tidak anyir aromatik atau musky dan tidak terlepas dari pohon anggur. Anggota kelompok ini termasuk casaba, Crenshaw, Natal, kenari, dan melon melon. 2.3 Jenis Tanaman Jenis-jenis melon yang populer adalah: melon Christianism (1850); melon Sill Hybrid (1870); melon Surprise (1876); melon Ivondequoit, Miller Cream, Netted Gem, Hacken Sack dan Osage (1881–1890); melon Honey Rock dan Improved Perfecto (1933); melon Imperial (1935); melon Queen of Colorado dan Honey Gold (1939). Untuk memudahkan sistem penanaman dan pengelompokan melon, para mahir mengklasifikasikan melon dalam dua tipe, yaitu: 1) Tipe Netted-Melon a. Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar menyerupai jala (net); aroma relatif lebih harum dibanding dengan winter–melon; lebih cepat masak antara 75–90 hari; abadi dan tahan usang untuk disimpan. b. Varietas: (1) Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat menyerupai jala dan harum; (2) Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik dan harum. 2) Tipe Winter-Melon a. Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah lambat untuk masak antara 90–120 hari; gampang rusak dan tidak tahan usang untuk disimpan; tipe melon ini sering digunakan sebagai tumbuhan hias. b. Varietas: (1) Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang dengan diameter 2,5–7,5 cm; (2) Cucumis melo var. flexuosus, permukaan buah halus, buah memanjang antar 35–70 cm; (3) Cucumis melo var. dudain, ukuran kecil-kecil, sering untuk tumbuhan hias; (4) Cucumis melo var. chito, ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tumbuhan hias. 2.4. Sentra Penanaman Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan tempat Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman. Kemudian melon berkembang di tempat Ngawi, Madiun, Ponorogo hingga wilayah eks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan dengan tempat asal melon pertama. 2.5. Syarat Tumbuh 5.1. Iklim 1) Angin yang bertiup cukup keras sanggup merusak pertanaman melon, sanggup mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman. 2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk dan sanggup pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi patogen. Saat tumbuhan melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula dalam buah. 3) Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. 4) Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya. Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melon tidak sanggup tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C. 5) Kelembaban udara secara tidak pribadi menghipnotis pertumbuhan tumbuhan melon. Dalam kelembaban yang tinggi tumbuhan melon gampang diserang penyakit. 5.2. Media Tanam 1) Tanah yang baik untuk budidaya tumbuhan melon ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung materi organik untuk memudahkan akar tumbuhan melon berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah. 2) Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8–7,2. 3) Tanaman melon intinya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan. 5.3. Ketinggian Tempat Tanaman melon sanggup tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meter dpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tumbuhan tidak berproduksi dengan optimal. 2.6. Pedoman Budidaya 6.1. Pembibitan 1) Persyaratan Benih Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tumbuhan yang sehat, besar lengan berkuasa dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan Furadam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh lantaran itu pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon. 2) Penyiapan Benih a) Pengadaan benih secara generatif Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tumbuhan memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tumbuhan dalam kondisi sehat maka jaringjaring pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tumbuhan disemprot dengan pupuk daun Complesal super tonic (merah) dengan konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali. Untuk mencegah kekurangan unsur kalsium dan boron maka tumbuhan disemprot dengan pupuk daun Ferti-cal dengan konsentrasi 2 ml/liter atau CaB dengan konsentrasi 2 ml/liter. b) Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan) Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplan yang digunakan haruslah sempurna biar memperlihatkan hasil yang maksimal. Media dasar yang digunakan tersusun dari garam-garam menurut susunan Murashige & Skoog (1962) dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myoinositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter aneka macam kombinasi hormon tumbuhan yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media dibuat dalam bentuk padat dengan penambahan biar bacto 8 gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi, suhu 120 derajat C selama 30 menit.Tanaman yang didapat dari kultur jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti halnya tumbuhan yang didapat dari biji. c) Sumber benih Untuk menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih dahulu. Sebaiknya selalu memakai benih orisinil (F1 hibrid). d) Cara penyimpanan benih Benih harus disimpan ditempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benih sanggup dibuatkan rumah pembibitan yang sederhana lantaran mengingat umur benih hanya selama 10–14 hari, lantaran untuk melindungi benih tumbuhan yang masih muda dari terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun penyakit. Alas rumah pembibitan, tempat polibag diletakkan dilapisi kertas koran biar perakaran bibit tidak menembus ke dalam tanah. e) Kebutuhan benih Benih yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untuk cadangan penyulaman. f) Perlakuan benih Benih melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkan dengan benih semangka non-biji. Hal ini lantaran kulit melon cukup tipis sehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon yakni pencucian, perendaman, serta pemeraman benih. 3) Teknik Penyemaian Benih a) Cara dan Waktu Penyemaian Benih melon yang akan disemaikan, direndam terlebih dahulu di dalam air selama 2–4 jam. Kemudian benih disemaikan pada kantong plastik, yang telah diisi tanah dan pupuk sangkar yang dicampur dengan perbandingan 5:1. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan adonan bubuk sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, biar tumbuhan sanggup tumbuh dengan baik, tidak gampang rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih dengan membuat suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan media semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni sanggup dibuka. b) Pembuatan Media Semai Melon termasuk tumbuhan yang tidak terlalu menuntut media semai yang khusus untuk pembibitannya. Medianya sanggup dibuat dengan aneka macam variasi, contohnya dengan mencampurkan tanah, pasir dan pupuk sangkar atau kompos, asal perbandingannya sesuai contohnya 1:1:1. Untuk mendapat hasil bibit melon yang kekar dan sehat maka komposisi media semai yang sempurna terdiri dari adonan tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 atau NPK ditambah dengan insektisida karbofuran. 4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus mendapat pemeliharaan yang baik biar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar. a) Cara dan Waktu Penyiraman Bibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul hingga bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu besar lengan berkuasa lantaran akan mengikis tanah media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari polibag. Apabila daun sejati keluar, penyiraman bibit gres sanggup dilakukan embrat atau gembor. Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering dan penyiraman perlu diulangi pada sore hari, jangan menyiram bibit tumbuhan pada siang hari lantaran akan mengakibatkan air dan zat-zat masakan tidak sanggup terserap alhasil bibit menjadi kurus, kering dan layu. b) Penjarangan Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana disingkirkan dan tidak ditanam. c) Pemupukan Untuk pertumbuhan vegetatif bibit sanggup dipacu dengan penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur nitrogen tinggi. Pupuk daun cukup dilakukan satu kali, yaitu pada ketika umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5 gram/liter. Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perlu ditambahkan selama pembibitan lantaran pupuk akar yang diberikan pada media semai telah mencukupi. d) Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap perlu. Konsentrasi penuh akan mengakibatkan daun-daun bibit melon ini terbakar (plasmolisis). Penyomprotan ini dilakukan terutama pada ketika 2-3 hari sebelum bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang digunakan yakni Insektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter. 5) Pemindahan Bibit Bibit melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atau tumbuhan melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan cara pemindahan tumbuhan lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara hati-hati kemudian bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya, bedenganpun jangan hingga kekurangan air. 6.2. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan a) Pengukuran pH Tanah Pengukuran pH tanah dengan memakai alat pH meter. Tanah yang akan di ukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yang berbeda, kemudian dihitung pH rata-rata. b) Analisis Tanah Berdasarkan fakta di lapangan tumbuhan melon sanggup ditanam pada aneka macam jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut sanggup dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan materi organik, maupun pemupukan. c) Penetapan Waktu/Jadwal Tanam Penetapan waktu tanam berkaitan dengan asumsi waktu panen suatu varietas melon yang ditanam dan waktu panen varietas melon lainnya. Misalnya waktu tanam melon pada bulan Maret yakni varietas ten me, April varietas aroma, Mei varietas new century (hamiqua) dan seterusnya sehingga petani/pengusaha agribisnis perlu menjadwal waktu tumbuhan varietas melon yang dikehendaki pelanggan. d) Penetapan Luas Areal Penanaman Penetapan luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahan yang tersedia, ekspresi dominan dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakan di lahan terbuka di ekspresi dominan hujan akan rusak terjangkit penyakit lantaran terguyur hujan terus-menerus. Maka penanaman melon di ekspresi dominan hujan lebih diarahkan dengan sistem hidroponik. e) Pengaturan Volume Produksi Pengaturan volume produksi berkaitan erat dengan asumsi harga pada ketika panen dan permintaan pasar. Cara penanaman melon dilakukan secara bertahap. Misalnya penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi B, dan ketiga 40% di lokasi C. Interval penanaman berkisar 2 minggu. Pengaturan ini lazim dilakukan pada agribisnis melon dengan sistem hidroponik. Untuk menjaga kontinuitas produksi, biasanya interval tanamnya berselang 1-2 minggu. 2) Pembukaan Lahan a) Pembajakan Untuk penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanya sudah sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan yang dibajak harus digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup dilakukan sekali dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm. b) Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan Siap Tanam Untuk pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup kering. Karena kita bisa gampang membentuk tanah yang semula berbongkah-bongkah dan cukup liat, tanah yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah diserap air). Dengan tanah tersebut akan menguntungkan tanaman. Selain perakarannya gampang menembus tanah, juga akan gampang bernapas. Cara-cara pencangkulan yakni sebagai berikut: 1. Mula-mula lakukan pembalikan tanah (tanahnya masih berbongkah-bongkah. 2. Tanah dari hasil pencangkulan pertama dihaluskan atau dihancurkan, dengan kedalaman ± 30–50 cm. (untuk dua kali cangkulan) 3. Pencangkulan dilakukan kalau keadaan tanahnya betul-betul sudah dikategorikan ke dalam tanah berat. Jika tidak, sekali cangkul tanah sudah cukup beremah dan kita sanggup mengerjakan pekerjaan yang lain. 3) Pembentukan Bedengan a) Cara Pembuatan Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini akan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi agak hancur lantaran mengalami proses pengeringan matahari dan penganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun dan merugikan tumbuhan dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering, bongkahan tanah dibuat petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan dengan ukuran panjang bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50 cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan lebar parit 55–65 cm. b) Bentuk Bedengan Bedengan dibuat dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandi struktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu bedengan kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama seminggu biar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun ada hingga menghilang tuntas. c. Ukuran dan Jarak Bedengan Dengan panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatan tumbuhan dan mempercepat pembuangan air, terutama di ekspresi dominan hujan. Tinggi bedengan dibuat sesuai dengan ekspresi dominan dan kondisi tanah. Pada ekspresi dominan hujan tinggi bedengan 50 cm biar perakaran tumbuhan tidak terendam air bila hujan deras. Dan pada ekspresi dominan kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, lantaran untuk memudahkan perawatan pada ketika bedengan digenangi. Parit dibuat dengan lebar 55–65 cm yakni untuk memudahkan perawatan pada ketika penyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian. 4) Pengapuran Dengan pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diharapkan untuk dinding sel tanaman. Pengapuran sanggup memakai dolomit/calmag (CaCO3 MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan kebutuhan sanggup dilakukan dengan memakai data berikut ini : a) < 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha b) 4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/ha c) 4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/ha d) 5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/ha e) 5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/ha f) 6,1 – 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha 5) Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP) Mulsa PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di pecahan atas dan warna hitam dibagian bawah dengan aneka macam keuntungan. Warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tumbuhan menyerupai Thirps dan Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tumbuhan menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang). Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada ketika panas matahari terik biar mulsa sanggup memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknis pemasangannya cukup oleh 2 orang untuk satu bedengan. Caranya tariklah kedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan memakai pasak penjepit mulsa kemudian ujung yang satunya. Setelah kedua ujung mulsa PHP terkait erat pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklah mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan. Kaitkan kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisi mulsa terkait rapat pada bedengan. Setelah selesai pemasangan, bedenganbedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5 hari sebelum dibuat lubang tanam. Tujuan biar pupuk kimia yang diberikan sanggup berkembang menjadi bentuk tersedia sehingga sanggup diserap tanaman. 6.3. Teknik Penanaman 1) Penentuan Pola Tanam Tanaman melon merupakan tumbuhan semusim yang biasa ditanam dengan pola monokultur. 2) Pembuatan Lubang Tanam Untuk membuat lubang tanam dengan memakai pelat pemanas atau memanfaatkan bekas kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potongan besi dengan diameter 10 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan dari arang yang dibakar bisa melubangi mulsa PHP dengan cepat. Model penanaman sanggup berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi empat ati ia baros berhadap-hadapan membentuk segi tiga. 3) Cara Penanaman Bibit yang telah di semai + 3 ahad dipindahkan kedalam besar beserta medianya. Akar tumbuhan diusahakan tidak hingga rusak ketika menyobek polibag kecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yang telah ditugal dan diusahakan biar tidak pecah/hancur lantaran bisa menimbulkan kerusakan akar dan tumbuhan akan layu bila hari panas. 6.4. Pemeliharaan Tanaman 1) Penjarangan dan Penyulaman Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) ahad setelah tanam bibit tidak memperlihatkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari biar tumbuhan muda ini sanggup lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari, lantaran kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tumbuhan lainnya yang perlu disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tumbuhan gres harus disiram air 2) Penyiangan Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang tanam dan parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan mengakibatkan lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga sanggup sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan. 3) Pembubunan Untuk pembubunan pertama-tama kita lakukan yakni pemupukan awal dan mensterilkan lahan di situ. Tujuannya yakni setelah tanah diolah dan dipupuk, tanah akan menjadi subur dan akan terbebas dari hama dan penyakit. Saat melaksanakan pemupukan, tanah yang sebelumnya sudah diolah, telah dikelentang selama 2 minggu. Dengan begitu, diharapkan tanah yang cukup usang terkena terik matahari tersebut, cukup sehat untuk ditanami. 4) Perempalan Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang utama. 5) Pemupukan Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tumbuhan berusia 40 hari (ketika akan melaksanakan penjarangan buah) dan pada ketika tumbuhan berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan biar pupuk tersebut bisa kondusif terpendam dalam tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukan semenjak awal. a) Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar=10–20 ton/ha. b) Urea: pupuk dasar=440 kg/ha; pupuk susulan I=330 kg/ha; pupuk susulan II=220 kg/ha; pupuk susulan III=440 kg/ha. c) TSP: pupuk dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220 kg/ha; pupuk susulan II=550 kg/ha. d) KCl: pupuk dasar=330-440 kg/ha; pupuk susulan II=160 kg/ha. Keterangan pupuk dasar: pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam); pupuk susulan I : umur ± 20 hari; pupuk susulan II: umur + 40 hari; pupuk susulan III: umur + 60 hari. 6) Pengairan dan Penyiraman a) Pengairan Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan bila hari tidak hujan. Pengairan dilakukan pada sore atau malam hari. b) Penyiraman Tanaman di siram semenjak masa pertumbuhan tanaman, hingga tumbuhan akan dipetik buahnya. Saat menyiram jangan hingga air siraman membasahi daun dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Tujuannya yakni supaya tumbuhan tidak dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau daun lembap kuyup akan mengundang jamur sangat besar. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari. Oleh lantaran itu ada pengairan di sekitar kebun besar sekali manfaatnya. 7) Waktu Penyemprotan Pestisida a) Tindakan preventif, benih direndam dalam larutan bakterisida Agrimycin (oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter dan penyemprotan bakterisida pada umur 20 HST. b) Penyemprotan fungisida Previcur N (propamocarb hydrochloride) dengan konsentrasi 2–3 ml/liter apabila serangan telah melewati ambang ekonomi. c) Fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter. Pangkal batang yang terjangkit dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 ml/liter. 8) Pemeliharaan Lain a) Pemasangan Ajir Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan sanggup di pasang setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun. Atau sanggup juga ajir dipasang setelah bibit ditanam, dan bibit sudah mengeluarkan sulur-sulurnya kira-kira tingginya yakni 50 cm. Ajir harus terbuat dari materi yang besar lengan berkuasa sehingga bisa menahan beban buah dengan bobot kira-kira 2–3 kg. Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kita bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di pecahan pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya. b) Pemangkasan Pemangkasan yang dilakukan pada tumbuhan melon bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tumbuhan dibuat rata-rata antara titik ke-20 hingga ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tumbuhan tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas yakni cabang yang bersahabat dengan tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh kemudian dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, bila ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25. BAB III PEMBAHASAN Pengendalian Hama Dan Penyakit Dalam Budidaya Pertanian Berikut ini merupakan identifikasi hama, penyakit dan gulma buah melon sekaligus tekhnik pegendaliannya: 3.1. Hama 1) Kutu aphids (Aphis gossypii Glover ) Ciri: Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Hama ini menyerang tumbuhan melon yang ada di lahan penanaman. Aphids muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkan yang sampaumur mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun tumbuhan menggulung dan pucuk tumbuhan menjadi kering tanggapan cairan daun yang dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma harus selalu dibersihkan biar tidak menjadi inang hama; (2) tumbuhan yang terjangkit parah harus disemprot secara serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate) dengan konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter; (3) tumbuhan yang telah terjangkit virus harus dicabut dan dibakar (dimusnahkan). 2) Thirps (Thirps parvispinus Karny) Hama ini menyerang ketika fase pembibitan hingga tumbuhan dewasa. Nimfa thirps berwarna kekuning-kuningan dan thirps sampaumur berwarna coklat kehitaman. Thirps berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkan keturunan meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di ekspresi dominan kemarau. Gejala: daun-daun muda atau tunas-tunas gres menjadi keriting, dan bercaknya kekuningan; tumbuhan keriting dan kerdil serta tidak sanggup membentuk buah secara normal. Kalau tanda-tanda ini timbul harus diwaspadai lantaran telah tertular virus yang dibawa hama thirps. Pengendalian: menyemprot denganracun kontak, 3–4 hari sekali. 3) Aphids Daerah yang di serang yakni daun. Akibatnya daun cacat atau menggulung. Hijau, coklat, atau hitam serangga bertubuh lembut di bawah sisi daun. Melon lengket atau hitam jelaga cetakan kadang kala hadir. Adapun tekhnik pengendaliannya dengan menyemprotkan air sabun atau spray Kuat insektisida. Harus mendapat semprotkan pada serangga untuk menjadi efektif. Beberapa kerusakan sanggup ditoleransi. Kumbang Kepik yakni predator alami. 3.2. Penyakit Beberapa penyakit yang menyerang tumbuhan buah melon sebagai berikut : 1) Busuk buah Busuk buah disebabkan oleh Phytoptora nicotianae B. De haan var parastica (Dast).Serangan di batang ditandai dengan bercak cokelat kebasahan yang memanjang. Serangan yang serius sanggup mengakibatkan tumbuhan mati layu. Daun yang terjangkit menyerupai tersiram air panas . Serangan buah ditandai dengan bercak kebasahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Makin usang bercak mengerut dan mengendap. Buah yang busuk diselimuti kumpulan cendawan putih. Pengendalian dilakukan dengan memangkas daun atau cabang yang berlebihan untuk mengurangi kelembaban di sekitar tanah, merotasi tumbuhan dengan tumbuhan yang tidak sefamili dengan melon, serta mencabut dan mengkremasi tumbuhan yang terserang. 2) Antraknosa, Antraknosa disebabkan Colletotrichum lagenarium (pass) Ell.Et Halst. Daun, batang muda, bunga dan buah yang terjangkit mempunyai bercak-bercak berwarna cokleat kelabu hingga kehitaman. Bercak tersebut bertahap melekuk dan bersatu. Jaringan tumbuhan yang terdapat di bawah bercakpun membusuk. Pengendalian penyakit dilakukan dengan mengatur jarak tanam yang sempurna (45 x 60 cm, 50 x60 cm, atau 60 x 70 cm), merendam benih dengan fungisida berbahan aktif azoksisitrobin 250 g/l atau propineb 70 % dan membersihkan bagian-bagian tumbuhan yang mati. 3) Embun Bulu Embun bulu disebabkan oleh Psuedoperonospora cubensis barkeley et Curtis. Gejala serangannya dimulai dengan adanya bercak-bercak berwarna kuning muda yang dibatasi oleh urat-urat daun sehingga terkesan menjadi bercak bersudut. Semakin usang bercak berubah warna menjadi kecokelatan. Jika daun dibalik, terlihat kumpulan cendawan berwarna kelabu. Pengendalian dengan menentukan lokasi penanaman yang jauh dengan tumbuhan yang sefamili dengan melon. Memangkas dan mengkremasi daun yang terserang. Cara lain, semprotkan fungisida berbahan aktif simoksanil atau mancozeb. 4) Layu basil Penyebab: basil Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini sanggup disebarkan dengan mediator kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky). Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tumbuhan layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian tumbuhan layu secara keseluruhan. Apabila batang tumbuhan yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan sanggup ditarik menyerupai benang. Pengendalian: (1) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan Basamid G dengan takaran 40 g/m2; (2) benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin (oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter ; (3) penyemprotan bakterisida ini pada umur 20 HST. 5) Penyakit busuk pangkal batang (gummy stem bligt) Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala: pangkal batang yang terjangkit mula-mula menyerupai tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian tumbuhan layu dan mati; daun tumbuhan yang terjangkit akan mengering apabila diremas menyerupai kerupuk dan berbunyi kresek-kresek apabila diterpa angin. Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang lantaran penyiangan; (2) daun-daun tumbuhan yang terjangkit dibersihkan kemudian disemprot dengan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter; (3) pangkal batang yang terjangkit dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 m/liter. 6) bug squash Daerah yang diserang yakni daun. Akibatnya daun dengan bintik kecil yang menjadi kuning, kemudian coklat. Layu dari titik serangan untuk simpulan anggur tumbuhan merambat. Dikendalikan dengan perangkap sampaumur papan bawah di ekspresi dominan semi - menyerahkan papan di pagi hari dan membunuh bug. Memilih sendiri orang dewasa, telur massa dan bug pada tumbuhan muda. Dewasa sekitar 5/8-inch panjang, keabu-abuan atau kekuningan coklat, datar didukung dan berbintik-bintik. 7) Penyakit Layu Daerah yang diserang yakni daun dan batang. Akibatnya tumbuhan layu dan mati, daun yang lebih renta dulu. Goresan cahaya di dalam batang coklat memperlihatkan ketika split memanjang. Pengendalian hanya sanggup dilakukan dengan menghancurkan tumbuhan terinfeksi. 8) Jamur tepung Area yang terinfeksi yakni daun. Ciri tumbuhan terinfeksi white spot tepung daun dan batang membesar dan akhirnya meliputi seluruh daun. Tidak menyerupai mildews lain, embun tepung tidak perlu cuaca lembab untuk menyebar dan tumbuh. Biasanya muncul menjelang simpulan musim. Langkah pengendalian umumnya tidak diharapkan pada waktu itu. Pengendaliannya dengan memakai tumbuhan varietas tahan. Debu welirang sanggup membantu, tetapi akan mengkremasi beberapa varietas. 9) Mosaic Daerah yang terjangkit yakni daun. Keterangan kerusakan tidak teratur berbentuk bintik hijau terperinci dan gelap pada daun. Tanaman menjadi kerdil dan melon mungkin cacat atau berubah warna. Virus ini ditularkan oleh kutu daun, tapi mengendalikan kutu daun tidak praktis. Hancurkan tumbuhan terinfeksi segera dan memutar lokasi penanaman. 3.3. Gulma Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, lantaran bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan semenjak flora masih kecil, lantaran bila sudah besar akan merusak perakaran tumbuhan melon. BAB IV PENUTUP 5.1 Kesimpulan Seperti tumbuhan apapun, melon bersaing dengan gulma dan terancam oleh hama serangga dan penyakit. Petani melon mengandalkan herbisida, insektisida, dan fungisida untuk mengendalikan hama. Petani memprioritas penyakit sebagai perhatian utama mereka. Hama serangga dan gulma yang signifikan, tetapi menimbulkan lebih sedikit dari ancaman. Beberapa petani menentukan varietas tahan penyakit untuk mengurangi duduk kasus hama. Mengatur tanggal tanam dan memakai irigasi menetes juga metode untuk mengendalikan kerusakan hama. 5.2 Saran Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak perbaikan yang perlu dilakukan baikdari segi isi maupun tekhnik penulisannya. Maka dari penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun dari pembaca. |
TINJAUAN PUSATAKA
Brust, G. dan R. Foster. 1993. Mengelola populasi kumbang mentimun bergaris pada melon dan semangka. Purdue Purdue University Cooperative Extension Service.
Foster, R., R. Latin, dan S. Weller. 1993. Indiana Melon Pestisida Gunakan Survey. Purdue University Koperasi Extension. Service.ID-194.
Indiana Rank di Pertanian AS. 1997. 1997. Indiana Statistik Pertanian.
Latin, R. 1993. Penyakit dan hama muskmelons dan semangka. Purdue University. Cooperative Extension Service.
Ringkasan Tanaman Sayuran: Luas, Hasil, Produksi & Nilai di Indiana, 1992-1996. Tanaman Ringkasan Laporan. Indiana. Statistik Pertanian.
Sensus Pertanian Data-County. 1992. Tabel 29. Sayuran, jagung manis, dan melon dipanen untuk dijual. Indiana Indiana. Statistik Pertanian.
Suheri, H., dan R. Latin. 1991. 1991. Retensi fungisida untuk mengendalikan hawar daun Alternaria dari muskmelon bawah hijau-kondisi rumah. Penyakit Tanaman. 75:1013-1015.
Sullivan, G. and L. Davenport. 1991. Pemasaran dan Peluang Produksi Melon di Indiana. Purdue University